http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=197710 Rabu, 16 Nov 2005,
Miskin karena Miskin Kebijakan Oleh Zainuddin Maliki * Laporan media tentang arus mudik maupun arus balik tahun ini terasa tidak seseru tahun lalu. Drama penangkapan buron teroris kelas kakap jauh lebih seru. Penangkapan perancang bom maut, Azhari, di Batu, Malang, Rabu pekan lalu itu jauh lebih memiliki magnitude. Penggerebekan jajaran kepolisian yang berhasil menembak otak teroris yang dikejar-kejar itu menyita banyak halaman media. Beritanya menjadi headline media cetak atau breaking news di media elektronik. Penangkapan gembong teroris itu menenggelamkan pelaporan media tentang tradisi mudik. Tradisi mudik kali ini memang terasa tidak memiliki magnitude. Semua bisa diatasi. Seluruh penanggung jawab pelayanan transportasi mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Semua berjalan lancar. *** Benarkah kelancaran itu disebabkan peningkatan kualitas pelayanan jasa transportasi serta antisipasi yang dilakukan pemerintah? Mungkin saja. Namun, masih perlu kajian lebih jauh untuk memberikan jawaban pasti. Yang jelas, kali ini ada beberapa perusahaan jasa angkutan yang tidak sempat mengoperasikan seluruh armadanya karena kenaikan harga BBM. Pemudik juga mengubah tradisi. Kali ini tidak lagi bermobil pribadi. Mereka memilih bersepeda motor. Tak pelak, iring-iringan sepeda motor mendominasi perjalanan. Di sisi lain, semakin banyak urbanis yang tidak mudik. Setidak-tidaknya seperti pengakuan sepasang keluarga yang penulis temui. Pasangan asal Madiun ini bekerja sebagai tukang tambal ban. Mereka tidak mudik karena tidak ada biaya. Mudik kali ini berubah menjadi sesuatu yang begitu mahal. Kemiskinan telah membuat mudik menjadi sesuatu yang tidak terjangkau. Apalagi, angka kemiskinan terus membengkak sejalan dengan meningkatnya tarif dan harga di pasar. Dengan demikian, semakin banyak yang tak mampu menjangkau ongkos mudik dengan berbagai konsekuensi yang menyertainya. Hal itu jauh berbeda dibandingkan dengan tahun lalu. Sebab, tahun ini masyarakat mendapatkan paket menjelang Lebaran dari pemerintah. Bukan THR atau kenaikan gaji. Tapi, kenaikan harga BBM sampai 70 persen. "Kado menjelang Lebaran" itu membuat seluruh tarif dan harga-harga pasar melambung tinggi. Itulah alasan mengapa arus mudik tidak seribet tahun lalu. Arus mudik itu pun tidak memiliki magnitude lagi. Di masa lalu, kemiskinan disebabkan negeri ini memang miskin. Namun, sekarang kita tidak bisa mengatakan negeri kita miskin. Negeri ini kaya. Penguasa masih bisa menggelembungkan struktur APBN menjadi 85 persen lebih tinggi daripada sebelumnya. Penguasa mampu menaikkan anggaran lembaga kepresidenan menjadi Rp 1,14 triliun. Padahal, sebelumnya hanya Rp 700 miliar. Negeri ini kaya karena penguasa masih bisa memberikan tunjangan Lebaran kepada setiap anggota DPR puluhan juta rupiah. Penguasa di daerah masih bisa menyediakan biaya kunjungan anggota DPRD ke luar negeri -untuk kepentingan yang sepele. Penguasa-penguasa daerah juga mampu membiayai pengadaan mobil untuk anggota legislatif, sewa rumah, termasuk sewa untuk anggota DPRD yang sudah memiliki rumah. Namun aneh, di negeri yang kaya ini, penguasanya tak sanggup mengalokasikan kebijakan anggaran yang dibutuhkan petani, nelayan, pedagang, kaum buruh, serta rakyat kecil lainnya. Mereka membutuhkan alokasi anggaran untuk memperbaiki kehidupan. Padahal, mereka tak sanggup membayar biaya pendidikan. Kesehatan mereka merosot dan terserang berbagai penyakit endemik. Mereka tak kuasa menahan serangan busung lapar, flu burung, dan demam berdarah. Di masa lalu, dikatakan a country is poor because it is poor. Negeri ini miskin karena memang miskin. Negeri ini tidak memiliki kemampuan mengelola aset dan sumber daya alam yang cukup untuk mengentas kemiskinan. Namun, lihat kekayaan alam dan aset negeri dan kota tempat kita tinggal saat ini. Kita memiliki beragam dan aset yang divergen. Kita juga memiliki kekuatan indogen yang tidak kecil -sebagaimana semakin banyaknya jumlah sarjana dan tenaga berkeahlian. Kita memiliki sejumlah juara olimpiade di bidang sains dan teknologi. Bahkan di antara mereka, ada yang sempat menjadi calon yang diusulkan sebagai penerima hadiah Nobel. *** Namun, mengapa kita tertinggal miskin, banyak pengangguran, dan menjadi bagian dari bangsa yang lemah. Merebaknya kemiskinan bukan sekadar basa-basi. Meluasnya kesenjangan pendapatan juga bukan omong kosong. Sementara itu, rakyat menghadapi berbagai praktik market failure yang ditandai dengan kelangkaan berbagai komoditas, termasuk BBM. Kita sempat menghadapi kelangkaan BBM berhari-hari. Di beberapa daerah, kelangkaan itu belum teratasi hingga saat ini. Itu sebuah ironi karena sesungguhnya kita tergolong negara penghasil minyak. Tapi, itulah realitas kehidupan kita saat ini. Daya beli rakyat kini merosot pada titik yang sangat lemah. Posisi demikian bukan saja memperpuruk nasib dan keadaan rakyat kecil. Kondisi tersebut kian menempatkan posisi indeks pembangunan manusia (IPM) kita menjadi sangat rendah di dunia. Lebih dari itu, kondisi sekarang membuat kita tidak memiliki daya saing dalam pergaulan global. Padahal, kita sudah memproklamirkan diri untuk bergabung dalam mekanisme pasar global. Kemiskinan itu bukan lagi imajinasi. Kemiskinan itu riil. Angka dan orangnya pun nyata karena telah dijustifikasi pemerintah melalui pendataan BPS. Awalnya, data keluarga miskin tersebut dimaksudkan untuk menentukan penerima kompensasi pengurangan subsidi BBM. Namun, pendataan penerima kompensasi itu berubah menjadi alat justifikasi kemiskinan mereka. Efek psikologis sebagai orang miskin pun tentu sulit dielakkan. * Dr Zainuddin Maliki Msi, rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/