ulil aja yg ilmu agamanya udah tinggi, basa arabnya keren, bisa cas-cis-cus 
basa englisnya itu bisa bilang ada "kasus-kasus aneh bin ajaib" di tanah airnya 
(ulil lagi nyantri di boston), lalu ada pertanyaan: "apa para pemuja syariah 
islam itu gak punya nenek, ibu, sodara perempuan, tante, bude, dstnya?"
   
  siapa yg ingin memaksakan sesuatu yg gak cocok buat semua orang, bakalan 
menuai konflik yg berkepanjangan, yg gak jelas gunanya utk apa. sedangkan 
persoalan nasional yg penting adalah memberantas kemiskinan, memberantas 
korupsi, menegakkan keadilan sosial bagi seluruh ra'yat indonesia.
   
  saya heran, kenapa kita ini miskin akan debat yg sehat, yg ada diskusi 
"bergolok", intimidasi (pengeroyokan), pameran erosi ideologi, pasang badan 
buat kepentingan kapitalis (asing), dan semua ilmu menjilat pantat penguasa.
   
  mustinya saya gak heran, lha udah separo umur ninggalin ibu pertiwi, dan 
reformasi itu sudah lama basi! si reformis baunya sekarang amis! (darah).
   
  saya ini cuma ra'yat biasa, yg kebetulan bisa mengakses internet. dari 
amsterdam saya menulis komentar atas segala informasi situasi di kampuang awak. 
   
  sekali lagi, ulil aja yg udah "nyampe" masih bisa bingung ngadepin kenyataan 
"kasus-kasus aneh bin ajaib".
   
  apalagi saya?
   
  iya kan?
   
  jadi jangan sok belagu berlagak fanatiklah, pikirin perut dulu, setelah 
urusan perut beres baru mikirin yg dibawah perut. ok?
   
  salam, heri latief
  amsterdam
  
ReJa <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Komentar Ulil tentang "kasus-kasus unik" di Tanah Air
   
  Ulil Abshar-Abdalla, tokoh muda yang sedang mendalami ilmu agama
di Universitas Boston, AS, ikut merasa sedih dengan kian maraknya
"kasus-kasus aneh bin ajaib" di Tanah Air, termasuk Perda Tangerang
dan RUU Porno. Sengaja saya rangkum opini-opininya yang terserak di 
milis JIL. Berikut komentarnya: 
   
  Saya menyertai Anda dalam kesedihan ini. Jika benar laporan dari Tangerang 
(Banten) itu, ini memang sangat menyedihkan. Sekali lagi, jika benar  laporan 
itu, maka ini adalah gambaran dari apa yang pernah disebut oleh seorang pemikir 
Mesir, Fahmi Huwaidi, sebagai "al-tadayyun al-mankus",  keberagamaan yang 
kebalik, yang sungsang. Dalam pengertian: keberagamaan  yang dimulai dari 
ketaatan lahiriah, sementara mengabaikan esensi.
   
  Tetapi, marilah kita tetap berharap, masyarakat sadar akan kondisi 
"sungsang" seperti, lalu kembali menegakkan keberagamaan yang sesuai dengan 
tujuan pokok agama itu sendiri: yaitu memuliakan martabat manusia.
   
  Dulu, saya pernah mewawancarai salah seorang intelektual Muhammadiyah,  Dr. 
Moeslim Abdurrahman di Radio 68h. Dia, saat itu, menyatakan bahwa  jika syariat 
Islam (dalam interpretasi yang selama ini lazim dikenalkan  oleh para 
pendukungnya) dilaksanakan, maka korban pertama adalah perempuan.
   
  Wawancara itu kemudian dimuat di Jawa Pos, dan menimbulkan banyak protes. 
Tetapi, kalau kita mau jujur, itulah yang terjadi dalam hampir seluruh sejarah 
modern Islam. Di mana-mana, ketika isu syariat Islam dikampanyekan lalu 
(sebagian) dilaksanakan, perempuanlah yang pertama kali menjadi sasaran, dan 
dengan sendirinya juga menjadi korban. Ini terjadi di Timur Tengah, Afrika 
Utara, Malaysia. Contoh terburuk adalah Afghanistan pada saat rezim Taliban 
berkuasa.
   
  Tetapi, umat Islam yang "ngebet" dengan syariat ini tidak mau melihat fakta. 
Mereka yakin dengan membabi-buta, bahwa syariat akan membawa manfaat dan 
kesejahteraan bagi umat Islam jika dilaksanakan. Yang dicontoh selalu 
pengalaman pada zaman Nabi, Khulafaur Rasyidin, dan praktek-praktek sepanjang 
dinasti Islam
setelah itu. Mereka tidak mau melihat bahwa apa yang baik pada zaman dulu belum 
tentu baik di zaman sekarang. Mereka selalu marah-marah jika ada pihak yang 
menganjurkan agar syariat Islam ditafsirkan
kembali supaya relevan dengan keadaan sekarang. Mereka menuduh para penafsir 
ulang syariat itu sebagai kafir, antek Yahudi, Amerika, murtad, dst.  Mereka, 
pendeknya, telah dibutakan oleh "doktrin" dan lupa melihat kenyataan seperti di 
Tangerang itu.
  
Menurut saya, kejadian di Tangerang itu hanyalah "lagu ulangan" dari kejadian 
serupa di mana-mana. Masalahnya, umat Islam mau belaar atau tidak, mau melihat 
fakta atau tidak. Tanpa ditafsirkan kembali, maka makin banyak item dalam 
syariat Islam dilaksanakan, makin banyak masalah yang kita tuai, dan makin 
banyak korban yang berjatuhan. 
   
  Apakah umat Islam yang ngebet dengan syariat butuh seratus "Tangerang" lagi 
untuk sadar bahwa syariat Islam dalam pengertian "konvensional" selama ini 
hanya akan menjerumuskan umat ke dalam jurang yang lebih dalam lagi?
   
  Gerakan untuk setia pada cita-cita NKRI, saya rasa, perlu digelorakan 
kembali. Masyarakat harus diingatkan kembali, Indonesia bukanlah negara agama, 
bukan negara Islam, tetapi negara yang menaungi banyak kelompok dan golongan.
   
  Saya kira, Anda bersama teman-teman lain, bisa memikirkan "action plan" untuk 
hal ini.
  
Saya tak mau hidup di padang pasir yang kering dan monoton!
   
   
  Ulil Abshar-Abdalla
Department of Religion
Boston University


      
http://www.geocities.com/herilatief/
  [EMAIL PROTECTED]
  Informasi tentang KUDETA 65/Coup d'etat '65 
Klik: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 
   




                        
---------------------------------
Yahoo! Messenger with Voice. PC-to-Phone calls for ridiculously low rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke