--- In ppiindia@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Theori yang menarik mbak:
>
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "Lina Dahlan" <linadahlan@>
> wrote:
> >
> >>
> ----------deleted-------------

> > Dan sayapun teringat, sebuah hadist atau rujukan lainnya (maaf
> > lupa), yang mengatakan bahwa dosa kemaksiatan disuatu daerah itu
> > mempunyai radius hingga 40 rumah disekitarnya (seperti itulah
> kira2  bunyinya). Jadi bila di kelurahan kita ada yang melakukan
> > kemaksiatan dan kita membiarkannya, maka satu kelurahan itu akan
> > kena sialnya (=adzab?).
> >
> > Saya belum lagi mempelajari apa tingkatan hadist itu, namun bisa
> > dijadikan peringatan bagi para pemimpin untuk menjaga warganya
agr
> > tidak melakukan tindakan maksiat disekitar daerah yang
> dipimpinnya.
> > Karena kalau benar hadist tersebut, bayi2 tak berdosapun menjadi
> > ikut menanggung kelalaian para pemimpin. Menurut pertimbangan
> kita, itu memang tidak adil. Sama saja ketika terjadi perang,
> sungguh tidak adil kalau sipil menjadi korban.
> ---------------deleted-----
>
> DH: lalu bagaiamana hubungannya apa yang mbak terangkan dengan
> tsunami di Serambi Mekkah? Banyakkah maksiat yang mereka lakukan?
> Bukankah para koruptor tinggal di Jakarta? seharusnya Jakarta
sudah
> hancur dari kemarin dulu dong mbak?

Lina: Namanya juga diagnosa. Bisa saja dan mungkin saja. Koruptor
dan maksiat memang banyak terjadi di Jakarta, tapi banyak juga orang
salehnya yang mau berdziikir, berinfak, mengayomi anak yatim piatu.
Ini tidak pada umat Islam saja. Saya juga banyak melihat umat
Kristen melakukan hal2 spt itu.
>
> -------------------deleted-----------
>

> > Pikiran saya melanglang lagi, bukankah banyak daerah yang lebih
> > maksiat (menurut pandangan kita, tentunya) namun tidak kena
adzab?
> > Mungkin diderah tersebut, masih banyak juga orang yang melakukan
> > kebaikan, masih banyak yang mau berdzikir, masih banyak yang mau
> > berinfak kepada dhuafa, dll. Hanya Allah yang Maha Melihat (Al-
> > Bashir), Maha Mengawasi (Al-Raqib), Maha Mengetahui (AL-Khabir),
> > Maha Penghitung (Al-Hasib).
>
> DH: Jadi daerah yang tak terkena tsunami atau musibah lainnya
> mengandung lebih banyak manusia saleh? Jakarta?

Lina: Mungkin saja dan bisa saja. Namanya juga diagnosa.
>
> -----------------------
>
> Kita hanya bisa melihat, mengawasi,
> > menghitung (tapi tidak Maha), tidak mutlak-hanya mendiagnosa.
> > Kalaupun tak juga terjawab semua pertanyaan dalam benak kita,
itu
> > berarti pengetahuan kita belum mampu menangkap apa KehendakNya.
>
> DH: Kalau belum, lalu kapan? kalau kita sudah mati, baru tahu,
kita > tak dapat menasihati saudara saudara kita yang terancam
musibah?

Lina: Ada segolongan manusia yang bisa menangkap kehendakNya. Namun
ada yang masih bebal. Ketika dinasehati, dikatakan mensyukur-syukuri.
>
> -------------
> >
> > Pikiran saya semakin menggila, mengapa di Indonesia ini terjadi
di
> > daerah2 muslim (mayoritas)nya?. Tak heran lah karena mereka
berani
> > mengaku muslim tapi tidak menjalankan perintahNya dan
meninggalkan
> > laranganNya sebagai muslim. Itu kan namanya berkhianat kepada
> > dirinya dan kepada Tuhannya.
>
> DH: Lhoo mbak, dari 200 juta manusia Indonesia, berapa % Muslim
yang > musrik? lebih banyak dari Bangla Desh, Afganistan, Sudan?

Lina: Gak tau pasti. Ini kan konteksnya bencana terjadi di daerah
mayoritas muslim, di Indonesia.
>
> --------------------
>
> >Lain cerita kalau mereka memang mengaku  musyrik, tentu Tuhan
juga
> >mikir "ah wajar aja kamu melakukan begini  begono karena kamu kan
> >gak percaya Aku. Kamu cukup gentle kok! Adzabmu ku tunda di hari
> akherat aja". Yang nyebelin itu kan ngaku muslim tapi kelakuan
> musyrik. Gitu.
>
>
>
> DH: Cieillehhh, kapan nihh Tuhan membisiki, dan menceritakan apa
> yang Dia pikirkan?
>
Lina: Karena dalam Islam itu diajarkan bahwa ada adzab yang ditunda
dan ada adzab yang diberikan pada saat itu juga. Itu makna dari
sifat Allah yang Maha Rahim. Kalau mau bisa 'mendengar bisikkan
Tuhan' dan 'menjadi peka', he..he...jaga makanan dari makanan haram,
jaga perbuatan dari perbuatan maksiat, selalu bersihkan hati.
Tanda2nya: tidak selalu berfikir materialis. Let's do it.
> ---------------------
>
>
> >
> > Tolong dimengerti tulisan saya ini bukan ingin menyumpah-
nyumpahi
> > dan mensyukur-syukuri kepada suatu bencana yang sedang terjadi
> > Tapi saya ingin mengajak untuk saling mengingatkan untuk tidak
> > melakukan kemaksiatan/kemunkaran kalau memang kita yakin adzab
itu
> > turun karena dosa. Bagi yang tidak mempercayai anggap saja ini
> > pepesan kosong.
>
> DH: MBak, kalau kembali ke thema musibah alami, maka ini adalah
> fenomena fisika. Kalau dasar dasar fisika terpenuhi, maka gunung
> akan meletus, you like it or not.Apakah dikaki gunung tak ada
orang,
> atau penuh penduduk saleh atau penuh rampok dan maling.
> Gunung Krakatau dahulu meletus dan meminta banyak sekali korban,
> padahal penduduk masih sangat sedikit, dan tentu tidak lebih
maksiat
> dari sekarang..

Lina: up to u. Silakan bciara soal fenomena fisika. Saya hanya ingin
menekankan bhw fenomena fisika itu adalah sunatullah (he..he..saya
juga gak bisa melepaskan iman/agama saya dari segala ilmu)
>
> >
> > Inikah yang dikatakan agama menjawab pertanyaan yang dimulai
> > dengan "mengapa"...:-?
> >
> DH: Dalam bencana alam, sebenarnya agama tak pernah menjawab apa
> apa, yang ada adalah jawaban manusia yang berbungkus agama. Kita
> yang mengatakan "Tuhan bersabda ini itu, menghukum ini itu". Kita
> katakan...

Lina:
Nyatanya dalam Islam semua ada jawabannya. Nanti kalau saya kutipkan
Sabda Tuhan dalam AlQur'an ttg ini, apa itu juga artinya kita yang
mengatakan? Ketika mas Nizami mengutipkan ayat2 tersebut, dikatakan
negatif pula.

Sesungguhnya beragama itu adalah fitrah, yang tidak bisa dilepaskan
dari manusia. Kecuali bagi orang yang beragamanya iseng, bentar
dicopot bentar dipasang, sesuai keperluan ataupun buat orang yang
sangat sombong, karena mengelak fitrahnya sebagai orang yang
beragama. Ketika ruh Ilahi ditiupkan kedalam jabang bayi, ketika
itulah dia menjadi manusia dan ketika itu pula dia sudah beragama
(mengakui bhw dia adalah mahluk yang punya fitrah beragama)

wassalamu'alaikum.


>
> Salam
>
> Danardono
> > "Inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun"
>






***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]




SPONSORED LINKS
Cultural diversity Indonesian languages Indonesian language learn
Indonesian language course


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke