Beberapa hari lalu saya membaca opini di koran tempo mengenai perda 
syariah... waduh saya lupa siapa namanya namun beliau ahli sosiologi yang 
sekarang sekolah di Amrik.. ada beberapa hal yang ingin dikritisi terkait perda 
syariah pertama.. labelisasi Perda syariah....
   
  Bahwa namanya Perda syariah namun isinya jauh dari syariah. Kedua namanya 
umum namun subtansinya syariah. Namanya umum tanpa membawa embel-embel syariah 
namun isinya berisi nilai moralitas yang disarikan dari syariah. Ketiga, 
namanya syariah dan isinya sesuai syariah. 
  Kadang orang alergi dengan label, meski saya sendiri menganggap label dan 
subtansi sama-sama  pentingnya. Nah Perda  di Indonesia kategori yang mana?
   
  Maka sejauh ini saya sendiri kurang memahami fakta secara mendalam 
perda-perda yang dikatakan perda syariah itu sendiri. Misalnya, apakah aturan 
memakai rok panjang adalah sudah sesuai syariah, saya menyatakan tidak atau 
belum.^_^,  namun demikian saya mendukung segala sesuatu yang sifatnya mengarah 
pada perlindungan dan penghargaan pada aurat wanita meski baru  bisa tahap 
demikian. 
   
   
  Sisi lain, di Arab, Irak dan beberapa negara yang dikatakan contoh menerapkan 
syariat Islam sejatinya itu hanya parsial, mereka sendiri masih agak alergi 
terhadap penerapan syariat Islam secara totalitas. Terbukti dari aktivis muslim 
yang memperjuangkan SI secara totalitas meski dengan cara damai, ditangkap 
bahkan diantaranya di bunuh. Penjara-penjara penuh, jadi kasus Abu Bakar 
Ba;asyir sudah biasa terjadi di sana. Sehingga, negara tersebut yang selalu 
disinggung disini, tak layak menjadi contoh penerapan SI secara totalitas. 
   
  Walau penerapan SI secara parsial diterapkan di sana, ada sebuah informasi 
yang unik mengenai tingkat kriminalitas di negeri yang diterapkan SI dibanding 
negara AS. Tingkat kriminalitasnya jauh lebih sedikit dibanding AS. Saya lupa 
sumber informasi ini. Anda bisa mengeceknya sendiri.
   
   Saya katakan demikian, bukan berarti menunjukkan bahwa SI buruk, tapi umat 
ISlam sendirilah yang kadang perlu merenung kenapa mereka menolak syariat ISlam 
secara totalitas, apakah mereka meragukan SI itu sendiri? Bahwa ketika SI 
diterapkan, terjadi penghancuran kaum minoritas dan ketakutan-ketakutan yang 
tak beralasan?
   
   Apakah mereka mau sedikit memahami pemahaman orang yang kadang dikatakan 
radikal dalam memperjuangkan SI Islam secara totalitas? Ajaklah berdialog 
dengan baik-baik, dekati mereka, jangan menilai dari jarak jauh dan menuduhnya 
tanpa dasar.
   
  Padahal orang-orang yang dikatakan Islam Radikal, selalu berusaha menjauhkan 
diri dari perbuatan maksiat, menjalin hubungan baik, sopan dan adil terhadap 
umat non muslim dan beda agamanya. Apakah mereka melakukan korupsi, zina, 
illegal logging, menerima suap untuk SI, ikut terlibat lobi-lobi penjualan aset 
negara, suka goyang erotis dan kemaksiatan lain? 
   
  Yang mereka peroleh hanyalah cacian, labelisasi radikal, bodoh, teroris, 
bego, dan nisbat terhadap label yang buruk? Benarkan mereka sebodoh itu? 
   
  Karena mereka berusaha memahami Al Quran dan Hadis yang memerintahkan 
demikian, karena mereka memahami dan yakin 100 % bagaimana Syariat Islam 
mengatur seluruh aspek kehidupan dan berusaha hidup dengan taat dengannya walau 
sangat penuh tantangan . Mereka hanya sangat tegas terhadap kemaksiatan dan 
penyimpangan yang menghancurkan hakikat Islam itu sendiri. 
   
  Jika seandainya mbah tahu 1,2 juta umat Islam bisa berkumpul dalam aksi 
mengawal RUU APP kemarin, sungguh yang mereka lakukan demi sebuah kebenaran 
yang mereka yakini. Mereka rela mengeluarkan uang swadaya untuk sebuah kegiatan 
tersebut. Berpanas ria, berjalan berkilo-kilo demi sebuah keyakinan akan suatu 
kebenaran. Mungkin orang yang tidak memahami akan berkata, perbuatan sia-sia 
saja. Namun tidak, itu adalah suatu mata rantai dari sebuah proses yang 
panjang......
   
  Impian yang tinggi dimulai dari satu langkah demi satu langkah......pelan 
namun pasti...alon-alon asal kelakon kata orang jawa ^_^.. wallahu'alambishawab
   
  salam,
  aris
   
   
   
   
  
RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  **** bagaimana nihh mbak Aris? Kita tertibkan dengan perda syariat?

maju mbak, saya ikut dibelakang...




--- In ppiindia@yahoogroups.com, muhkito afiff 
wrote:
>
> Source: http://www.majalahtrust.com/indikator/gaya_hidup/149.php
> 
> Ini Dia Gaya Berlibur Turis Arab
> 
> Di Puncak, turis-turis Timur Tengah menemukan surga dunia: 
pemandangan 
> hijau, banyak bunga, air mengalir, dan bidadari berseliweran.
> 
> Sen Tjiauw dan A. Sidarta
> 
> Bunyi musik terdengar dari sebuah vila: bising, sejenis musik 
keras 
> dengan irama dan lirik padang pasir. Sebuah jendela yang gordennya 
> terbuka mengungkapkan suasana ruang tamu vila yang bising itu. Di 
bawah 
> lampu nan terang, seorang perempuan berdiri di hadapan seorang 
pria 
> sambil meliuk-liukkan badannya seirama nada. Kedua tangannya 
terentang 
> ke atas, pinggulnya diputar-putar. Memang, tak sedahsyat goyang 
Inul, 
> penyanyi dangdut yang ngetop akhir-akhir ini.
> 
> Tapi ada yang lebih memicu aliran darah dari sekotak pemandangan 
lewat 
> jendela itu: setidaknya, tubuh bagian atas penari itu tak ditutup 
apa 
> pun. Sebelum segalanya jelas, rupanya penghuni vila menyadari 
gorden 
> yang terbuka. Tiba-tiba jendela itu pun ditutup.
> 
> Para pengintip yang berada di teras sebuah kamar di lantai dua 
Hotel 
> Jayakarta, Puncak, Jawa Barat, pun kecewa. Mereka adalah wartawan 
TRUST. 
> Di pertengahan Februari lalu itu, mereka meliput kawasan tersebut, 
desa 
> yang dikabarkan pada bulan tertentu menjadi Kampung Arab dengan 
segala 
> gaya berlibur turis Timur Tengah.
> 
> Kampung Arab? Nama asli kampung itu sendiri yakni Kampung Sampay, 
satu 
> dari tiga kampung di Desa Tugu Selatan, satu kilometer di atas 
Taman 
> Safari, Cisarua, Bogor. Dari Jakarta, jarak menuju kampung ini 
sekitar 
> 84 kilometer.
> 
> Tapi, kalau Anda bertanya kepada penduduk sekitar tentang Kampung 
Arab, 
> mereka tampak terbengong-bengong. Satu atau dua orang yang tiba-
tiba 
> memahami arah pertanyaan akan menjawab: "O, maksudnya Warung 
Kaleng?"
> 
> Benar, lebih dari Kampung Sampay, lebih dari Kampung Arab, nama 
Warung 
> Kaleng dikenal bukan saja oleh warga setempat, tapi juga sopir 
taksi di 
> Bandara Soekarno-Hatta. Masuklah ke sembarang taksi, lalu sebut 
Warung 
> Kaleng; dijamin Anda akan sampai ke Desa Sampay, Kelurahan Tugu 
Selatan, 
> Kecamatan Cisarua, Bogor.
> 
> Warung Kaleng sebenarnya adalah sepotong Jalan Jakarta-Puncak di 
> kilometer 84, tak lebih dari 50 meter panjangnya. Di kanan-kiri 
jalan, 
> berjajar 30-an warung. Ini yang unik, papan-papan nama warung itu 
bukan 
> hanya berhuruf latin dengan kata-kata bahasa Indonesia, tapi juga 
> (bahkan ada yang hanya) papan nama berhuruf Arab, dari wartel 
sampai 
> toko roti, dari toko kelontong sampai rumah makan. Dan yang juga 
khas 
> dibandingkan kampung lain, di sini banyak terlihat warga 
bertampang 
> Timur Tengah.
> 
> BIDADARI-BIDADARI
> Nama Warung Kaleng sudah menjadi nama alternatif bagi Kampung 
Sampay 
> sejak zaman kolonial Belanda. Dulu, kawasan itu secara 
administratif 
> adalah tanah partikelir, yang kemudian dijadikan basis perdagangan 
oleh 
> pedagang pendatang dari Cina. Lambat laun, para pedagang itu 
> berasimilasi dengan penduduk setempat, lantas masuklah Islam.
> 
> Kata penduduk setempat, riwayat nama Warung Kaleng bermula dari 
> warung-warung yang didirikan oleh para pedagang Cina itu: hampir 
semua 
> warung beratap seng atau kaleng. Jadilah sepetak lahan itu 
kemudian di 
> sebut Warung Kaleng.
> 
> Nama itu tetap melekat meski suasana Cina praktis tak tercium lagi 
dan 
> atap seng tak lagi terlihat. Kini, warung-warung itu bertembok dan 
sudah 
> beratap genteng. Suasananya pun berganti ke-Arab-Araban. 
Belakangan, 
> muncul sebutan baru itu: Kampung Arab—bukan hanya untuk sepetak 
Warung 
> Kaleng, tapi juga untuk seluruh Kampung Sampay.
> 
> Jadi, melihat lokasinya, bolehlah dibilang Warung Kaleng merupakan 
> gerbang Kampung Arab. Di kawasan warung itulah pusat lalu lintas 
turis 
> Arab (kebanyakan dari Arab Saudi, Bah-rain, Kuwait, dan Qatar). 
Soalnya, 
> sejauh ini, hanya di warung-warung itu tersedia segala kebutuhan 
turis 
> Arab yang khas: mulai dari minuman (vodka yang didatangkan dari 
> Jakarta), tembakau dan bumbunya (yang langsung diimpor dari Timur 
> Tengah) untuk merokok gaya Arab, sampai roti arab (buatan lokal).
> 
> Alkisah, di awal 1990-an, ketika Irak diserbu Amerika dan 
sekutunya, 
> banyak turis Timur Tengah datang ke Kampung Sampay. Mereka 
menginap di 
> vila-vila selama kira-kira satu minggu hingga satu bulan. Di tahun-
tahun 
> sebelumnya, turis Arab juga sudah datang ke Kampung Sampay, namun 
tak 
> banyak.
> Dikenalnya Kampung Sampay oleh turis Arab tentunya dimakcomblangi 
> biro-biro pariwisata, terutama biro yang berkantor di sepanjang 
Jalan 
> Raden Saleh, Jakarta Pusat. Di kawasan ini, para turis itu boleh 
merasa 
> setengah di rumah sendiri, setidaknya dalam hal makan, karena di 
jalan 
> ini ada dua rumah makan khas Timur Tengah.
> 
> Tapi kenapa Kampung Sampay? Konon, turis-turis dari padang pasir 
itu 
> merindukan suasana yang berbeda dengan negeri mereka yang panas 
dan 
> berpantai. Mereka mengidamkan berlibur di kawasan pegunungan yang 
sejuk 
> dan hijau. Lalu, dibawalah mereka ke kawasan Puncak, dari Cisarua 
sampai 
> Cipanas. Bila kemudian Warung Kaleng menjadi terpopuler di antara 
turis 
> Arab, ada ceritanya.
> 
> Menurut Syaiful Idries, Kepala Urusan Administrasi Desa Tugu 
Selatan, 
> gambaran orang Arab tentang surga dunia itu adalah jabal ahdor 
atau 
> gunung hijau. Di Kampung Sampay, kata Syaiful, mereka menemukan 
jabal 
> ahdor itu. "Di Puncak ini kan banyak bunga, air mengalir, 
lingkungannya 
> hijau dan indah," tuturnya.
> 
> Tapi kalau hanya gunung hijau, bukan hanya Kampung Sampay yang 
punya. 
> Kampung ini menjadi istimewa buat turis Arab karena "banyak 
bidadari", 
> dan secara sosial lingkungan di sini "longgar", warganya tak 
begitu 
> peduli dengan urusan orang lain. "Jadi (Syaiful melanjutkan 
ceritanya 
> sambil tertawa), bagi orang Arab, Warung Kaleng bukan hanya jabal 
ahdor, 
> tapi juga jabal al jannah, gunung surga. `Bidadari-bidadari' itu 
> didatangkan dari desa lain yang cukup jauh," paparnya.
> 
> MERACUNI ANAK-ANAK
> Singkat cerita, kerasanlah turis-turis itu berlibur di jabal al 
jannah. 
> Bahkan, secara sosial keagamaan, suasana di sini pun okey: ada 
suara 
> azan berkumandang saat menjelang salat wajib. Di Kampung Sampay, 
ada 
> tiga pondok pesantren, dan ada pula satu pesantren baru yang 
sedang 
> dibangun.
> 
> Warga setempat pun menyambut para turis Arab dengan terbuka. Apa 
boleh 
> buat, secara nyata, mereka memang mendatangkan fulus. Penginapan 
terisi, 
> makanan terjual, sumbangan pun mengalir. Lihatlah Haji Samsudin, 
65 
> tahun, yang sedang memimpin pendirian sebuah pondok pesantren baru 
di 
> Kampung Sampay ini, namanya Pondok Sikoyatun Najah.
> 
> Menurut Wak haji ini, sebagian biaya calon pesantrennya diperoleh 
dari 
> sumbangan turis Arab. Di sebuah lorong di belakang Warung Kaleng, 
> terpasang spanduk dalam tulisan dan bahasa Arab, yang artinya 
kurang 
> lebih begini: "Kami sedang membangun gedung untuk pondok pesantren 
di 
> sini, mohon sumbangannya." Dengan bahasa dan huruf Arab, jelaslah 
> sasaran spanduk itu. Lantas, Nanang Supriatna, salah seorang Ketua 
RT di 
> Kampung Sampay, mengatakan: "Enggak ada Arab, enggak hidup ekonomi 
> orang-orang sini."
> 
> Nanang yang sehari-hari berjualan kambing, pada Idul Adha yang 
lalu 
> berhasil menjual 11 kambing. "Kalau enggak ada Arab, kambing saya 
> paling-paling laku dua ekor," tuturnya kepada TRUST. Dan ternyata 
bukan 
> hanya 11. Begitu ia selesai bertransaksi untuk kambing yang ke-11 
dengan 
> Samid (mahasiswa Arab Saudi yang menginap di Vila Barita), datang 
> pesanan dua kambing lagi dari turis Arab yang menginap di Aldita, 
vila 
> pertama di daerah itu.
> 
> Tapi tak seluruh penduduk mengangguk-angguk dan mengucapkan ahlan 
> wasahlan kepada tamu-tamu Timur Tengah itu. Haji Ichwan Kurtubi, 
55 
> tahun, seorang tokoh masyarakat Kampung Sampay, merasa tak enak 
melihat 
> perilaku para turis itu. Para ulama, katanya, pasti tidak setuju 
warga 
> di sini memfasilitasi para turis itu ber-dugem ria alias berdunia 
> gemerlapan. "Mereka itu enggak bener. Masa sih ada Arab kawin, 
walinya 
> diambil dari sekitar-sekitar sini," ucapnya.
> Menurut Haji Ichwan, pernikahan baru sah bila dihadiri wali yang 
sah 
> menurut Islam. "Mereka itu meracuni anak-anak muda di sini," 
katanya 
> seraya melampiaskan kemarahannya.
> 
> VODKA DI TANGAN KANAN
> Tapi, anak-anak muda yang dijaga oleh Haji Ichwan itu sendiri tak 
> peduli. Mereka dengan senang mengadakan ini dan itu untuk para 
turis. 
> Dan dengan begitu—mulai sebagai pemandu wisata, mencarikan kambing 
> korban, mengantar si turis dengan ojek, mencarikan vila, sampai 
menjadi 
> preman penjaga keamanan—mereka mendapatkan penghasilan. Kata Haji 
> Ichwan: "Ulama di sini sudah kalah sama anak-anak muda itu."
> 
> Sedangkan Zaki al-Habsy, pengelola gerai penukaran uang di Warung 
> Kaleng, mencoba bersikap realistis. "Yang tidak suka dengan turis-
turis 
> Arab itu hanya orang-orang yang tidak berbisnis melayani mereka," 
kata 
> Zaki yang juga agen perjalanan itu.
> 
> Sebenarnya, di balik ketenangan hijaunya bukit dan pepohonan 
Kampung 
> Sampay, ada keresahan yang tersembunyi. Perilaku dan gaya berlibur 
> lelaki-lelaki dari padang pasir itu—yang eksklusif dan tertutup 
bagi 
> siapa saja, kecuali terhadap orang-orang yang mereka butuhkan—
selain 
> melahirkan kecemburuan, juga menimbulkan ketersinggungan.
> 
> Benar, wanita-wanita yang mereka datangkan bukan warga Tugu 
Selatan. 
> Yang terlihat dari jendela itu, misalnya yang diminta menari 
striptease 
> atau tari perut, konon, adalah perempuan dari Cianjur, 20-an 
kilometer 
> dari Tugu. Tapi, menurut Haji Ichwan, suasana seperti itu di depan 
mata 
> mereka adalah racun buat generasi muda. Apalagi, setidaknya, ada 
dua 
> turis Arab meninggal di salah satu vila di Kampung Sampay selagi 
> berpesta pora. "Orang Arab kan sudah terkenal dengan pemeo: vodka 
di 
> tangan kanan dan cewek di tangan kiri," kata Abubakar Sjarief, 
Kepala 
> Desa Tugu Selatan.
> 
> Dan sebenarnya, Abubakar melanjutkan, yang mendapat rezeki dari 
turis 
> Arab hanya beberapa orang saja. "Pokoknya, rezeki (dari para 
turis) itu 
> tidak berimbang dengan mudaratnya. Secara umum, ke depan, kami 
> dirugikan," ungkapnya.
> 
> Memang, di luar tukang ojek, penjaga malam, tukang masak di vila, 
dan 
> preman penjaga keamanan kampung, semua lahan usaha yang 
berhubungan 
> dengan Arab dijalankan oleh pendatang. Kendati warga setempat bisa 
> berbahasa arab, mereka tidak bisa menjadi pemandu wisata. Soalnya, 
untuk 
> menjadi guide, mereka harus terdaftar di Ikatan Guide Puncak yang 
> pengurusnya adalah pendatang.
> 
> Itulah, dari pemandu wisata, penerjemah, pengelola trans-portasi, 
sampai 
> pengelola penyewaan mobil, hampir semuanya orang Jawa Tengah—
terutama 
> dari Solo dan sekitarnya—dan dari Jakarta. Juga toko-toko yang 
berderet 
> di Warung Kaleng, sebagian besar dimiliki pendatang.
> 
> Namun, soal rezeki ini tak pernah muncul ke permukaan sebagai 
konflik 
> sosial. Konflik yang pernah terjadi adalah konflik moral. Tahun 
lalu, 
> sejumlah santri—mulai dari Ciawi hingga Cisarua—menyerbu diskotek 
dan 
> tempat mesum lain di kawasan Tugu Selatan. Gebrakan itu sampai 
sekarang 
> masih terasa. Menurut Abubakar, sejak saat itu, wisata berbau seks 
di 
> wilayah tersebut agak mereda. Turis Arab memang masih datang, tapi 
musik 
> bising dari vila-vila jauh berkurang.
> 
> Menurut seorang pemandu wisata di situ, untuk sementara mereka 
membawa 
> turis Arab ber-dugem ke tempat lain: Cipanas, bahkan sampai ke 
> Selabintana. Tapi, bisa jadi, wanita yang menari-nari di tempat 
menginap 
> sama saja dengan perempuan yang terlihat dari jendela itu. 
Soalnya, 
> nomor telepon genggam mereka sudah ada di tangan para calo. Jadi, 
kapan 
> saja, perempuan itu bisa dihubungi, baik secara langsung maupun 
dengan SMS.
>








***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links










The great job makes a great man
  pustaka tani 
  nuraulia

                        
---------------------------------
Sneak preview the  all-new Yahoo.com. It's not radically different. Just 
radically better. 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke