Mungkin aja Mas! Namanya juga usaha, biar lambat asal banyak hasil
heheheh........

----- Original Message -----
From: "faris ahmad" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <ppiindia@yahoogroups.com>
Sent: Monday, July 10, 2006 5:32 PM
Subject: Re: [ppiindia] wawancara dengan mantah aktivis Islam: klim
Kebebasan Kita Harus Disyukuri


Yang benar kasus Talangsari, bukan Tegalsari. Untung gak ditulis campur
sari!

  Fauzi ini kabarnya sekarang dekat dengan kalangan intelijen. Ada
kemungkinan dia disetir?

---=GuN=-- <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  http://islamlib.com/id/index.php?page=article&id=1076

Fauzi Isman:
Iklim Kebebasan Kita Harus Disyukuri

Perubahan sikap eskrem dalam beragama sangat mungkin asalkan sang aktor mau
membuka diri dan bergaul dengan banyak orang dari latar belakang berbeda.
Itulah yang pernah terjadi pada Fauzi Isman, mantan aktivis Kelompok Warsidi
yang getol memperjuangkan negara Islam di tengah rezim represif Orde Baru.
Dia pun divonis 20 tahun penjara, dan sempat menjalaninya selama 10 tahun.
Pria yang kini menjadi terapis akupuntur itu menuturkan pengalamannya kepada
M. Guntur Romli dari Kajian Islam Utan Kayu (KIUK), Kamis (22/6) lalu.

Mas Fauzi, apa yang dulu menjadi cita-cita Anda dan teman-teman waktu ikut
terlibat kasus Tegalsari Lampung , benarkah berkehendak mendirikan negara
Islam?

Cita-cita kami waktu itu, yang kemudian distigmatisasi oleh pemerintah
sebagai gerakan pengacau Warsidi, adalah keinginan mendirikan negara Islam.
Kenapa kami berpandangan seperti itu? Karena kami melihat bahwa Pancasila
sebagai ideologi negara waktu itu telah gagal. Dan kami waktu itu melihat
Islam sebagai sebuah alternatif. Saat itu kami yakin bahwa hanya dengan
Islamlah bangsa ini akan dapat dibawa ke arah perubahan yang lebih baik.

Anda sebagai apa dalam Kelompok Warsidi?

Awalnya, kelompok Warsidi itu adalah salah satu faksi di dalam kelompok NII
(Negara Islam Indonesia). Pada waktu itu, kelompok ini merupakan pecahan
dari kelompok Usroh, Santan Nur Hidayat. Kemudian Nur Hidayat merekrut saya,
Darsono, dan Wahidin, yang kebetulan punya pemikiran yang sejalan. Melihat
kita perlu segera mewujudkan negara Islam, kita harus membentuk kekuatan
militer. Sebab waktu itu, kekuatan militer cukup dominan dan tindakan
represi dari pemerintah Orde Baru keras sekali. Banyak sekali
aktivis-aktivis NII yang dipenjarakan, sehingga waktu itu faksi-faksi ini
seperti kehilangan pemimpin, sehingga mereka-mereka yang sudah punya pola
pikir fundamentalis tidak tersalurkan ke dalam aksi perbuatan. Itulah dasar
pemikiran kami sehingga membentuk suatu jamaah. Kami tidak membentuk apa-apa
lagi, tapi kira-kira jamaah itu bertujuan untuk mendirikan negara Islam.

Mengapa ideologi Islam begitu mempesona sebagai alternatif di masa itu?

Saya pribadi tertarik karena sikap kritis terhadap rezim yang berkuasa
ketika itu. Dan ketertarikan saya pertama kali terhadap ideologi Islam
bermula ketika mengikuti training yang diselenggarakan Pelajar Islam
Indonesia (PII) di Bandar Lampung. Pada waktu itu, saya masih duduk di kelas
3 SMP. Saat itulah saya sadar bahwa sebagai seorang muslim, seharusnya saya
mencari pandangan hidup ataupun ideologi yang Islam. Tapi dari sana juga
saya menyadari kekuarangan pemahaman saya tentang Islam, sehingga saat duduk
di kelas 1 SMU, saya minta orangtua saya memondokkan saya di pesantren
Tambak Beras, Jombang.

Saya sempat dua tahun belajar di sana dan dari situ pula saya makin
menyadari pentingnya ideologi Islam setelah mengkaji fikih Islam dan segala
macam disiplin ilmu di pesantren. Saya lalu kuliah di perguruan tinggi umum
di Jakarta. Di Jakarta inilah kemudian saya bertemu dengan kelompok NII,
salah satu faksi NII Nur Hidayat. Saya tertarik karena semangat dia yang
menggebu-nggebu hendak menegakkan syariat Islam di Indonesia.

Sebagai kelanjutan dari itu, kami membuat satu program yang ingin memberi
suatu percontohan tentang negara Islam. Kami sebut Islamic Relief di
Lampung. Lalu kami sosialisasikanlah misi ini ke faksi-faksi NII yang lain.
Misalnya ada faksi dari Tahmid, faksi Ajengan Masduki, dan faksi lainnya,
termasuk orang-orangnya Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba�asyir. Tapi
waktu itu Ba�asyir lari ke Malaysia, dan sebagian orang menganggap
tindakan Ba�asyir dan Sungkar tersebut sebagai tindakan pengecut.

Kok disebut pengecut?

Saya ingat persis, waktu itu seorang teman bernama Usman selalu mengatakan
kok ada rasul yang hijrah duluan meninggalkan jamaahnya. Kebetulan setelah
itu kami bertemu jamaah Warsidi di Lampung yang juga salah satu jamaah NII.
Setelah itu, jadilah kami kelompok yang paling keras di antara yang keras.
Itulah isu di kalangan NII kala itu. Kami lalu membuat program Islamic
Village, dan melakukan program hijrah. Kami pindahkan keluarga-keluarga
kami, lebih kurang 100 keluarga, ke tanah Warsidi.

Kepindahan orang-orang yang waktu memakai krudung masih dianggap aneh dan
identik dengan ciri kelompok fundamentalis. Itu lalu menimbulkan kecurigaan
aparat pemerintah. Sebab waktu itu pendekatan intelijen dan militer sangat
kuat. Danramil waktu itu, Kapten Sutiman, meminta Warsidi untuk melaporkan
kegiatannya, yang ditolak Warsidi. Tindakan menolak itu yang lalu dinamakan
pembangkangan. Karena laporan intelijen juga menyebut kami sebagai kelompok
radikal, lalu Sutiman melakukan penyerbuan dengan satu pasukan.

Di situlah terjadi insiden karena jamaah melakukan perlawanan dan Sutiman
tewas. Selang dua hari kemudian, barulah Komandan Korem melakukan operasi
pembersihan, sehingga banyak yang tewas. Ada sekitar 200 orang korban. Kami
yang sisanya kemudian ditangkap, diadili, dan mengalami penyiksaan selama
proses pemeriksaan. Pada waktu itu, saya diadili di Jakarta dan divonis 20
tahun penjara.

Kapan Anda berubah dari cita-cita ingin negara Islam menuju gerakan
memperkuat basis-basis demokrasi?

Perubahan itu tidak terjadi seketika. Ada proses yang panjang dan mulai
timbul ketika saya berada di penjara yang cukup lama, yaitu 10 tahun.
Padahal usia saya waktu itu baru 22 tahun. Cuma waktu itu saya punya satu
dasar yang menganggap semua itu sebagai proses mencari kebenaran dalam
hidup. Itu dimungkinkan karena dalam diri saya ada sikap kritis.

Setelah mengalami kegagalan di Lampung, di penjara kita punya banyak waktu
untuk kontemplasi atau melakukan muhasabah. Di situlah sikap kritis muncul.
Doktrin-doktrin NII yang saya telan begitu saja selama ini, mulai saya
kritisi. Dalam NII, kalau kita mengaji, ada konsep bai�at. Dampak
psikologis bai�at itu ternyata betul-betul sangat mendalam. Seakan-akan,
kita berbai�at di hadapan Allah langsung. Kalau kita melanggar bai�at
itu, berarti kita menentang Allah. Padahal kita berbai�at tidak kepada
Allah, tapi kepada manusia biasa yang kebetulan pimpinan. Belakangan saya
bertanya, otoritas apa yang ia punya kok mengatasnamakan Allah?

Pada awalnya, saya takut-takut juga berpikir begitu. Tapi saya coba mencari
referensi dari kitab-kitab fikih, apakah bisa bai�at tersebut dibatalkan.
Dan saya kebetulan juga senang bergaul di dalam penjara. Waktu itu, tahanan
politik ataupun narapidana politik ada sekitar 100 orang yang dibagi antara
ekstrem kiri dan ekskrem kanan. Ekstrem kiri adalah tahanan politik yang
terlibat atau diduga terlibat dalam kasus G30S/PKI, sementara ekstrem kanan
yang terlibat masalah-masalah Islam kayak kasus Tanjung Priuk, Lambung,
Usroh, dan NII.

Lalu saya berjumpa narapidana politik kasus Timor Timur. Ada yang bernama
Sanan dan ada juga dari OPM (Organisasi Papua Merdeka), almarhum Dr. Thomas
Wangggai. Nah, saya senang bergaul dengan mereka. Di situlah terjadi diskusi
yang intens, walau kami tinggal di blok khusus EK (Ekstrem Kanan) yang
dipisah dari tahanan khusus EK (Ekstrem Kiri) atau PKI. Blok tahanan Tim-Tim
juga tersendiri. Pengawasannya sangat ketat. Tapi dari interaksi itulah saya
memahami orang komunis.

Saya tidak tahu kebijakan apa pada waktu itu yang membuat pimpinan LP dan
Bakorsanada menyatukan tahanan Lampung satu blok dengan tahanan politik
G30S/PKI. Saya ketemu Kolonel Latif, Sersan Bungkus dari Cakrabirawa, dan
bergaul juga dengan Asep Suryaman, anggota biro khusus PKI. Juga ketemu
Sukatno, Ketua Pemuda Rakyat, dan Rewang Iskandar Subekti. Dari pergaulan
dengan mereka saya tahu, meskipun ideologi mereka komunis, tapi mereka tidak
atheis sebagaimana yang selama ini saya pahami. Pak Latif tetap shalat Jumat
ke Masjid, dan Asep Suryaman juga demikian. Itu pengalaman yang sangat
mengesankan bagi saya yang pada akhirnya membuat pandangan saya tentang
mereka tidak hitam-putih.

Saya bisa memahami latar belakang perjuangan mereka. Tapi ketika itu, tahun
1990, setiap tanggal 1 Oktober, bersamaan dengan peringatan G30S/PKI,
tahanan PKI itu diambil untuk diekskusi mati. Saya masih satu blok dengan
mereka-mereka. Saya di kamar 11, sementara Pak Asep Suryaman di kamar 4.
Nah, pada tengah malam ketika dia ingin dipanggil, mereka sudah tahu kalau
akan dieksekusi. Mereka lalu datang untuk pamitan ke kamar saya. �Bung,
kalau saya ada kesalahan dalam pergaulan dengan Anda, saya minta maaf. Saya
tidak tahu apakah saya termasuk mereka yang akan dipanggil atau tidak,�
katanya. Padahal dia sudah menjalani hukuman penjara 27 tahun. Karena itu,
dia mengatakan, �Saya sudah siap menghadapi kematian.�

�Apa yang membuat Anda siap, Pak?� tanya saya. �Saya membawa ini,�
katanya sambil menunjukan buku surat Yasin kecil di kantongnya. Saya sangat
tertegun melihat peristiwa itu. Ternyata saya salah selama ini. Mereka
berideologi komunis, tapi tetap shalat. Dan ketika menghadapi kematian, buku
Yasin kecil itu yang membuat dia yakin. Itulah yang mengubah pandangan saya
agar tidak melihat orang lain secara hitam-putih. Padahal, selama ini, dalam
NII diajarkan, pokoknya orang yang di luar kelompok kita adalah kafir dan
segala macam cap buruk lainnya. Nah, itu yang mengubah saya, dan mendorong
untuk mengupas dan mengkritisi doktrin-doktrin NII.

Mengapa Anda begitu lama tersadar akan kekeliruan doktrin NII?

Karena kelompok-kelompok seperti itu kan melarang jamaahnya untuk bergaul
dengan kelompok lain. Untuk pengajian di jamaah lain pun nggak boleh. Kita
juga dilarang membaca buku-buku di luar buku doktrin yang tersedia. Dulu
ketika masih di NII, bacaan wajib saya adalah kitab Jundull�h (Serdadu
Tuhan, Red). Di situ diterangkan, kalau kita sudah menyatakan kesetiaan atau
wal� kepada seorang pimpinan, maka kepada selain dia harus bar� atau
emoh taat. Ternyata, setalah saya pelajari lagi, konsekuensinya kan tidak
selamanya seperti itu dalam kehidupan kita ini.

Ada buku yang mempengaruhi Anda ketika di penjara?

Banyak sekali. Kebetulan kami dikunjungi pula oleh berbagai kelompok. Saya
mulai merambah buku-buku Islam dari berbagai lapisan. Buku-buku yang
dikarang ulama Syiah juga saya baca. Buku-buku tentang demokrasi segala
macam juga saya baca. Saya merasa beruntung ketika di penjara mempunyai
banyak kesempatan untuk belajar, intropeksi-diri, kontemplasi, dan bergaul,
termasuk dengan tahanan kriminal. Dari situ saya memahami tidak semua orang
yang divonis kriminal itu jahat. Kadang-kadang lebih banyak motif ekonomi
yang menyebabkan mereka terjebak dalam kriminalitas.

Mas Fauzi, bagaimana Anda melihat pelbagai gerakan Islam radikal yang
sekarang ini cukup lantang bersuara memanfaatkan iklim demokrasi di
Indonesia?

Bagi saya ada penyelesaian yang sangat gampang: penjarakan saja mereka dalam
waktu yang lama, sehingga bisa intropeksi. Tapi memenjarakan itu tentunya
kalau mereka melanggar hukum. Jadi pemerintah harus melakukan tindakan
tegas. Menurut pengalaman saya, orang-orang ekstrem yang dipenjara cukup
lama di masa lalu, akan merasakan pengalaman psikologis dalam perkembangan
kesadaran mereka. Sehingga dengan begitu, mereka yang tadinya terlalu
radikal akan jadi moderat.

Saya bisa contohkan kasus Abdul Kadir Barajah. Tadinya kita mengenal dia
sebagai pengeboman Borobudur. Ketika divonis 18 tahun penjara dan menjalani
masa tahanan hampir 12 tahun, setelah keluar dia mendirikan gerakan
Khilafatul Muslimin yang lebih berorientasi kultural. Jadi dia tetap
memperjuangkan syariat Islam, tapi dengan cara yang lebih ramah. Jadi, saya
bisa katakan bahwa mayoritas orang-orang yang dulu berpandanagan radikal
seperti Abu Bakar Ba�asir dan lain sebagainya itu, ketika dipenjara
menjadi cukup moderat atau arif. Dalam kasus NII, saya bisa sebutkan nama
Tahmid Kartosuwiryo, kemudian almarhum Aceng Kurnia, dan banyak lagi.

Pengalaman intropeksinya itu lebih lama, sehingga mereka bisa menyadari
sebetulnya di mana kesalahannya. Hanya saja, dulu Abu Bakar Ba�syir kabur
ke Malaysia dan tidak berani menghadapi pengadilan dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Itu memang hak dia. Tapi saya memilih
strategi pencerahan, melakukan kajian, dan diskusi tentang Islam politik.
Dengan begitu, tafsiran tunggal yang monopoli kebenaran tentang negara Islam
yang selama ini didomonasi oleh kelompok-kelompok ekstrim tersebut, mendapat
pembanding. Ternyata, kalau kita kaji literatur-literatur klasik Islam,
banyak sekali sikap moderat dalam memandang hubungan Islam dan negara. Tapi
karena selama ini tidak ada pembanding, orang-orang yang sebelumnya tidak
mengenal Islam itu jadi terkesima. Saya dulu juga orang yang seperti itu.

Menurut Anda, apa perbedaan antara kelompok-kelompok radikal Islam radikal
saat ini dengan Anda dulunya?

Ada satu hal mendasar yang saya lihat. Kalau dulu, munculnya radikalisasi
dari kalangan Islam itu karena adanya tindakan represif dari penguasa. Jadi
kita berbeda pendapat sedikit saja sudah ditahan, diintrogasi, dan disiksa.
Kita nggak bisa bebas. Khatib-khatib Jumat, kalau dulu mau berkhutbah,
bahannya harus diperika dulu oleh Laksusda Jaya dan Bakorkanas seminggu
sebelumnya. Tapi sekarang, saya melihat kekerasan itu justru terjadi secara
horisontal, bukan untuk melawan kesemena-menaan, dan hanya untuk pemaksaan
pendapat. Jadi ada keinginan untuk memonopoli dan kalau ada orang yang tidak
sependapat dengan dia, dilakukanlah berbagai tindak intimidasi,
stigmatisasi, dan teror.

Itulah yang membedakan keduanya. Karena itu, untuk yang saat ini, saya tidak
melihat adanya alasan bagi mereka untuk bertindak. Terhadap pelacur
dipukuli; apa alasannya? Saya yakin, tidak ada orang yang ingin menjadi
pelacur. Jadi harus dilihat persoalannya itu apa sebenarnya.

Jadi proses radikalisasi itu dulunya untuk melawan represi, sementara kini
untuk melakukan represi?

Ya, karena itu kini tidak ada alasan rasional untuk ada. Tapi anehnya,
terhadap kelompok yang melakukan anarkisme itu, tidak ada penekanan yang
memadai dari aparat. Saya tidak melihat aparat melakukan itu pada Muhammad
Riziq Shihab, misalnya. Seharusnya, dia bersyukur dengan kondisi saat ini.
Dulu kita memperjuangkan dan menyosialisasikan wacana Islam dan bicara soal
negara Islam saja sudah dipenjara. M. Irfan Awas itu dulu pernah menerbitkan
buletin Risalah lalu kalau tidak salah, dipenjara 7 tahun. Itu hanya karena
dia mau menerbitkan buletin yang menyosialisasikan wacana negara Islam.

Nah, sekarang kan dengan bebasnya kita bisa berdiskusi dan berwacana.
Kondisi ini harus kita syukuri, dan untuk itu, tawarkanlah ide-ide negara
Islam dengan cara yang ramah. Biarlah masyarakat yang menentukan mau
menerima atau tidak. Bukan dengan pemaksaan seperti yang terjadi sekarang
ini.

Beberapa individu yang sempat seideologi dengan Anda juga dipenjara, tapi
setelah keluar tetap tak berubah. Apa yang membedakan orang seperti Irfan
Awwas itu misalnya, dengan Anda?

Irfan Awwas itu dipenjara di Nusakambangan, sebuah daerah terisolir. Jadi
pergaulan dia dengan kelompok-kelompok politik yang lain sangat terbatas.
Sehingga dia tidak punya kesempatan untuk bergaul dengan orang lain, seperti
tahanan politik dari berbagai latar belakang ideologi. Tapi memang ada juga
yang pernah sama-sama di Cipinang dengan saya, tapi kini tetap ekstrem. Saya
ingin contohkan Abu Fatih yang sekarang menjadi ketua Mantiqi II Jamaah
Islamiyah yang sedang dicari-cari. Namanya dulu dikenal sebagai Abdullah
Mansyuri. Tapi saya melihat, memang sejak dulu dia tidak mau bergaul dengan
orang lain. Dia tetap memelihara sikap ogahnya.

Dulu saya ingat, pernah ada bantuan dari kelompok Gereja. Dia begitu takut
bantuan itu akan membahayakan akidah. Pasti mereka ingin mengkristenkan
kita, pikirnya. Padahal, kalau dia sudah yakin dengan ideologi Islamnya,
kenapa mesti takut akan dikristenkan? Dia sampai membakar baju yang
diberikan pihak gereja. Jadi memang ada sikap-sikap yang tidak mau bergaul
sejak dulu. Mungkin itu pilihan dia. Saya kira itu di antara beberapa faktor
yang penting. []




---------------------------------
Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs.Try it free.

---------------------------------
Do you Yahoo!?
Everyone is raving about the all-new Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links









---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Next-gen email? Have it all with the  all-new Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]

Yahoo! Groups Links









------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke