Makanya semboyan pertama adalah "Bangunlah jiwanya, dst........" Hanya kebanyakan pemimpin melupakan itu........
----- Original Message ----- From: "RM Danardono HADINOTO" <[EMAIL PROTECTED]> To: <ppiindia@yahoogroups.com> Sent: Monday, July 10, 2006 5:40 PM Subject: [ppiindia] Re: AS Negara Terkaya Sedunia > Betul. > > Kebanyakan negara kaya SDA adalah negara termiskin didunia. > Sebaliknya, negara yang andal SDMnya, memimpin dunia. Bahkan > Singapura, menyalip Indonesia berkat keandalan SDM mereka. > > Dibawah ini ada artikel yang menunjang statement ini. > > Salam > > danardono > > > Ayam Mati di Lumbung > > > Kahlil Rowter > > Sungguh ironis bangsa Indonesia. Dengan sumber daya alam, jumlah > penduduk yang banyak dan sumber dana besar, tidak dapat > mentransformasikan diri menjadi bangsa besar dan kaya. > > Baru-baru ini terungkap keberadaan dana pemerintah dalam jumlah > cukup besar, paling tidak Rp 70 triliun, yang tidak terpakai dan > tersimpan di Bank Indonesia. Sebagian dana akan dipakai untuk > menutup defisit anggaran yang naik karena pengeluaran yang tidak > diduga sebelumnya, di samping karena turunnya penerimaan pajak > seiring melambatnya ekonomi Indonesia. Mungkin tidak seluruhnya > dapat dipakai karena harus disisakan sebagian untuk cadangan > darurat. > > Dalam sistem perbankan juga terdapat dana "menganggur" yang dapat > ditakar dari nisbah pinjaman terhadap deposito (loan to deposit > ratio) sekitar 62 persen. Artinya saat ini tersedia dana menganggur > lebih dari Rp 480 triliun. Sebagian dana ini ditempatkan dalam > obligasi pemerintah (Surat Utang Negara), Sertifikat Bank Indonesia > (SBI), dan instrumen lainnya. Situasi ini merugikan sekaligus > perekonomian, sektor perbankan, dan BI. Untuk perekonomian berarti > terdapat dana menganggur yang seyogianya dapat didayagunakan untuk > investasi "berbuah" pertumbuhan ekonomi. Untuk perbankan, penempatan > selain pada kredit berakibat pendapatan yang rendah. Terakhir, BI > yang menyerap kelebihan likuiditas itu dengan SBI senilai Rp 177 > triliun lebih saat ini, harus mengeluarkan ongkos sangat besar > karena membayar bunga. > > Sebagian SBI juga dimiliki bank-bank pembangunan daerah > sebagai "kantung" sementara dana milik pemerintah daerah, yang belum > disalurkan. Per Maret 2006 akumulasi dana milik pemda itu mencapai > Rp 70 triliun. > > Dana-dana menganggur ini mencerminkan rendahnya pemanfaatan sumber- > sumber dalam negeri untuk investasi. Terdapat pula pemanfaatan utang > luar negeri yang kurang optimal. Penyerapan tambahan utang luar > negeri pada tahun 2006 diperkirakan 30 persen. Penyerapan seluruh > akumulasi utang luar negeri terus turun dari 70 persen tahun 1999 > menjadi sekitar 50 persen tahun 2003. > > Penyerapan utang luar negeri yang rendah ini pada saat yang sama > juga diiringi penyerapan anggaran pemerintah secara umum pada > tingkat 32% dan belanja modal 15% sampai bulan Juni 2006. > > Artinya anggaran pemerintah sulit diharapkan memicu pertumbuhan > ekonomi. Padahal sangat dibutuhkan saat pertumbuhan ekonomi > Indonesia melemah dan kemampuan swasta terbatas, antara lain karena > tingginya suku bunga. > > Potensi pertumbuhan > > Seandainya seluruh dana menganggur di perbankan dan milik pemerintah > dapat diinvestasikan dalam satu tahun, secara teoretis pertumbuhan > ekonomi dapat ditambah 4,5 persen. Atau, jika dibagi dalam dua > tahun, dampaknya adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi paling tidak > 2,2 persen per tahun. Sesedikit apapun sumbangannya penggunaan dana > menganggur ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat > diperlukan untuk menyerap angkatan kerja baru dan pengangguran yang > kini mencapai 11 juta orang. Untuk itu diperkirakan pertumbuhan per > tahun minimal 7 persen beberapa tahun ke depan. > > Salah satu sebab rendahnya penyerapan anggaran di daerah adalah > duplikasi pengeluaran pembangunan pemerintah pusat dan daerah. > Efisiensi penggunaan dana investasi juga harus ditingkatkan dan > selanjutnya daerah harus berusaha mendapatkan sendiri sumber dana > investasinya, misalnya melalui penerbitan obligasi daerah. Alokasi > anggaran seharusnya didasarkan pada kinerja pemerintah dalam > memenuhi standar yang telah ditentukan. Pada saat ini tidak terdapat > sistem yang dapat memonitor kinerja atau keluaran (output) > pemerintah sehingga terbuka kemungkinan misalokasi dana. Dampaknya > selain pemborosan dana, juga tidak tercapainya standar produksi jasa > pemerintah yang diinginkan masyarakat. > > Pola pengeluaran pemerintah yang umumnya lambat di paruh pertama > setiap tahun dan meningkat menjelang akhir tahun sangat tidak > kondusif. Di satu sisi pada saat pengeluaran rendah maka berbagai > proyek tidak dijalankan atau dikerjakan dengan pendanaan dari > pemasok. Hal ini tentunya meningkatkan biaya proyek itu sendiri dan > rawan penyelewengan. Sebaliknya pada saat dana sedang dikucurkan, > pelaksanaan berbagai proyek dilakukan tergesa-gesa yang berpotensi > menurunkan kualitasnya sekaligus menyulitkan pemantauan keuangan. > > Salah satu cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan > menggunakan anggaran multi-tahun, di mana kelebihan dana otomatis > dibawa ke tahun berikutnya. Kerangka waktu pendanaan proyek optimal > jika disamakan dengan kerangka pengerjaan fisik proyek. > > Perkembangan terakhir > > Upaya pemerintah untuk memilih beberapa komoditas unggulan, dengan > memberikan beberapa insentif, sudah tepat. Hanya dengan fokus, > kemajuan dapat dicapai. Lebih dari sekedar insentif, ada baiknya > jika unit-unit pemerintah yang relevan dengan komoditas unggulan > tersebut bekerja sama untuk mengupayakan kegiatan intensif pada > setiap lini dalam proses produksinya. > > Thailand misanya, sejak bertahun-tahun lalu pemantauan suatu > komoditas unggulan, katakan pepaya, dari supermarket di Tokyo (pasar > utama komoditas ini) sampai ke lahan produksinya di Thailand. Dengan > perhatian pada setiap titik produksi ini, seluruh jalur produksi, > transportasi sampai pemasaran dapat dioptimalkan. > > > Dalam situasi di mana pengangguran tinggi sekaligus pemakaian > kapasitas produksi juga tinggi, sangat dibutuhkan investasi agar > pertumbuhan dapat ditingkatkan. Saat industri dan konsumen masih > bergulat menyesuaikan diri dari kenaikan harga bahan bakar minyak > tahun lalu dan masih tingginya suku bunga, maka stimulus fiskal > sangat diharapkan. Sayangnya hal ini belum terealisir. Padahal > ketersediaan dana di dalam negeri sangat besar dan segaligus > pemanfaatan pinjaman luar negeri juga masih kurang. > > Terlepas dari stimulus fiskal secara langsung, Indonesia sebenarnya > punya sumber dana yang sangat cukup di dalam negeri untuk menunjang > investasi dan pertumbuhan. Untuk memanfaatkannya dibutuhkan strategi > yang jelas, dan cepat karena makin lama pertumbuhan yang lambat maka > pembentukan ekspektasi akan makin menyulitkan peningkatan > pertumbuhan itu sendiri. Karena untuk melakukan investasi dibutuhkan > cukup banyak pemilik modal yang mau mengambil risiko, sementara > makin lama harapan mereka dikecewakan makin takut pula mereka untuk > mengambil risiko. Akibatnya akan dibutuhkan insentif yang makin lama > makin besar untuk menggerakkan investasi, dengan ongkosnya serta > risikonya makin besar pula. > > Alangkah sayangnya kalau Indonesia tidak dapat mengambil kesempatan > melakukan terobosan di tengah ketersediaan dana. Sementara bangsa- > bangsa lain lari makin cepat, Indonesia tidak boleh tertinggal.* > > Kahlil Rowter, Chief Economist CIMB-GK Securities Indonesia > > > ------------------------------ > > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "fauziah swasono" <[EMAIL PROTECTED]> > wrote: > > > > IMHO, mempunyai SDA melimpah belum jaminan untuk menjadi kaya. > Bukan > > semata2 karena selalu "dirampok" negara tak ber-SDA. Tetapi lebih > > karena angin surga yang menyesatkan. Lupa kalau sebanyak2nya "harta > > warisan" suatu saat akan habis juga, sedangkan ilmu malah bisa > > berkembang biak. > > > > Lihat saja kehidupan kita sehari2. Harta warisan dari ortu kalo > cuma > > dimakanin aja bakal habis juga. Sedangkan ilmu yang diamalkan scr > > profesional malah bisa menjamin kehidupan seseorang. > > > > Negara2 kaya SDA semacam Indonesia, negara2 Afrika dan Amerika > Latin > > banyak yang miskin krn pemerintahnya malas dan korup. Teknologi > tidak > > dikuasai, uang hasil jualan diembat sendiri. Sedangkan negara2 > miskin > > SDA justru sadar diri. Jepang, Korea, Singapur, adalah bbrp > contohnya. > > Jepang yang negaranya mungil dan gak habis2nya kena gempa, malah > > sekarang bisa menguasai banyak teknologi canggih dan menjadi the > > second largest economy in the world (setelah USA). > > > > Suka atau tidak, didunia ini, nilai tambah (value added) itu lebih > > berharga/mahal daripada barang mentah. Berapa harga getah karet? > > Bandingkan dg harga ban mobil. Berapa harga kaca, besi dan plastik? > > Bandingkan dg lensa Nikon VR 70-200. It's technology that changes > it, > > and no average people would have mastered it. Harus diperjuangkan, > > dipelajari, dikembangkan. Robot bukan diciptakan dari mengkhayal. > Dan > > saya pikir, ini bentuk salah satu keadilan Allah. Sehingga orang > > "miskin" punya kesempatan untuk maju. Kalau tidak, selamanya orang > > miskin tetap miskin karena gak punya harta warisan yang cukup. > > > > Sebagai info, cadangan minyak USA (proved reserves) jauh lebih > besar > > daripada punya Indonesia. Data akhir 2005: US: 29.3 T barrels dan > > Indonesia 4.3 T barrels. 20 tahun yl: US 36.4 T barrels dan RI 9.2 > T > > barrels. > > > > Sudah, lupakan saja kalau kita itu kaya harta warisan, lebih baik > kita > > semua bekerja keras dan susul dulu itu Malaysia negara tetangga dan > > serumpun yang dulu dibelakang kita sekarang mulai jauh didepan > kita. > > CMIIW, thanks. > > > > salam, > > fau > > > > --- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah <fm_solihah@> wrote: > > > > > > Btw apa yang membuat AS kaya? Darimana kekayaan AS?Apakah > > dari SDA-nya sendiri atau 'menjarah' negara lain? ^_^ > > > > > > AS Negara Terkaya Sedunia > > > > > > > > > > > > WASHINGTON, SABTU - Amerika Serikat menjadi negara terkaya di > > dunia pada tahun 2005, dengan Produk Dometik Bruto (PDB) mencapai > > 12,46 triliun dolar AS. > > > > > > > > > > > > > *************************************************************************** > Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia > *************************************************************************** > __________________________________________________________________________ > Mohon Perhatian: > > 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) > 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. > 3. Reading only, http://dear.to/ppi > 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] > 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] > 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] > > Yahoo! Groups Links > > > > > > > *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/