klo indo pecah...udah pasti hengkang tuh smua investor2 asing, smua pengusaha2 
yg mayoritas perekonomian indo dikuasai investor barat, cina, jepang n korea 
ato pengusaha indonesia yg berketurunan cina pada gak akan ngambil resiko utk 
tetap tinggal di indo...
   
  apalagi klo neg ini dikuasai oleh org2 bermental fundamentalistik...paling2 
balik ke jaman batu...
   
  yg kasian org2 jkt neh...kaum metropolitan yg udah terbiasa dgn modernisasi n 
kebebasan...., klo sgala sesuatu di haramin...gmn mau hidup...? apalagi mau 
travel keluar neg, udah di banned di mana2.., gak bisa deh travel ke europe 
apalagi amrik...skarang aja ngurus visa ke blanda aja yang dulunya gampang 
skarang susah bgt... , terima nasib deh paling2 wisata ke gurun pasir liat 
onta..
   
  mudah2an jgn pecah deh
   
  indonesia merdeka bersatu...

rio_armando89 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          
Bagaimana dengan laskar jihad yang dengan mudah membentuk pasukan,
mudah pula membubarkan diri, namun tidak pernah tersentuh hukum?
Bagaimana dengan tragedi ambon? Kok tidak diusut? Apa karena
kebanyakan korbannya dari pihak kristen?

Saudara-saudaraku, di timur indonesia banyak mata telah terbuka.
Indonesia tinggal menunggu waktu untuk pecah. 

RIO

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://www.gatra.com/artikel.php?id=97029
> 
> 
> Pendapat TPM
> Tibo Dkk Bukan Pahlawan, Tapi Penjahat Kemanusiaan
> 
> 
> Palu, 13 Agustus 2006 00:10
> Tim Pembela Muslim (TPM) Sulawesi Tengah menilai pemberitaan media
massa akhir-akhir ini seolah-olah menganggap bahwa Fabianus Tibo,
Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu sebagai pahlawan sehingga harus
dibela, padahal sesungguhnya mereka itu adalah aktor lapangan yang
membantai dengan cara sadis banyak manusia tak berdosa saat pecah
konflik horizontal di Poso pada pertengahan tahun 2000.
> 
> "Saya kecewa dengan pemberitaan akhir-akhir ini sebab seolah-olah
Tibo dkk itu diperlakukan sebagai pahlawan yang harus dibela. Ini
masalah serius yang harus diluruskan oleh semua pihak," kata Ketua TPM
Sulawesi Tengah (Sulteng), Asludin Hatjani SH, di Palu, Sabtu (12/8).
> 
> Pernyataan tersebut disampaikan Hatjani menanggapi pemberitaan media
massa nasional dan lokal di Tanah Air sekaitan tertunda-tundanya
pelaksanaan eksekusi mati terhadap Tibo dkk, termasuk yang kedua
kalinya pada Sabtu (12/8), pukul 00:15 waktu setempat.
> 
> Sebelumnya, Kejaksaan Agung menjawadkan pelaksanaan eksekusi mati
terhadap Tibo dkk pada bulan Maret 2006.
> 
> Eksekusi yang direncanakan pertama kali itu gagal dilaksanakan
karena alasan penyidik Polda Sulteng masih memerlukan keterangan
mereka untuk mengungkap para pelaku pembantaian massal pada sejumlah
tempat di Kabupaten Poso saat kerusuhan besar berlangsung Mei-Juni
2000, seperti yang terjadi di kompleks Pesantren Walisongo, Kelurahan
Sintuwulembah di Kecamatan Lage (sembilan kilometer arah selatan kota
Poso) dan di dusun Buyung Katedo (desa Silanca, Lage).
> 
> Menurut dia, dirinya mengetahui persis bagaimana posisi Tibo,
Dominggus, dan Marinus ketika pasukan "Kelompok Merah" menyerang
basis-basis permukiman muslim di Kecamatan Lage, Poso Kota, Tojo, dan
Poso Pesisir saat kerusuhan besar melanda wilayah Kabupaten Poso enam
tahun silam.
> 
> "Sangat banyak saksi korban yang selamat menuturkan bahwa ketiga
orang itu merupakan komandan lapangan dalam aksi-aksi penyerangan
tersebut, selain dengan tangan mereka sendiri melakukan pembunuhan
secara sadis terhadap banyak manusia tak berdosa," tutur Hatjani yang
selama lebih lima tahun memberikan advokasi terhadap para korban
kerusuhan Poso.
> 
> Bahkan, saat menjalani pemeriksaan di Pengadilan Negeri (PN) Palu
awal tahun 2001, 19 dari 20 saksi yang berada di bawah sumpah ketika
itu menuturkan bahwa Tibo, Dominggus, dan Marinus tidak saja melakukan
pembunuhan dengan cara sadis terhadap banyak manusia, tapi juga
terlibat dalam kejahatan penganiayaan bersama-sama serta pembakaran
rumah-rumah penduduk.
> 
> "Itulah sebabnya sangat wajar jika kemudian PN Palu menjatuhkan
vonis dengan hukuman yang setimpal kepada mereka yakni pidana mati,
bahkan kemudian dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Sulteng dan Mahkamah
Agung," ujarnya.
> 
> Mengenai pernyataan sejumlah pengacara yang tergabung dalam
Perhimpunan Advokasi dan Perdamaian (PADMA) Indonesia bahwa Tibo dkk
merupakan korban dari sebuah peradilan sesat, Hatjani mengatakan
mereka itu adalah "orang luar" yang tak mengetahui bagaimana
sebenarnya tindakan Tibo dkk saat pecah kerusuhan besar di Poso
beberapa waktu lalu.
> 
> "Jika mau jujur, jangan hanya mendasarkan pada keterangan satu
pihak. Silahkan tanyakan langsung kepada saksi korban yang selamat dan
hingga kini masih hidup," kata dia, seraya menambahkan ada ratusan
janda dan anak-anak korban kerusuhan Poso yang kehilangan orangtuanya
akibat tragedi berdarah di berbagai tempat dalam wilayah Poso bisa
dimintai keterangan.
> 
> Hatjani juga mengatakan, secara logika hukum bahwa dengan
diajukannya dua kali permohonan pengampunan (grasi) kepada presiden
oleh Tibo, Dominggus, dan Marinus, itu berarti ketiga terpidana mati
ini telah mengakui segala perbuatannya seperti yang didakwakan oleh
Jaksa/Penuntut Umum sebelumnya.
> 
> "Ini sebagai bukti bahwa Tibo dkk telah mengakui segala
kesalahannya," kata dia. [EL, Ant
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>



         

                
---------------------------------
Do you Yahoo!?
 Next-gen email? Have it all with the  all-new Yahoo! Mail Beta.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke