bismi-lLah wa-lhamdu li-lLah wa-shshalatu wa-ssalamu 'ala rasuli-lLah
wa 'ala alihi wa ashhabihi wa ma-wwalah, 
amma ba'd, wa 'alaikumu-ssalam wa rahmatu-lLahi wa barakatuH

sungguh, suatu hal yang baru bagi saya, kisah dari seorang yang
mengalaminya lansung mengalami. dari tangan pertama, bukan jurnalis
atau cerita kedua dan yang mengharukan lebih2 lagi adalah pak jafnan
ini sesungguhnya ustadz saya saat2 beliau di aachen.   

lalu:

bagi saya apa yang menimpa kita ini dengan basa arabnya mah nashib, itu
adalah:

A untuk yang masih hidup:
1. bagi muslim sebagai peringatan, dan penebus dosa, bukankah tak
setusuk durikecilpun yang tak menghapus dosa muslim?
2. bagi kafir sebagai ancaman

B untuk yang mati kena mushibah:
1. bagi muslim sebagai hukuman didunia ini dan insya Allah diselamatkan
Allah dari hukuman akhirat! yang kekal lhoh, disana khan?
2. bagi kafir hanya sebagai awal hukuman dan disusul dengan hukuman
akhirat!

wa-lLahu 'alam bi-sh shawab.


--- djafnan afandie <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Mang Elan yang terkasih di Aachen: Assalamu 'alaikum w.w.
>    
>   Sejak akhir Pebruari 2006 aku tinggal di rumahku di Perumnas
> Minomartani Jogja. Aku putuskan ambil cuti belajar, karena anakku
> ketiga Azka, yang lahir di Aachen 1993, menghadapi ujian SD. Kata
> emaknya, dia tak suka belajar, tak bergairah. "Mungkin dia rindu
> ayahnya", kata isteriku. Aku putuskan pulang satu semester, demi
> kaderku yang satu ini.
>    
>   Sejak saya pulang, setiap minggu dua-tiga kali aku mengalami mimpi
> yang aneh yang sama. Karena aneh, maka aku diam saja, tapi
> kuperhatikan. Mimpi itu mengerikan : seolah aku ada dalam gua yang
> gelap, lalu ada MAKHLUK RAKSASA SEPERTI KELELAWAR yang terbang rendah
> hampir mengenaiku. Setiap kali mimpi itu semakin intens, semakin
> mengerikan. Sering aku terbangun dibuatnya, biasanya sekitar jam 2
> malam WIB. Biasanya aku baca shalawat dan istighfar berkali-kali
> hingga akhirnya tertidur kembali.
>    
>   Jumat malam 26 Mei 2006. Seperti biasa aku tidur awal, agar dapat
> bangun awal. Menjelang tengah malam,  mimpi aneh itu datang lagi,
> tapi begitu dahsyat : kelelawar itu begitu besar dan jaraknya cukup
> dekat dariku. Aku terbangun dengan dada bergetar. Kulihat jam
> menunjukkan jam 11.50 malam. Kulihat kedua anakku, Arsyad (22) dan
> Alma (20), sedang belajar menghadapi ujian semester mereka. Aku suruh
> mereka sholat dan tidur saja. 
>    
>   Hatiku bergetar kuat. Aku tak dapat tidur semalaman. Kuisi waktuku
> dengan sholat malam sebanyak aku mampu, sehingga kakiku capek. Baru
> jam 3 kurang. Aku pergi ke dapur, melihat-lihat isi kulkas.
> Kuputuskan menanak nasi dengan rice-cooker; siapa tahu nanti fajar
> listrik padam (seperti kebiasaan PLN kita) dan anak-anak kerepotan
> mau sarapan sebelum ke sekolah. Lalu aku memutuskan masak, untuk
> mengisi waktu. Tahu, tempe, kacang panjang, semua kukeluarkan. Aku
> masak resep kesukaanku : oseng-oseng tempe campur kacang panjang.
> Selesai masak dan ngliwet, jam masih menunjukkan jam 3.40 kurang
> lebih. Masuknya waktu sholat Shubuh di Jogja pada hari itu jatuh jam
> 04.25 WIB. Hatiku masih gelisah. Lalu aku menata almari pakaian,
> kuklasifikasikan mana yang berbahan lembut dan mana yang kuat.
> Kulakukan sampai suara adzan shubuh terdengar dari surau AL-FALAH di
> penghujung jalan.
>    
>   Pagi itu semua anakku kubangunkan dan kuajak sholat berjama'ah di
> ruang depan. Kulafalkan doa panjang selepas sholat. Tetapi hatiku
> masih saja terrasa gamang. Musibah apa yang akan datang ?
>    
>   Arsyad dan Alma kembali tidur. Isteriku menyapu halaman. Aku
> memilih membaca al-Quran. Kubaca juz 15 pelan-pelan, sambil
> kuresapkan maknanya, sampai habis. Tapi hatiku masih "agak" gelisah.
> Instink ku membuatku waspada. Alma sudah bangun, sedang isteriku
> menyiapkan seduhan teh Gopek kesukaanku. Azka tengah mandi pagi. Jam
> menunjukkan 05.40 WIB.
>    
>   Merasa agak letih setelah beraktivitas sejak tengah malam, aku
> duduk di ruang makan, menunggu teh pagi "Nasgithel" (panas, legi,
> kenthel). 
>    
>   Tiba-tiba terdengar suara gemuruh : atap rumah bergegar, dinding
> bergetar, lampu-lampu bergoyang, lantai rumah melemparkan kakiku ke
> atas hampir 10 cm jauhnya. Sesaat aku berfikir memastikan keadaan.
> Akhirnya aku berteriak:"Keluar, keluar, keluar ..." berulang-ulang.
> Kugedor pintu kamar Arsyad yang sedang nyenyak tidur. Isteriku
> berdiri menunggu Azka di depan pintu kamar mandi. Alma sudah keluar
> rumah walau tanpa tudung kepala. Azka keluar dengan kain handuk
> (tuala, towel) melilit badannya, diiringkan isteriku. Terus kugedor
> kamar Arsyad, tapi dia tak menyahut. AKU INGIN MENGATAKAN KATA "GEMPA
> . !", tapi yang keluar dari mulutku hanya satu kata saja; "KELUAR . !
> ".
>    
>   Rasanya sudah 5 menit aku menunggu Arsyad, sehingga suara atap
> seakan mulai runtuh. Aku berdoa cepat, kutitipkan anakku pada ALLAH
> SWT, lalu aku berlari keluar.
>    
>   Semua penduduk keluar ke jalanan. Jam menunjukkan 05.45 WIB. Arsyad
> pun akhirnya keluar rumah, tepat saat gempa reda. Semua berkumpul di
> luar. Isteriku mengambil kudung untuk Alma dan sarung untuk Azka,
> lalu keluar lagi. Sepuluh menit berlalu, emosi kami mulai reda.
> Banyak orang kembali masuk rumah. Tiba-tiba datang gempa kedua yang
> lebih dahsyat. (Belakangan kami ketahui gempa itu berkekuatan 4,9 dan
> 5,2 pada skala Richter. Kabarnya banyak orang mati tertimpa rumah
> justru saat gempa kedua itu, karena memasuki rumahnya yang sudah tak
> kokoh lagi)
>    
>   Listrik padam. TV mati. Radio sunyi. HP tak ada line. Lima menit
> kemudian HP ku menunjukkan ada line. Aku cek berapa credit yang
> kupunya, tinggal Rp. 13.000.-
>    
>   Aku segera kirim pesan pendek kepada kawan sekamarku di Malaysia,
> seorang geolog, asal Bantul. Juga pada kawan lain yang asal Jogja.
> Hanya satu yang terkirim, lainnya tertunda alias "pending". Semua
> panggilan telpon dijatah 15 detik oleh operator XL. Sempati bahkan
> baru "on" sore harinya.
>    
>   Sekolah diliburkan. Banyak guru tak masuk.
>    
>   Dua jam kemudian listrik menyala. Telpon rumah sudah kembali
> normal. Radio mulai bersiaran. TV lokal mulai membuat reportase,
> seperti yang Anda ketahui dari berita resmi dan tak resmi. Gubernur
> DIY memerintahkan semua sekolah dan kantor supaya ditutup. Saya
> mempelajari peta DIY. Tampak ada tiga sungai besar di Bantul: Progo,
> Opak dan Oya. Aku ingat kata kawanku yang geolog tadi, sungai adalah
> patahan lempengan bumi, disebut sesar atau fault. Itu sebabnya dia
> selalu mencari data di sepanjang sungai.
>    
>   Kira-kira jam 9 pagi ada seorang ibu muda datang bersepeda motor
> sambil berteriak-teriak memberitahu orangtuanya yang tinggal didepan
> rumahku. "Ana tsunami, tsunami, kabeh ngungsi ngalor !" Sekejap
> kemudian, orang kampung pun geger.
>    
>   Kakak iparku yang sudah agak sepuh sudah berkumpul di rumahku.
> Beliau tampak gelisah dan bertanya: "Piye om, piye om ? Ngungsi nang
> ngendhi om ?" Saya jelaskan tsunami tidak mungkin sampai Minomartani
> yang 30 km jauhnya dari pantai dan ada banyak sungai besar yang akan
> menampung air tsunami bila memang ada.
>    
>   Tiba-tiba ada siaran radio yangmembantah isu tsunami itu. Laporan
> langsung melalui telpon memberi indikasi, issue itu sengaja ditiupkan
> oleh penjarah. Di beberapa kampung terlihat beberapa orang asing
> datang dengan mobil van, dan menunjukkan sikap mencurigakan. Penduduk
> diminta tetap siaga di tempat masing-masing.
>    
>   Di hari itu, setiap satu - dua jam gempa datang, selama beberapa
> hari. Hari pertama gempa adalah hari yang mencekam, gempa susulan
> puluhan kali terjadi. Merapi di utara kota menyemburkan asap debu ke
> angkasa, mempercepat kondensasi uap air di udara. Selepas 'Ashar
> hujan kembali tiba, seperti biasanya sejak Juni 2005, sejak Merapi
> meningkat aktivitas vulkaniknya. Hujan hari itu cukup lama
> berlangsung, mempersulit pembagian bantuan dan datangnya pertolongan.
> Baru hari Selasa, 30 Mei 2006 tak ada hujan, karena hari itu tak ada
> gempa besar, dan Merapi "reda". Tak ada inti kondensasi uap air
> ("Wasserdampfkondensationskern") di udara. Hujan pun datang lagi sore
> keesokan harinya.
>    
>   Kamis 1 Juni jam 11.45 WIB gempa yang cukup besar datang lagi. Azan
> tepat berkumandang menandakan masuknya waktu zhuhur. Semua menengokke
> utara. Jam dua belas, lima belas menit setelah gempa, Merapi
> mengeluarkan asap putih nyaris vertikal sampai beberapa ratus meter.
> SCTV melaporkan langsung kejadian itu.
>    
>   Selanjutnya anda dapat membaca di koran dan sumber lain.
> 
>   Yang jadi masalah adalah, benarkah kejadian itu sudah ditanggapi
> sebagai peringatan Allah ? Oleh siapa ? Oleh saya, tentunya, dan juga
> anda. Bertambahkah iman saya setelah mengalami gempa itu ? Aku
> sendiri tak mampu menjawabnya. Aku tak punya "iman-meter", sampai
> saat ini.
>    
>   Itulah ceritaku mang Elan. Pendek, sebab tak pandai aku bercerita
> panjang. Bagi yang mengalami di lapangan langsung, impressinya,
> Eindrucknya, lain. Ayat yang masuk ke hati lebih dalam dari ayat yang
> masuk ke telinga, ........... mungkin karena  ayat itu tidak keluar
> dari mulut.
>    
>   Semua khilaf adalah dariku sendiri, kok, mang Elan. Doakan ya Mang,
> semoga anak-anakku, isteriku, saudara-2ku, dan aku sendiri berhasil
> memaknai peristiwa Zalzalah ini. Amien.
>    
>   Salam untuk Marvi kalau ia masih di sini. Salam juga buat ukhtuna
> Dipl.-Psych. Margrit Kischkat-Gaspar yang lukisan hadiahnya tetap
> tergantung di ruang keluarga. Masihkah dia tinggal di An den
> Finkenweiden 20 ?
>    
>   Wassalamu 'alaikum w.w.
>    
>   Yang merindui ukhuwah Aachener dulu,
>   DTA
> 
> Leo Imanov <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>    
>           Mengambil Hikmah dari Gempa Jogja
> 
> Oleh: Adian Husaini
> 
> Sabtu (27/5/2006) pagi, saya sedang berbaring di sebuah kamar hotel
> di
> kota Banjarnegara, Jawa Tengah. Tiba-tiba, tempat tidur bergoyang
> cukup keras. Segera saya berlari ke luar. Ternyata sejumlah penghuni
> hotel&#8211; kebanyakan peserta Muswil ICMI Jateng &#8211; juga
bergegas ke luar
> hotel, merasakan goncangan yang sama.
> 
> Goncangan itu berlangsung sekitar 1 menit. Saya berpikir, goncangan
> itu
> berkaitan dengan aktivitas Gunung Merapi. 
> 
> Sekitar pukul 11.30 WIB, usai mengisi acara Muswil ICMI Jateng, saya
> baru sempat menghidupkan pesawat TV. Astaghfirullah! Inna lillahi wa
> inna ilaihi rajiun! Peristiwa gempa pagi itu ternyata sebuah
> peristiwa
> yang sangat dahsyat. Tayangan-tayangan korban gempa di Jogja dan
> sekitarnya sungguh mengerikan. Ribuan rumah luluh lantak. Hancur,
> lebur! Ribuan nyawa melayang. 
> 
> Hampir semua korban meninggal atau luka-luka akibat tertimpa
> bangunan.
> Beberapa hari kemudian tercatat, jumlah korban meninggal melampaui
> angka 5000 jiwa. Gempa di Jogja dengan kekuatan 5,9 skala richter itu
> emang sangat dahsyat. Bukan hanya dari segi jumlah korban dan nilai
> kerusakan. Tapi, juga lokasi gempa yang menimpa sebuah lokasi yang
> dikenal sebagai pusat budaya, wisata, dan pusat pendidikan di
> Indonesia.
> 
> Gempa Jogja kali ini memang musibah terdahsyat kedua setelah gempa
> bumi
> 
=== message truncated ===


"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"Leo ImanovAbdu-lLahAllahsSlave


                
___________________________________________________________ 
How much free photo storage do you get? Store your holiday 
snaps for FREE with Yahoo! Photos http://uk.photos.yahoo.com




***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke