Terimakasih atas pencerahannya,mas. Salam
danardono --- In ppiindia@yahoogroups.com, ---=GuN=-- <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir > > Saya kirimkan wawancara Harian Bangsa dengan > KH. Ghazali Said, cendekiawan muslim yang banyak mengamati gerakan > Islam radikal. Beliau juga Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur > Wonocolo Surabaya, pernah studi di Mesir. Beberapa waktu lalu, saya juga mengirimkan komentar KH Hasyim Muzadi, bahwa khilafah itu bukan gerakan agama, tapi gerakan politik. > > Selamat membaca > > Salam > > -Guntur- > > Berikut wawancara lengkapnya: > > > www.harianbangsa.com > > Harian Bangsa > > Di Yordan, Organisasi Terlarang > > Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir (1) > > Beberapa kiai NU belakangan ini mengaku didatangi > aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Para aktivis > HTI itu selain membagikan brosur juga mengajak kiai > masuk kelompok mereka. Diantara kiai itu adalah KH > Ahmad Muhammad Alhammad, pengasuh pesantren Qomaruddin > Bungah Gresik. "Saya katakan kepada mereka, saya ini > NU, tak mungkin ikut paham sampean," kata Yai Mad - > panggilan kiai berparas teduh itu - kepada sejumlah > tamunya suatu ketika. "Brosur-brosurnya ada tapi tidak > saya baca," tuturnya lagi. > > Pengurus NU di berbagai daerah, termasuk PWNU Jawa > Timur, juga mengaku sering mendapat pengaduan dari > warga NU soal aktivis HTI yang berusaha mempengaruhi > warga nahdliyin. Bahkan dalam Munas dan Mubes NU di > Asrama Haji Sukolilo Surabaya tempo hari para aktvis > HTI masuk ke kamar-kamar peserta membagikan selebaran. > Jargon mereka - seperti biasa -khalifah sebagai > solusi. Belum lagi beberapa masjid NU yang jadi > sasaran mereka. > > Karuan saja banyak kiai penasaran. Gerakan apa > sebenarnya HTI? Bagaimana asal-usulnya? Berikut > wawancara HARIAN BANGSA dengan KH Imam Ghazai Said, > MA, cendekiawan muslim yang banyak mengamati gerakan > Islam radikal. Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur > Wonocolo ini memang sangat paham soal berbagai gerakan > Islam, terutama yang berasal dari Timur Tengah. Ia > selain banyak menulis dan mengoleksi leteratur Islam > aliran keras juga bertahun-tahun studi di Timur > Tengah. Ia mendapat gelar S-1- di Universitas Al-Azhar > Mesir, sedang S-2 di Hartoum International Institute > Sudan. Kemudian ia melanjutkan ke S-3 di Kairo > University Mesir. Kini intelektual muslim ini aktif > sebagai Rois Syuriah PCNU Surabaya dan dosen IAIN > Sunan Ampel Surabaya. > > Bisa Anda jelaskan bagaimana sejarah gerakan Islam > aliran keras yang belakangan menjadi perhatian para > kiai NU? > > Sebenarnya kelompok besarnya itu Ikhwanul Muslimin > yang pusatnya di Ismailiah, Mesir. Organisasi ini > berdiri pada 1928, dua tahun setelah NU berdiri, NU > kan berdiri 1926. Pendiri Ikhwanul Muslimin Syaikh > Hasan Al-Banna. Menurut saya, pemikiran Syaikh Hasan > Al-Banna ini moderat. Dia berusaha mengakomodasi > kelompok salafy yang wahabi, merangkul kelompok > tradisional yang mungkin perilaku keagamaannya sama > dengan NU dan juga merangkul kelompok pembaharu yang > dipengaruhi oleh Muhammad Abduh. Syaikh Al-Banna > menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin itu harkah > islamiyah, sunniyah, salafiyah, jadi diakomodasi > semua, sehingga ikhwanul muslimin menjadi besar. Dalam > Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad. > Yaitu institusi jihad dalam struktur Ikhwanul Muslimin > yang sangat rahasia. Kader yang berada dalam Tandhimul > Jihad ini dilatih militer betul, doktrinnya pakai > kesetiaan seperti tarikat kepada mursyid. Ini dibawah > komando langsung Ikhwanul Muslimin. Para militer atau > milisi ini menarik kelompok-kelompok sekuler yang > ingin belajar tentang disiplin militer. Nasser (Gammal > Nasser, red) dan Sadat (Anwar Sadat, red) juga belajar > pada Tandhimul Jihad ini. > > Apa Nasser dan Sadat yang kemudian jadi presiden Mesir > itu bagian dari Ikhwanul Muslimin? > > Mereka bagian dari militernya, bukan dari ideologi > Ikhwanul Muslimin. Jadi mereka belajar aspek > militernya. Ketika pada 1948 Israel mempermaklumkan > sebagai negara maka terjadi perang. Nah, Tandhimul > Jihad ini ikut perang, dan kelompok ini yang punya > prakarsa-prakarsa. Waktu itu Mesir kan masih dibawah > kerajaan Raja Faruk dan sistemnya masih perdana > menteri, Nugrasi. Tapi akhirnya Arab kalah dan Israel > berdiri. Kemudian Tandhimul Jihad balik lagi ke Mesir. > Nah, dalam kelompok ini ada Taqiuddin Nabhani yang > kemudian mendirikan Hizbut Tahrir. Jadi Taqiuddin itu > awalnya bagian dari Ikhwanul Muslimin. Namun antara > Hasan Al-Banna dan Taqiuddin ini kemudian terjadi > perbedaan. Hasan Al-Banna berprinsip kita terus > melakukan perjuangan dan memperbaiki sumber daya > manusia. Sedang Taqiuddin bersikukuh agar terus > melakukan perjuangan bersenjata, militer. Taqiuddin > berpendapat kekalahan Arab atau Islam karena dijajah > oleh sistem politik demokrasi dan nasionalisme. Sedang > Hasan Al-Banna berpendapat sebaliknya. Menurut dia, > tidak masalah umat Islam menerima sistem demokrasi dan > nasionalisme, yang penting kehidupan syariat Islam > berjalan dalam suatu negara. Pada 1949 Hasan Al-Banna > meninggal karena ditembak agen pemerintah dan dianggap > syahid. Sedang Taqiuddin terus berkampanye di > kelompoknya di Syria, Libanon dan Yordania. Kemudian > Tandhimul Jihad diambil alih Sayid Qutub, ideolognya > Ikhwanul Muslimin. Ia dikenal sebagai sastrawan dan > penulis produktif, termasuk tafsir yang banyak dibaca > oleh kita di Indonesia. Nah, Sayid Qutub ini > mendatangi Taqiuddin agar secara ideologi tetap di > Ikhwanul Muslimin. Tapi Taqiuddin tidak mau karena ia > beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk > lingkaran jahiliyah. Ya, itu menurut Taqiuddin hanya > gara-gara Ikhwanul Muslimin menerima nasionalisme. > Akhirnya Taqiuddin mendirikan Hizbut Tahrir. Artinya, > partai pembebasan. Maksudnya, pembebasan kaum muslimin > dari cengkraman Barat dan dalam jangka dekat > membebaskan Palestina dari Israel. Itu pada mulanya. > Ia mengonsep ideologi khilafah Islamiyah. > > Lantas? > > Nah, karena ia berideologi khilafah Islamiyah, > sementara di negaranya sendiri telah berdiri negara > nasional, maka akhirnya berbeda dengan masyarakatnya. > Di Lebanon, sudah berdiri negara nasionalis yang multi > karena rakyatnya terdiri dari banyak agama, > undang-undangnya sesuai jumlah penduduknya, misalnya, > presidennya, harus orang Kristen Maronit, Perdana > Menterinya harus orang Islam Sunni, ketua parlemennya > harus orang Islam Syiah. Di Syiria juga telah menjadi > negara sosialis, begitu juga Yordania telah berdiri > sebagai negara sesuai kondisi masyarakatnya. Akhirnya > Hizbut Tahrir itu menjadi organisasi terlarang (OT) di > negara asal berdirinya. Karena ia menganggap > nasionalisme itu sebagai jahiliah modern. Namun meski > menjadi organisasi terlarang Hizbut Tahrir tetap > bekerja dan menyusup ke tentara, ke berbagai > organisasi profesi dan masuk juga ke parlemen. Hizbut > Tahrir masuk ke partai politik dengan menyembunyikan > identitasnya. Dari situlah kemudian terjadi > upaya-upaya untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah > yang sah pada jaman Raja Husen. Sehingga sebagian > anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan > dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih jadi > organisasi terlarang di Yordania. > > Bagaimana sejarahnya sampai ke Indonesia ? > > Mereka mengembangkan ke sini melalui mahasiswa yang > belajar di Mesir. Pola ikhwan dikembangkan, pola > Salafy dan pola Hizbut Tahrir dikembangkan. Tapi > antara Ikhwan, Salafy dan Hizbut Tahrir secara > ideologi bertemu, ada kesamaan. Mereka sama-sama ingin > menerapkan formalisasi syariat Islam. Hanya bedanya, > kalau Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam > bahasa lain mengislamkan orang Islam, karena dianggap > belum Islam. Dan target utamanya NU karena dianggap > sarangnya bid' ah.ha.ha.ha. . Bisa saja kelompok > Salafy, Hizbut Tahrir dan Ikwanul Muslimin membantah, > tapi saya tahu karena saya telah berkumpul dengan > mereka. > > Kalau Ikhwanul Muslimin? > > Sama. Kelompok Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU > sebagai target. Mereka bergerak lewat mahasiswanya > yang dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini minimal 7 > orang, dan maksimal 10 orang. Ini ada amirnya dan amir > inilah yang bertanggungjawab terhadap kelompok. > Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari > terpenuhi, misalnya kalau ada anggota yang kesulitan > bayar SPP. Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang > politik, tapi juga bidang-bidang lain. Nah, kelompok > inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah > yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan > sebagainya. Kelompok Tarbiyah inilah yang menjadi > cikal bakal PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mereka > umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kelompok ini > masih agak moderat karena masih mau menerima negara > nasional. Tapi substansi perjuangan formalisasi > syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy. > > Kalau dalam ideologi khilafah Islamiyah? > > Hizbut Tahrir katemu dengan Salafy dan Ikhwanul > Muslimin dalam soal formalisasi syariat. Tapi dari > segi sistem khilafahnya tidak ketemu. Sebab khilafah > Islamiyah itu dianggap utopia. Misalnya bagaimana > denganya sistem Syuronya, apakah meniru sistem Turki > Utsmani yang diktator atau Umayah, itu masih problem. > Tapi bagi Hizbut Tahrir yang penting khilafah > Islamiyah. > > Apa saja program Hizbut Tahrir? > > Mereka sampai kini punya konstitusi yang terdiri dari > 187 pasal. Dalam konstitusi ini ada program-program > jangka pendek. Yaitu dalam jangka 13 tahun, menurut > Taqiuddin, sejak berdiri 1953, Negara Arab itu sudah > harus jadi sistem Islam dan sudah ada khalifah. > Taqiuddin juga menarget, setelah 30 tahun dunia Islam > sudah harus punya khalifah. Tapi kalau kita hitung > sejak tahun 1953 sampai sekarang kan tidak > teralisir.he. .he..he.. Jadi utopia, tapi mereka masih > semangat. > > Bagaimana sejarah Hizbut Tahrir ke Indoneisia? > > Itu melalui orang Libanon. Namanya Abdurrahman > Al-Baghdadi. Ia bermukim di Jakarta pada tahun 80-an. > Kemudian juga dibawa Mustofa bin Abdullah bin Nuh. > Inilah yang mendidik tokoh-tokoh HTI di Indonesia > seperti Ismail Yusanto, tokoh-tokoh Hizbut Tahrir > sekarang. Tapi sebenarnya diantara mereka ada friksi. > Karena tokoh-tokoh HTI yang sekarang merasa dilangkahi > oleh Ismail Yusanto ini. > Bagaimana gerakan mereka di Indonesia? > > Ini anehnya. Di Indonesia mereka terus terang > menganggap Pancasila jahiliah. Nasionalisme bagi > mereka jahiliah. Tapi reformasi kan memberi angin > kepada kelompok-kelompok ini sehingga dibiarkan saja. > Dan tidak ada dialog. Akhirnya mereka memanfaatkan > institusi (seolah-olah) "mendukung" pemerintah untuk > mempengaruhi MUI (Majelis Ulama Indonesia). Tapi > mereka taqiah (menyembunyikan agenda perjuangan > aslinya), sebab mereka menganggap Indonesia itu > sebenarnya jahiliah. Taqiah itu ideologi Syiah tapi > dipakai oleh mereka. > > Nah, bagaimana respon tokoh Hizbut Tahrir? Ikuti > lanjutan serial ini besok > > dan seterusnya (bersambung) > > > > Boleh Cium Perempuan Bukan Muhrim > > Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir (2) > > Lalu bagaima cara Hizbut Tahrir merealisasikan > kepentingan politiknya? > > Meski bernama partai, Hibut Tahrir, tak bisa ikut > pemilu. Hizbut Tahrir membentuk beberapa tahapan dalam > menuju pembentukan khilafah Islamiah. Pertama, taqwin > asyakhsyiah islamiah, membentuk kepribadian Islam. > Mereka pakai sistem wilayah, karena gerakan mereka > internasional. Jadi untuk Indonesia wilayah Indonesia. > Tapi sekarang pusatnya tak jelas, karena di negaranya > sendiri sangat rahasia. Mereka dikejar-kejar karena > Hizbut Tahrir ini organisasi terlarang. Tapi mereka > sudah ada di London, Austria, di Jerman dan > sebagainya. > > Siapa tokoh internasionalnya itu? > > Nah itu rahasia. Tapi di sini mereka terbuka karena > Indonesia memberi peluang. Ada Ismail Yusanto dan > sebagainya, jadi bisa muncul di media massa. Nah, dari > taqwin syahsyiah islamiah ini bagaimana bisa mengubah > ideology nasionalis menjadi internasionalis Islam. > Mereka agresif, jadi terus menyerang. Karena itu > orang-orang NU didatangi, termasuk kiai-kiainya > didatangi oleh mereka. Kedua, attau'iyah, penyadaran. > Ketiga, at-ta'amul ma'al ummah, interaksi dengan > masyarakat secara keseluruhan. Mereka membantu > kepentingan- kepentingan. Saya dengar di Surabaya, di > Unair dan ITS saja, dalam urunan mereka bisa > menghasilkan uang Rp 30 juta tiap bulan. Keempat, > harkatut tatsqif, gerakan intelektualisasi. Ini > diajari bagaimana menganalisa hubungan internasional, > mempelajari kejelekan-kejelekan ideologi kapitalisme. > Pokoknya yang ideologi modern itu mereka serang semua. > Mereka melontarkan Islam sebagai solusi atau > > alternatif. Ini beda dengan Ikhwanul Muslimin dan > Tarbiah Islamiah yang kemudian menjelma sebagai PKS. > Sebab Ikhwanul Muslimin agak fleksibel. Kasus di > Syria, di bawah Mustofa as-Syiba'i, ketika ideologi > pemerintahannya sosialisme, mereka ikut sosialis. Ia > mencari landasan hukum bahwa sosialisme itu benar > menurut Islam. Maka Mustofa as-Syiba'i menulis buku > Istiroqiyah Islamiah, jadi sosialisme Islam. > > Tapi Hizbut Tahrir di Indonesia kan pendukung PKS? > > Kalau dukungan iya, tapi secara formal mereka tidak. > Ya, mungkin ada kesamaan dalam perjuangan yang > terbatas. > > Lalu tahapan apalagi? > > Yang terakhir, at-taqwin daulah islamiah, membentuk > Negara Islam. Sarananya apa? Biwasailil jihad, dengan > sarana jihad. Jadi bagi negara nasional, gerakan > mereka, menurut saya, bahaya. Karena gerakan > selanjutnya adalah istilamul hukmi, merebut kekuasaan. > Meskipun utopia tapi kalau mereka pakai cara-cara > kekerasan, kan berat. Karena mereka didoktrin dan > pengikutnya muda-muda semua. Misalnya, mahasiswa > semester 2 atau 3. Bahkan santri saya datang ke saya, > ia bilang diajak Hizbut Tahrir. Saya persilakan. Tapi > saya sendiri pernah diprotes oleh Hizbut Tahrir. > > Kenapa? > > Saya kan pernah bilang, bahwa pendapat ijtihadi Hizbut > Tahrir ada yang kontroversial. Misalnya pendapat > fiqhnya menyatakan bahwa anggota Hizbut Tahrir itu > sebenarnya boleh non-muslim. Ini kan kontroversi. > Kemudian, menurut Hizbut Tahrir, perempuan boleh jadi > anggota parlemen. Kalau di Arab ini kontroversi. Lalu > juga - menurut Hizbut Tahrir - boleh melihat film > porno. Kemudian, ini yang menarik, menurut Hizbut > Tahrir, boleh mencium perempuan bukan muhrim, baik > syahwat maupun tidak syahwat. Begitu juga salaman > dengan perempuan, boleh. Tapi mereka (aktivis Hizbut > Tahrir) membantah. Waktu di NU Centre, mereka > membantah karena saya menyatakan menurut paham Hizbut > Tahrir boleh salaman dengan perempuan bukan muhrim. > Mereka tanya, masak Hizbut Tahrir membolehkan ciuman > dengan cewek bukan muhrim. Padahal setelah saya lihat > dalam buku mereka ini (Imam Ghazali Said menunjukkan > buku) memang boleh. Berikutnya, perempuan boleh > berpakaian celana yang untuk kawasan Timur Tengah > dianggap kontroversi. Juga boleh orang kafir menjadi > panglima di Negara Islam, bahkan jadi khalifah > sekalipun, asal dia taat pada undang-undang Islam. > Kemudian juga boleh umat Islam membayar jizyah (pajak) > kepada Negara kafir dalam kondisi umat Islam belum > kuat. > > Respon mereka? > > Lha, ini nggak benar, kata mereka. Kata mereka, yang > bicara begini ini harus Hizbut Ttahrir. Lalu saya > bilang, saya kan punya data autentik. Ini tulisan > syaikh Anda sendiri, Taqiuddin Nabhani (pendiri Hizbut > Tahrir). Daulah Islamiyah. Saya sebagai guru kan tak > boleh bohong. Sekarang mahasiswa tak bisa dibohongi. > Mereka bisa akses informasi kemana-mana sehingga kita > tak bisa nutup-nutupi. Katanya mereka (aktivis Hizbut > Tahrir) mau kesini, mau lihat buku ini. Saya bilang > boleh, tapi cukup difoto kopi. Kalau buku ini dibawa > jangan, nanti hilang. > > Apa kira-kira dasar Hizbut Tahrir membolehkan cium > cewek segala itu? > > Di sini tak dijelaskan alasannya. Tapi perkiraan saya > agar orang Islam dapat dukungan dalam mendirikan > khilafah, maka tak boleh terlalu ketat. Tapi menurut > saya sampai sekarang belum ada tanda-tanda mereka akan > bisa mendirikan khilafah. Karena kalau terlalu ketat > mereka tak bisa mendapat dukungan internasional. > Padahal mereka orientasinya internasional. Karena itu > kampanye mereka sekarang tidak boleh mengkafirkan > sesama muslim. Padahal ideologinya mereka kafirkan. > Nasionalisme mereka kafirkan. (bersambung) > > Abu Jahal juga Berjenggot dan Bersorban > > Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (3) > > > > Pengurus DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa > Timur dan DPD II Surabaya kemarin silaturahim ke > redaksi HARIAN BANGSA. Mereka mengklarifikasi beberapa > pernyataan KH Imam Ghozali Said. Mereka yang kemarin > ditemui jajaran redaksi terlibat dialog secara > intensif dan gayeng. Beberapa kali terdengar > ger-geran. Bagaimana tanggapan mereka? Tunggu saja. > Redaksi akan menurunkan tanggapan mereka setelah > wawancara dengan Imam Ghazali Said usai. > > Berikut ini lanjutan wawancara dengan Imam Ghazali > Said. > > Bagaimana pandangan mereka soal fiqh? > > Ada pemikiran begini. Apakah negara yang pakai sistem > jahiliah itu perlu fiqh. Padahal fiqh itu adalah hukum > Islam yang harus dilaksanakan dalam pemerintahan yang > Islam. Ini terjadi perdebatan antara Sayid Qutub dan > Wahbah Zuhaili. Dr Wahba ini orang Syria yang kitabnya > jadi kutub muktabarah di NU. Dalam ICIS tempo hari > Wahba ini datang. Sayid Qutub ini asalnya kan seorang > hakim. Tapi, ketika dia masih jadi hakim ia masih > menganggap penting system khlafah. Menurut Sayid Qutub > dan Taqiuddin Nabhani, fiqh tidak perlu dipelajari > atau dipraktikkan sepanjang suatu negara belum > melaksanakan sistem Islam. Sedang Wahba Zuhaili > menganggap bahwa fiqh adalah suatu keniscayaan. Ini > jadi polemik. Menurut Wahba, orang Islam harus belajar > fiqh, baik negaranya Islam maupun tidak Islam. Jadi > menurut Wahba tidak hanya sistem pemerintahan saja, > tapi bagaimana orang nikah, orang salat, muamalah, > semua itu kan fiqh yang ngatur. Tapi menurut Sayid > Qutub dan Taqiuddin Nabhani tidak perlu itu. Yang > penting bagaimana memperjuangkan menegakkan > pemerintahan Islam, baru setelah itu fiqh. Karena itu > meski buku-buku atau tulisan Sayid Qutub banyak tapi > tak ada fiqhnya. Semua buku-buku dia bernuansa > politik. Misalnya pertarungan Islam dan kapitalisme > dan sebagainya. > > Dari penjelasan Anda ini tampak bahwa aktivis HTI > sendiri kemungkinan banyak yang belum paham tentang > pemikiran Taqiuddin Nabhani sebagai pendirinya? > > Begini. Mereka itu ada jubirnya, jadi informasi dan > pemikiran yang keluar diatur. Jadi referensi mereka > tidak terbuka. > > Berarti ada beberapa pemikiran yang disembunyikan bagi > pengikutnya? > > Ya, padahal kondisi sekarang kan sudah tidak bisa > model begitu. Seperti saya kan tidak bisa mengelabuhi > mahasiswa saya. Karena mahasiswa saya bisa mengakses > literatur primer. Kecuali anggotanya bodoh-bodoh. Kan > kasihan kalau anggotanya bodoh-bodoh. Karena itu > ketika saya menyampaikan informasi yang benar dari > sumber primer lalu dikira keliru oleh mereka. Ya, ndak > bisa, wong saya punya sumber primer. Mereka katanya > mau melihat sumber primer ini. > > Maksudnya sengaja disembunyikan? > > Bisa saja dianggap aib dan kalau itu dimunculkan > pasarnya bisa tidak laku. Karena itu disembunyikan. > Tapi pada era sekarang mana bisa disembunyikan. > Lha,wong, di tiga negara, di Libanon, Syria dan > Yordan, Hizbut Tahrir itu jadi organisasi terlarang. > Di Mesir juga jadi organisasi terlarang karena mau > menggulingkan pemerintahan yang sah. Jadi mereka > gampang terseret pada aksi kekerasan. Karana itu > anak-anak muda NU jangan mudah terprovokasi ikut > mereka. > > Tapi dalam hal-hal tertentu kan ada juga beberapa > kesamaan dengan NU? > > Ya, mungkin ada kesamaan. Qur'annya satu, Nabinya satu > (Muhammad), karena itu kita tak bisa saling > menyesatkan sebab masing-masing punya pandangan > keagamaan yagn berbeda. Jadi ada hal yang sama dan ada > hal yang beda. Artinya, bidang-bidang yang dikerjakan > NU ya serahkan kepada NU, sedang bidang-bidang bagian > mereka ya serahkan mereka. Ini tidak akan berbenturan. > Jadi jangan mencaplok. Sudahlah yang bagian khilafah > sampean (Hizbut Tahrir), carilah pengikut tapi jangan > di NU. Mestinya orang-orang kafir diupayakan jadi > basis pendukung, misalnya. > > Kalau kelompok Salafy? > > Mereka bergerak dalam bidang pendidikan. Misalnya LPBA > (Lembaga Pendidikan Bahasa Arab) yang sekarang menjadi > Lembaga Ilmu Keislaman cabang dari Jamiatul Imam > Riyadh. Ini dibiayai dari sana sangat besar. > Sebenarnya orang-orang seperti Ulil (Ulil Abshar > Abdalla, red), Imdad dan sebagainya alumni LPBA ini. > Lah, mereka ketemu dengan Rofik Munawar yang dulu > ketua PKS Jawa Timur. Anis Matta (sekjen PKS) itu juga > teman Ulil di LPBA. Mereka dulu alumni situ. Hanya > saja ada yang kemudian terbawa dan larut dalam salafy > seperti Anis Mattta, tapi ada yang nggak, ya kayak > Ulil itu. Kalau Anis Matta terbawa Salafy tapi pola > politiknya ikut Ikhwanul Muslimin. Kelompok Salafy ini > sangat puritan. Jadi tahlilan, dibaan, ziarah kubur, > mereka sangat tidak mau. Mereka menganggap itu syirik. > Nah, disinilah, dalam bidang peribadatan itu, kelompok > PKS ketemu dengan Salafy. Sedang orang-orang seperti > Ulil, Imdad dan anak-anak pesantren yang sekolah di > LPBA melakukan pemberotakan. Mereka menganggap (paham > Salafy) itu tak cocok dengan budaya saya (Ulil cs) > yang NU. Akhirnya mereka melanjutkan ke ilmu-ilmu > filsafat, sosial dan sebagainya, termasuk belajar ke > Magnez Suseno di Driyarkara. Kemudian berkomunikasi > dengan Nurcholis Madjid, ketika Nurcholis masih ada > (hidup). Nah, dalam diri Ulil cs ini kemudian > terbentuklah suatu sosok yang berasal dari pola > radikal (Salafy), ketemu dengan ilmu-ilmu sosial, > ketemu dengan Nurcholis Madjid, ketemu dengan Gus Dur > dan sebagainya. Jadi mereka ini meramu dari berbagai > unsur itu sehingga jadilah orang seperti Ulil, Hamid > Basyaib, Luthfi Syaukani, Muqsith (Abd Moqsith > Ghazali, Red.), dan sebagainya. > > Apa ada kesamaan dalam soal simbol-simbol pakaian di > antara mereka? > > Ya, memang ada kesamaan, baik kelompok Hizbut Tahrir, > Tarbiah (PKS) maupun Salafy. Misalnya pakai celana > cingkrang, berjenggot dan sebagainya. Tapi semua > kelompok ini sama menyerang NU. > > O, ya bagaima sebenarnya sebenarnya soal pakaian itu > menurut Islam? > > Menurut mereka, Nabi itu jenggotan. Abdul Aziz, tokoh > Salafy, itu menulis tentang membiarkan jenggot. > Menurut dia, kalau orang mencukur jenggot dianggap > tabi'ul hawa, mengikuti hawa nafsu. Jadi menurut > mereka memahami sunnah Rasul itu apa saja diikuti, > termasuk cara berpakaian. Tapi kalau NU kan tidak > begitu cara memahami sunnah Rasul. Paling tidak, NU > terdidik memahami sunnah Rasul itu dalam arti > substantif, misalnya soal peribadatan. Tapi kalau soal > pakaian kalangan NU yang terdidik menganggap itu > sebagai budaya. Misalnya soal sorban. Nabi memang > bersorban tapi harus diingat Abu Jahal dulu juga > sorbanan. Begitu juga soal jenggot. Kalangan NU > terdidik menganggap itu sebagai budaya. Karena Abu > Jahal pun juga jenggotan. Masak orang nggak punya > jenggot disuruh memelihara jenggot. Ada orang yang > jenggotnya hanya tiga helai atau tiga lembar itu > disuruh pelihara..kan lucu.ha.ha.ha. > > Kalau soal celana mereka yang cingkrang? > > Kan ada dalam hadits Nabi bahwa kalau pakaian orang > itu nglembreh ke kakinya dianggap huyala, sombong. > Padahal dulu pakaian Abu Bakar juga ngelembreh, > panjang ke bawah tapi tidak dianggap sombong. Waktu > itu Abu Bakar tanya, apakah saya ini juga dianggap > sombong karena pakaian saya ngelembreh. Lalu dijawab, > o, tidak, karena Abu Bakar memang tidak sombong, meski > pakaiannya nglembreh. Karena tubuh Abu Bakar kurus, > jadi sudah wajar kalau pakaiannya dipanjangkan sampai > nglembreh. Karena itu menurut kalangan NU, pakaian itu > dianggap sebagai budaya. Masak orang pakai kopyah > hitam dianggap bid'ah hanya karena Nabi tak pernah > pakai kopyah hitam. Kan waktu itu belum ada perusahaan > kopyah Gresik ha.ha.. Nah, disini lalu semua menyerang > NU. Jadi mereka semua, Hizbut Tahrir, Tarbiyah dan > Salafy itu sama menyerang NU. Menurut mereka, yang > dimaksud ahlussunnah itu adalah versi Ibnu Taymiah, > bukan paham versi Asy'ari. Dalam buku-buku mereka > paham Asy'ari itu dianggap sesat. Padahal NU kan > menganut paham Asy'ari. > > Jihad untuk Negara Nasional > > Ada yang berpendapat, kalau niat mereka untuk dakwah, > kenapa mereka kok tidak merekrut komunitas lain yang > belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan hasil > jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa > mereka tidak cari kreasi sendiri agar tidak > menimbulkan konflik sesama umat Islam? > > Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi > kita yang sudah Islam ini harus diislamkan lagi.ha.ha > .. > > Jadi iman umat Islam masih perlu diadili. Berarti > mereka merasa paling Islam? > > O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu > harus kita pahami itu. Kalau sikap saya tetap harus > moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita ya kita > nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita > harus melawan. Karena itu di beberapa tempat seperti > di NTT, Jember, kita lawan karena mereka sudah > menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU > dianggap sesat. Saya kan kesana, orang NU di sana > dianggap dlalal finnar, masuk neraka.ha..ha. . ya > kelompok Salafy itu. Jadi yang menyerang NU dalam > peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang > NU dari segi politik kelompok Hizbut Tahrir dan > Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar, bahwa > sekarang mereka diserang dari berbagai arah. > > Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda > sekali dengan NU? > > Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru di > kalangan anak-anak muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa > formalisasi syariat ternyata selalu gagal, karena itu > Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika soial. > Dan ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang, > walau belakangan NU diutik dengan formalisasi syariat. > Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam berbagai wawancara > menyatakan tidak memperjuangkan Islam seperti teksnya > tapi yang diperjuangkan adalah ruhnya. Bisa saja KUHP > seperti sekarang tapi ruh Islam ada di situ. Nah, > dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat besar. Tapi di > struktural NU sekarang kan dilakukan pembersihan > terhadap kelompok-kelompok Gus Dur. Di Lakpesdam, > Imdad (M Imaduddin Rahmat, red) bilang kepada saya > bahwa dia hanya ditaruh sebagai pemimpin redaksi > Tashwirul Afkar. Tapi di struktur Lakpesdam ia sudah > tak masuk. Tapi untuk membersihkan orang-orang Gus Dur > secara total tidak bisa. Karena pengurus NU yang > pandai-pandai adalah "didikan" Gus Dur. Paling tidak, > secara visi keagamaan sama karena sebelumnya pernah > lama berinteraksi dengan Gus Dur. Misalnya Endang > Turmudzi, Sekjen PBNU. Dia kan orang LIPI. Kemudian > Nazaruddin Umar, Katib Aam Syuriah. Nah, ketika > berhubungan dengan dunia internasional, > kelompok-kelompok "didikan" Gus Dur inilah yang bisa > berkomunikasi. Jadi meski mereka ini dibenci tapi > tetap dibutuhkan. Misalnya ada Masdar dan sebagainya. > Dan mereka inilah yang mengerti persoalan yang > dihadapi NU ke depan dalam menghadapi > kelompok-kelompok Islam radikal itu. > > Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional? > > NU fiqh mainded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang > berkembang. Fiqh yang dikembangkan NU adalah fiqh > dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim > Asy'ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi > jihad Negara Indonesia dalam kondisi bukan negara > agama. Karena saat itu kalimat menjalankan syariat > Islam sudah dihapus kemudian Belanda datang lagi > akhirnya Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad. > Jadi Negara yang dipertahankan waktu itu negara > "sekuler" kan. Jadi NU tak bisa lepas dari negara > nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad > Kiai Hasyim itu merupakan fatwa pertama di dunia Islam > yang mempertahankan negara nasionalis. Belum ada > ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk > mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim > Asy'ari itu pelopor pertama. > > Apa kira-kira dasar pemikirannya? > > Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia > merdeka dulu. Apalagi bangsa Indonesia mayoritas umat > Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai Hasyim > membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan > mempertahankan negara nasional. Nah, ini bagi wacana > pemikiran internasional seperti orang-orang yang > menginginkan sistem kahalifah kontroversi. Perjuangan > NU berikutnya, dalam sejarahnya, seluruhnya selalu > terkait dengan negara. Soekarno, misalnya, diberi > gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah. Jadi pemerintah > darurat yang mempunyai kekuatan. Ini asalnya kan > diberi oleh konfrensi ulama di Cipanas 1954. Kemudian > pada 1956 oleh NU dianggap sah. Ini artinya apa? > Karena dikaitkan dengan fiqh? Sebab perempuan yang > tidak punya wali dalam pernikahan walinya harus > Sulthon. Padahal hadits as-sultonu waliyu man laa > waliya lah. Sulthon itu adalah wali bagi orang yang > tak punya wali. Kalau Sulthon ini tidak diberi > legitimasi sesuai syariat kan tidak sah Sulthon ini. > Jadi ini terkait dengan fiqh maka negara walau sekuler > harus diakui sah menurut syariah. Nah, cara berpikir > ini saya kira cerdas. Kalau nggak gimana. Sulthon itu > siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan > diri ke situ. Nah, itulah NU. Tapi ini kemudian > disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU > itu oportunis pada negara karena memberi legitimasi. > Padahal sebenarnya ini terkait dengan fiqh. > > Faktor lain? > > Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo > sedang mengadakan pemberontakan. Nah, pemberian gelar > waliyul amri dlaruri bissyaukah itu sebagai legitimasi > pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan > pemberontakan itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada > fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan pada fiqh > siyasahnya (politik). Selanjutnya perjuangan NU terus > berkait dengan negara nasionalisme. Ini yang harus > dipahami oleh kelompok-kelompok baru ini seperti > Hizbut Tahrir dan sebagainya itu. (Bersambung) > > Selasa 29 Agustus 2006 9:55:56 WIT > > NU Dianggap Masuk Neraka > > Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (4) > > Dalam edisi kemarin ada beberapa nama dan kutipan > salah tulis. Misalnya di situ tertulis Dr Wahba > Suhairi. Yang benar adalah Dr Wahbah Zuhaily. Begitu > juga Sayid Qutub tertulis sebagai hakim. Yang benar, > Taiqiuddin an-Nabhani asalnya seorang hakim, sedang > Sayid Qutub seorang sastrawan. Redaksi mohon maaf > kepada Pembaca. Pembetulan ini sekaligus sebagai > ralat. Berikut lanjutan wawancara dengan KH Imam > Ghozali Said, MA. > > Ada yang berpendapat, kalau niat mereka untuk dakwah, > kenapa mereka kok tidak merekrut komunitas lain yang > belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan hasil > jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa > mereka tidak cari kreasi sendiri agar tidak > menimbulkan konflik sesama umat Islam? > > Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi > kita yang sudah Islam ini harus diislamkan lagi.ha.ha > .. > > Jadi iman umat Islam masih perlu diadili. Berarti > mereka merasa paling Islam? > > O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu > harus kita pahami itu. Kalau sikap saya tetap harus > moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita ya kita > nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita > harus melawan. Karena itu di beberapa tempat seperti > di NTT, Jember, kita lawan karena mereka sudah > menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU > dianggap sesat. Saya kan kesana, orang NU di sana > dianggap dlalal finnar, masuk neraka.ha..ha. . ya > kelompok Salafy itu. Jadi yang menyerang NU dalam > peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang > NU dari segi politik kelompok Hizbut Tahrir dan > Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar, bahwa > sekarang mereka diserang dari berbagai arah. > > Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda > sekali dengan NU? > > Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru di > kalangan anak-anak muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa > formalisasi syariat ternyata selalu gagal, karena itu > Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika soial. > Dan ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang, > walau belakangan NU diutik-utik dengan formalisasi > syariat. Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam berbagai > wawancara menyatakan tidak memperjuangkan Islam > seperti teksnya tapi yang diperjuangkan adalah ruhnya. > Bisa saja KUHP seperti sekarang tapi ruh Islam ada di > situ. Nah, dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat > besar. Tapi di struktural NU sekarang kan dilakukan > "pembersihan" terhadap kelompok-kelompok Gus Dur. Di > Lakpesdam, misalnya, Imdad (M Imdaduddin Rahmat, red) > bilang kepada saya bahwa dia hanya ditaruh sebagai > pemimpin redaksi Jurnal Tashwirul Afkar. Tapi di > struktur Lakpesdam ia sudah tak masuk. Tapi untuk > membersihkan orang-orang Gus Dur secara total tidak > bisa. Karena pengurus NU yang pandai-pandai adalah > "didikan" Gus Dur. Paling tidak, secara visi keagamaan > sama karena sebelumnya pernah lama berinteraksi dengan > Gus Dur. Misalnya Endang Turmudzi, Sekjen PBNU. Dia > kan orang LIPI. Kemudian Nazaruddin Umar, Katib Aam > Syuriah. Nah, ketika berhubungan dengan dunia > internasional, kelompok-kelompok "didikan" Gus Dur > inilah yang bisa berkomunikasi. Jadi meski mereka ini > dibenci tapi tetap dibutuhkan. Misalnya ada Masdar (KH > Masdar Faid Mas'udi, Red) dan sebagainya. Dan mereka > inilah yang mengerti persoalan yang dihadapi NU ke > depan dalam menghadapi kelompok-kelompok Islam radikal > itu. > > Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional? > > NU fiqh minded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang > berkembang. Fiqh yang dikembangkan NU adalah fiqh > dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim > Asy'ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi > jihad, Negara Indonesia dalam kondisi bukan negara > agama. Karena saat itu kalimat "menjalankan syariat > Islam.." sudah dihapus. Kemudian Belanda datang lagi > akhirnya Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad. > Jadi Negara yang dipertahankan waktu itu negara > "sekuler" kan. Jadi NU tak bisa lepas dari negara > nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad > Kiai Hasyim itu merupakan fatwa pertama di dunia Islam > yang mempertahankan negara nasionalis. Belum ada > ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk > mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim > Asy'ari itu pelopor pertama. > > Apa kira-kira dasar pemikirannya? > > Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia > merdeka dulu. Apalagi bangsa Indonesia mayoritas umat > Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai Hasyim > membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan > mempertahankan negara nasional. Nah, ini bagi wacana > pemikiran internasional - seperti orang-orang yang > menginginkan sistem khalifah - kan kontroversi. Begitu > juga perjuangan NU berikutnya, dalam sejarahnya, > seluruhnya selalu terkait dengan negara. Soekarno, > misalnya, diberi gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah > (pemerintah darurat yang mempunyai kekuatan). Ini > asalnya kan diberi oleh konfrensi ulama di Cipanas > 1954. Kemudian pada 1956 oleh NU dianggap sah. Ini > artinya apa? Karena dikaitkan dengan fiqh. Sebab > perempuan yang tidak punya wali dalam pernikahan > walinya harus Sulthon. Dasarnya adalah hadits > as-sultonu waliyu man laa waliya lah. Sulthon itu > adalah wali bagi orang yang tak punya wali. Kalau > Sulthon ini tidak diberi legitimasi sesuai syariat kan > tidak sah Sulthon ini. Jadi ini terkait dengan fiqh, > maka negara walau sekuler harus diakui sah menurut > syariah. Nah, cara berpikir ini saya kira cerdas. > Kalau nggak gimana nasib perkawinan itu. Sulthon itu > siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan > diri ke situ. Nah, itulah NU. Tapi ini kemudian > disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU > itu oportunis pada negara karena memberi legitimasi. > Padahal sebenarnya ini terkait dengan fiqh. > > Faktor lain? > > Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo > sedang mengadakan pemberontakan. Nah, pemberian gelar > waliyul amri dlaruri bissyaukah itu sebagai legitimasi > pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan > pemberontakan itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada > fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan pada fiqh > siyasahnya (politik). Selanjutnya perjuangan NU terus > berkait dengan negara nasionalisme. Ini yang harus > dipahami oleh kelompok-kelompok baru seperti Hizbut > Tahrir dan sebagainya itu. (Bersambung) > > Siapa Amir-nya di Indonesia? > > Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (5) > > Dengan demikian, bisa dijelaskan perbedaan antara NU > dan HTI? > > Ya. NU berdiri tahun 1926 dalam proses menuju > pembentukan negara Indonesia. Sedang Hizbut Tahrir > (HT) berdiri ketika nation state di tempat ia berdiri > telah terbentuk, yaitu tahun 1953. Dari segi latar > belakang waktu yang berbeda ini, dipahami bahwa sejak > awal NU memberi saham besar terhadap pembentukan > nation state yang kemudian menjadi negara Indonesia > merdeka. Sedang HT berhadapan dengan negara yang sudah > terbentuk. Maka wajarlah, jika HT menganggap bahwa > nasionalisme itu sebagai jahiliyah. Karena mereka > anggap menjadi penghalang dari pembentukan > internasionalisme Islam, apalagi nasionalisme tersebut > tidak memberlakukan syariat Islam dan lebih banyak > mengadopsi sistem hukum sekuler Barat. NU menerima > sistem hukum penjajah dalam keadaan darurat. Karena > negara tidak boleh kosong dari hukum. Selanjutnya, NU > berjuang agar hukum yang berlaku di negara ini bisa > menjadikan fikih sebagai salah satu sumber dari hokum > nasional kita. Dari situ, NU ikut ambil saham dalam > penerapan UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam > (KHI) yang saat ini berlaku di Indonesia. Tentu HT > belum punya saham dalam memperjuangkan hukum Islam di > negara nasional ini, sehingga tidak logis jika HT > langsung menentang negara nasional ini gara-gara tidak > memberlakukan syariah Islam secara kaffah. Jadi, > perjuangan NU dalam menegakkan syariah baik sebagai > etika social maupun sebagai hukum formal tidak bisa > diletakkan di luar NKRI. Karena NKRI ini didapat > dengan perjuangan para syuhada yang gugur pada > prakemerdekaan maupun pascakemerdekaan. Pendek kata, > NU tidak bisa terpisah dari negara nasional ini. > > Mestinya, suatu ormas dapat diakui legal di negara ini > harus terdaftar di Depkum HAM. Apakah ini berlaku bagi > HTI? > > Nah itu masalahnya. Saya tidak tahu. Yang jelas, HTI > dapat leluasa melakukan kegiatan pascareformasi. Tapi > jika dilihat dari semua kegiatan yang dilakukan, > tampaknya HTI belum mengantongi izin sebagai ormas. > Karena jika nanti dipelajari tujuan berdirinya ormas > ini oleh pemerintah, pasti ormas ini dilarang karena > menentang konstitusi negara. Hal seperti itu yang > terjadi di Yordan, Syiria, Libanon, Malaysia, dan > lain-lain. Jadi, HT di semua negara itu menjadi > organisasi bawah tanah. Indikator ini tampaknya ada di > Indonesia. Buktinya, tidak jelas siapa Amirnya. Yang > tampak itu Ismail Yusanto sebagai juru bicara. Atau di > Jawa Timur itu siapa Amirnya? Yang kelihatan dr Usman > sebagai humas atau jubirnya. Jabatan ketua DPD I, DPD > II HTI, itu sebenarnya kamuflase untuk mengelabui agar > diakui sebagai ormas yang legal. Kalau tujuannya > menentang konstitusi negara, bagaimana mungkin bisa > diakui? Tapi saya tidak tahu. Barangkali sudah > mengantongi izin. Ini yang perlu dijelaskan oleh HTI > dan pemerintah. Realitanya, sistem sel seperti yang > terjadi di Yordan, Mesir, Sudan, dan lain-lain juga > berlaku di sini. Di sini mestinya pemerintah cermat. > Namun saya yakin, BIN sudah tahu masalah ini, tapi > sengaja dibiarkan. Semua yang saya jelaskan itu > berdasarkan sumber-sumber primer tulisan pendiri dan > aktifis HT di Yordan, Palestina, Syiria, Libanon dan > Mesir. Di antaranya Al Daulah al Islamiyah karya > Taqiyuddin Nabhani, Kaifa Huddimat al Khilafah karya > Abdul Qodim Zallum, dan lain-lain yang semuanya ada di > Perpustakaan An-Nuur. > > Harapan Anda pada HTI dan NU? > > Antara NU dan HTI itu memang ada perbedaan prinsip, > tapi ada juga kesamaan. Keinginan untuk melaksanakan > ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan itu sama > antara keduanya. Hanya perbedaannya, adalah bagaimana > cara merealisasikannya. NU lebih realistis, sedang HTI > utopis. Lah, kapan khalifah seperti yang > dicita-citakan itu akan muncul? Wong prediksinya - > yang katanya 30 tahun dari berdirinya HTI, sistem > khalifah akan terbentuk di seluruh dunia Islam. > Buktinya mana? Di Yordan saja masih jauh, apalagi di > Indonesia. Karena itu, hal-hal yang sama mestinya > bergerak secara koordinatif. Obyek dakwah yang sudah > menjadi kaplingan NU, jangan diganggu. Apalagi itu > jelas-jelas masjidnya NU, lembaga pendidikan NU, dan > lain-lain. NU sendiri mestinya mampu merumuskan tujuan > idealnya di negeri ini. Sekaligus merumuskan > langkah-langkah realistis untuk mencapai tujuan itu. > Dalam hal ini, kita bisa berguru pada HTI dengan empat > marhalah perjuangan HT yang populer itu. (takwin > syakhsiyah islamiyah - pembentukan pribadi islami, > taw'iyah - penyadaran keislaman, tatsqif > (intelekktualisasi) , dan takwinud daulah - > pembentukan negara khilafah atau populer juga dengan > istilah taslimul hukm - merebut kekuasaan). Ke depan, > saya mengharap, HTI berhenti dan tidak mengganggu > obyek-obyek dakwah NU. Jika tidak, NU akan melawan. > > Kalau begitu, HT tidak boleh mempunyai aset? > > Ya pasti. Karena di Indonesia baru berkembang dan > legalitasnya masih dipertanyakan. Mungkin karena > faktor inilah aktifis-aktifis HT memanfaatkan > toleransi warga NU sehingga masjid-masjidnya banyak > dikuasai oleh HT. Remaja Masjid Surabaya, misalnya, > sudah dikuasai mereka.[] > > > --------------------------------- > Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls. Great rates starting at 1ยข/min. > > [Non-text portions of this message have been removed] > *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/