Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir 
 
  Saya kirimkan wawancara Harian Bangsa dengan
 KH. Ghazali Said, cendekiawan muslim yang banyak mengamati gerakan
  Islam radikal. Beliau juga Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur
  Wonocolo Surabaya, pernah studi di Mesir. Beberapa waktu lalu, saya juga 
mengirimkan komentar KH Hasyim Muzadi, bahwa khilafah itu bukan gerakan agama, 
tapi gerakan politik.

Selamat membaca

Salam

-Guntur-

Berikut wawancara lengkapnya:

 
www.harianbangsa.com

Harian Bangsa
 
 Di Yordan, Organisasi Terlarang
 
 Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir (1)
 
 Beberapa kiai NU belakangan ini mengaku didatangi
 aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Para aktivis
 HTI itu selain membagikan brosur juga mengajak kiai
 masuk kelompok mereka. Diantara kiai itu adalah KH
 Ahmad Muhammad Alhammad, pengasuh pesantren Qomaruddin
 Bungah Gresik. "Saya katakan kepada mereka, saya ini
 NU, tak mungkin ikut paham sampean," kata Yai Mad -
 panggilan kiai berparas teduh itu - kepada sejumlah
 tamunya suatu ketika. "Brosur-brosurnya ada tapi tidak
 saya baca," tuturnya lagi.
 
 Pengurus NU di berbagai daerah, termasuk PWNU Jawa
 Timur, juga mengaku sering mendapat pengaduan dari
 warga NU soal aktivis HTI yang berusaha mempengaruhi
 warga nahdliyin. Bahkan dalam Munas dan Mubes NU di
 Asrama Haji Sukolilo Surabaya tempo hari para aktvis
 HTI masuk ke kamar-kamar peserta membagikan selebaran.
 Jargon mereka - seperti biasa -khalifah sebagai
 solusi. Belum lagi beberapa masjid NU yang jadi
 sasaran mereka.
 
 Karuan saja banyak kiai penasaran. Gerakan apa
 sebenarnya HTI? Bagaimana asal-usulnya? Berikut
 wawancara HARIAN BANGSA dengan KH Imam Ghazai Said,
 MA, cendekiawan muslim yang banyak mengamati gerakan
 Islam radikal. Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur
 Wonocolo ini memang sangat paham soal berbagai gerakan
 Islam, terutama yang berasal dari Timur Tengah. Ia
 selain banyak menulis dan mengoleksi leteratur Islam
 aliran keras juga bertahun-tahun studi di Timur
 Tengah. Ia mendapat gelar S-1- di Universitas Al-Azhar
 Mesir, sedang S-2 di Hartoum International Institute
 Sudan. Kemudian ia melanjutkan ke S-3 di Kairo
 University Mesir. Kini intelektual muslim ini aktif
 sebagai Rois Syuriah PCNU Surabaya dan dosen IAIN
 Sunan Ampel Surabaya.
 
 Bisa Anda jelaskan bagaimana sejarah gerakan Islam
 aliran keras yang belakangan menjadi perhatian para
 kiai NU?
 
 Sebenarnya kelompok besarnya itu Ikhwanul Muslimin
 yang pusatnya di Ismailiah, Mesir. Organisasi ini
 berdiri pada 1928, dua tahun setelah NU berdiri, NU
 kan berdiri 1926. Pendiri Ikhwanul Muslimin Syaikh
 Hasan Al-Banna. Menurut saya, pemikiran Syaikh Hasan
 Al-Banna ini moderat. Dia berusaha mengakomodasi
 kelompok salafy yang wahabi, merangkul kelompok
 tradisional yang mungkin perilaku keagamaannya sama
 dengan NU dan juga merangkul kelompok pembaharu yang
 dipengaruhi oleh Muhammad Abduh. Syaikh Al-Banna
 menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin itu harkah
 islamiyah, sunniyah, salafiyah, jadi diakomodasi
 semua, sehingga ikhwanul muslimin menjadi besar. Dalam
 Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad.
 Yaitu institusi jihad dalam struktur Ikhwanul Muslimin
 yang sangat rahasia. Kader yang berada dalam Tandhimul
 Jihad ini dilatih militer betul, doktrinnya pakai
 kesetiaan seperti tarikat kepada mursyid. Ini dibawah
 komando langsung Ikhwanul Muslimin. Para militer atau
 milisi ini menarik kelompok-kelompok sekuler yang
 ingin belajar tentang disiplin militer. Nasser (Gammal
 Nasser, red) dan Sadat (Anwar Sadat, red) juga belajar
 pada Tandhimul Jihad ini.
 
 Apa Nasser dan Sadat yang kemudian jadi presiden Mesir
 itu bagian dari Ikhwanul Muslimin?
 
 Mereka bagian dari militernya, bukan dari ideologi
 Ikhwanul Muslimin. Jadi mereka belajar aspek
 militernya. Ketika pada 1948 Israel mempermaklumkan
 sebagai negara maka terjadi perang. Nah, Tandhimul
 Jihad ini ikut perang, dan kelompok ini yang punya
 prakarsa-prakarsa. Waktu itu Mesir kan masih dibawah
 kerajaan Raja Faruk dan sistemnya masih perdana
 menteri, Nugrasi. Tapi akhirnya Arab kalah dan Israel
 berdiri. Kemudian Tandhimul Jihad balik lagi ke Mesir.
 Nah, dalam kelompok ini ada Taqiuddin Nabhani yang
 kemudian mendirikan Hizbut Tahrir. Jadi Taqiuddin itu
 awalnya bagian dari Ikhwanul Muslimin. Namun antara
 Hasan Al-Banna dan Taqiuddin ini kemudian terjadi
 perbedaan. Hasan Al-Banna berprinsip kita terus
 melakukan perjuangan dan memperbaiki sumber daya
 manusia. Sedang Taqiuddin bersikukuh agar terus
 melakukan perjuangan bersenjata, militer. Taqiuddin
 berpendapat kekalahan Arab atau Islam karena dijajah
 oleh sistem politik demokrasi dan nasionalisme. Sedang
 Hasan Al-Banna berpendapat sebaliknya. Menurut dia,
 tidak masalah umat Islam menerima sistem demokrasi dan
 nasionalisme, yang penting kehidupan syariat Islam
 berjalan dalam suatu negara. Pada 1949 Hasan Al-Banna
 meninggal karena ditembak agen pemerintah dan dianggap
 syahid. Sedang Taqiuddin terus berkampanye di
 kelompoknya di Syria, Libanon dan Yordania. Kemudian
 Tandhimul Jihad diambil alih Sayid Qutub, ideolognya
 Ikhwanul Muslimin. Ia dikenal sebagai sastrawan dan
 penulis produktif, termasuk tafsir yang banyak dibaca
 oleh kita di Indonesia. Nah, Sayid Qutub ini
 mendatangi Taqiuddin agar secara ideologi tetap di
 Ikhwanul Muslimin. Tapi Taqiuddin tidak mau karena ia
 beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk
 lingkaran jahiliyah. Ya, itu menurut Taqiuddin hanya
 gara-gara Ikhwanul Muslimin menerima nasionalisme.
 Akhirnya Taqiuddin mendirikan Hizbut Tahrir. Artinya,
 partai pembebasan. Maksudnya, pembebasan kaum muslimin
 dari cengkraman Barat dan dalam jangka dekat
 membebaskan Palestina dari Israel. Itu pada mulanya.
 Ia mengonsep ideologi khilafah Islamiyah.
 
 Lantas?
 
 Nah, karena ia berideologi khilafah Islamiyah,
 sementara di negaranya sendiri telah berdiri negara
 nasional, maka akhirnya berbeda dengan masyarakatnya.
 Di Lebanon, sudah berdiri negara nasionalis yang multi
 karena rakyatnya terdiri dari banyak agama,
 undang-undangnya sesuai jumlah penduduknya, misalnya,
 presidennya, harus orang Kristen Maronit, Perdana
 Menterinya harus orang Islam Sunni, ketua parlemennya
 harus orang Islam Syiah. Di Syiria juga telah menjadi
 negara sosialis, begitu juga Yordania telah berdiri
 sebagai negara sesuai kondisi masyarakatnya. Akhirnya
 Hizbut Tahrir itu menjadi organisasi terlarang (OT) di
 negara asal berdirinya. Karena ia menganggap
 nasionalisme itu sebagai jahiliah modern. Namun meski
 menjadi organisasi terlarang Hizbut Tahrir tetap
 bekerja dan menyusup ke tentara, ke berbagai
 organisasi profesi dan masuk juga ke parlemen. Hizbut
 Tahrir masuk ke partai politik dengan menyembunyikan
 identitasnya. Dari situlah kemudian terjadi
 upaya-upaya untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah
 yang sah pada jaman Raja Husen. Sehingga sebagian
 anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan
 dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih jadi
 organisasi terlarang di Yordania.
 
 Bagaimana sejarahnya sampai ke Indonesia ?
 
 Mereka mengembangkan ke sini melalui mahasiswa yang
 belajar di Mesir. Pola ikhwan dikembangkan, pola
 Salafy dan pola Hizbut Tahrir dikembangkan. Tapi
 antara Ikhwan, Salafy dan Hizbut Tahrir secara
 ideologi bertemu, ada kesamaan. Mereka sama-sama ingin
 menerapkan formalisasi syariat Islam. Hanya bedanya,
 kalau Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam
 bahasa lain mengislamkan orang Islam, karena dianggap
 belum Islam. Dan target utamanya NU karena dianggap
 sarangnya bid' ah.ha.ha.ha. . Bisa saja kelompok
 Salafy, Hizbut Tahrir dan Ikwanul Muslimin membantah,
 tapi saya tahu karena saya telah berkumpul dengan
 mereka.
 
 Kalau Ikhwanul Muslimin?
 
 Sama. Kelompok Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU
 sebagai target. Mereka bergerak lewat mahasiswanya
 yang dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini minimal 7
 orang, dan maksimal 10 orang. Ini ada amirnya dan amir
 inilah yang bertanggungjawab terhadap kelompok.
 Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari
 terpenuhi, misalnya kalau ada anggota yang kesulitan
 bayar SPP. Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang
 politik, tapi juga bidang-bidang lain. Nah, kelompok
 inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah
 yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan
 sebagainya. Kelompok Tarbiyah inilah yang menjadi
 cikal bakal PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mereka
 umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kelompok ini
 masih agak moderat karena masih mau menerima negara
 nasional. Tapi substansi perjuangan formalisasi
 syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy.
 
 Kalau dalam ideologi khilafah Islamiyah?
 
 Hizbut Tahrir katemu dengan Salafy dan Ikhwanul
 Muslimin dalam soal formalisasi syariat. Tapi dari
 segi sistem khilafahnya tidak ketemu. Sebab khilafah
 Islamiyah itu dianggap utopia. Misalnya bagaimana
 denganya sistem Syuronya, apakah meniru sistem Turki
 Utsmani yang diktator atau Umayah, itu masih problem.
 Tapi bagi Hizbut Tahrir yang penting khilafah
 Islamiyah.
 
 Apa saja program Hizbut Tahrir?
 
 Mereka sampai kini punya konstitusi yang terdiri dari
 187 pasal. Dalam konstitusi ini ada program-program
 jangka pendek. Yaitu dalam jangka 13 tahun, menurut
 Taqiuddin, sejak berdiri 1953, Negara Arab itu sudah
 harus jadi sistem Islam dan sudah ada khalifah.
 Taqiuddin juga menarget, setelah 30 tahun dunia Islam
 sudah harus punya khalifah. Tapi kalau kita hitung
 sejak tahun 1953 sampai sekarang kan tidak
 teralisir.he. .he..he.. Jadi utopia, tapi mereka masih
 semangat.
 
 Bagaimana sejarah Hizbut Tahrir ke Indoneisia?
 
 Itu melalui orang Libanon. Namanya Abdurrahman
 Al-Baghdadi. Ia bermukim di Jakarta pada tahun 80-an.
 Kemudian juga dibawa Mustofa bin Abdullah bin Nuh.
 Inilah yang mendidik tokoh-tokoh HTI di Indonesia
 seperti Ismail Yusanto, tokoh-tokoh Hizbut Tahrir
 sekarang. Tapi sebenarnya diantara mereka ada friksi.
 Karena tokoh-tokoh HTI yang sekarang merasa dilangkahi
 oleh Ismail Yusanto ini.
 Bagaimana gerakan mereka di Indonesia?
 
 Ini anehnya. Di Indonesia mereka terus terang
 menganggap Pancasila jahiliah. Nasionalisme bagi
 mereka jahiliah. Tapi reformasi kan memberi angin
 kepada kelompok-kelompok ini sehingga dibiarkan saja.
 Dan tidak ada dialog. Akhirnya mereka memanfaatkan
 institusi (seolah-olah) "mendukung" pemerintah untuk
 mempengaruhi MUI (Majelis Ulama Indonesia). Tapi
 mereka taqiah (menyembunyikan agenda perjuangan
 aslinya), sebab mereka menganggap Indonesia itu
 sebenarnya jahiliah. Taqiah itu ideologi Syiah tapi
 dipakai oleh mereka.
 
 Nah, bagaimana respon tokoh Hizbut Tahrir? Ikuti
 lanjutan serial ini besok
 
 dan seterusnya (bersambung)
 
 
 
 Boleh Cium Perempuan Bukan Muhrim
 
 Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir (2)
 
 Lalu bagaima cara Hizbut Tahrir merealisasikan
 kepentingan politiknya?
 
 Meski bernama partai, Hibut Tahrir, tak bisa ikut
 pemilu. Hizbut Tahrir membentuk beberapa tahapan dalam
 menuju pembentukan khilafah Islamiah. Pertama, taqwin
 asyakhsyiah islamiah, membentuk kepribadian Islam.
 Mereka pakai sistem wilayah, karena gerakan mereka
 internasional. Jadi untuk Indonesia wilayah Indonesia.
 Tapi sekarang pusatnya tak jelas, karena di negaranya
 sendiri sangat rahasia. Mereka dikejar-kejar karena
 Hizbut Tahrir ini organisasi terlarang. Tapi mereka
 sudah ada di London, Austria, di Jerman dan
 sebagainya.
 
 Siapa tokoh internasionalnya itu?
 
 Nah itu rahasia. Tapi di sini mereka terbuka karena
 Indonesia memberi peluang. Ada Ismail Yusanto dan
 sebagainya, jadi bisa muncul di media massa. Nah, dari
 taqwin syahsyiah islamiah ini bagaimana bisa mengubah
 ideology nasionalis menjadi internasionalis Islam.
 Mereka agresif, jadi terus menyerang. Karena itu
 orang-orang NU didatangi, termasuk kiai-kiainya
 didatangi oleh mereka. Kedua, attau'iyah, penyadaran.
 Ketiga, at-ta'amul ma'al ummah, interaksi dengan
 masyarakat secara keseluruhan. Mereka membantu
 kepentingan- kepentingan. Saya dengar di Surabaya, di
 Unair dan ITS saja, dalam urunan mereka bisa
 menghasilkan uang Rp 30 juta tiap bulan. Keempat,
 harkatut tatsqif, gerakan intelektualisasi. Ini
 diajari bagaimana menganalisa hubungan internasional,
 mempelajari kejelekan-kejelekan ideologi kapitalisme.
 Pokoknya yang ideologi modern itu mereka serang semua.
 Mereka melontarkan Islam sebagai solusi atau
 
 alternatif. Ini beda dengan Ikhwanul Muslimin dan
 Tarbiah Islamiah yang kemudian menjelma sebagai PKS.
 Sebab Ikhwanul Muslimin agak fleksibel. Kasus di
 Syria, di bawah Mustofa as-Syiba'i, ketika ideologi
 pemerintahannya sosialisme, mereka ikut sosialis. Ia
 mencari landasan hukum bahwa sosialisme itu benar
 menurut Islam. Maka Mustofa as-Syiba'i menulis buku
 Istiroqiyah Islamiah, jadi sosialisme Islam.
 
 Tapi Hizbut Tahrir di Indonesia kan pendukung PKS?
 
 Kalau dukungan iya, tapi secara formal mereka tidak.
 Ya, mungkin ada kesamaan dalam perjuangan yang
 terbatas.
 
 Lalu tahapan apalagi?
 
 Yang terakhir, at-taqwin daulah islamiah, membentuk
 Negara Islam. Sarananya apa? Biwasailil jihad, dengan
 sarana jihad. Jadi bagi negara nasional, gerakan
 mereka, menurut saya, bahaya. Karena gerakan
 selanjutnya adalah istilamul hukmi, merebut kekuasaan.
 Meskipun utopia tapi kalau mereka pakai cara-cara
 kekerasan, kan berat. Karena mereka didoktrin dan
 pengikutnya muda-muda semua. Misalnya, mahasiswa
 semester 2 atau 3. Bahkan santri saya datang ke saya,
 ia bilang diajak Hizbut Tahrir. Saya persilakan. Tapi
 saya sendiri pernah diprotes oleh Hizbut Tahrir.
 
 Kenapa?
 
 Saya kan pernah bilang, bahwa pendapat ijtihadi Hizbut
 Tahrir ada yang kontroversial. Misalnya pendapat
 fiqhnya menyatakan bahwa anggota Hizbut Tahrir itu
 sebenarnya boleh non-muslim. Ini kan kontroversi.
 Kemudian, menurut Hizbut Tahrir, perempuan boleh jadi
 anggota parlemen. Kalau di Arab ini kontroversi. Lalu
 juga - menurut Hizbut Tahrir - boleh melihat film
 porno. Kemudian, ini yang menarik, menurut Hizbut
 Tahrir, boleh mencium perempuan bukan muhrim, baik
 syahwat maupun tidak syahwat. Begitu juga salaman
 dengan perempuan, boleh. Tapi mereka (aktivis Hizbut
 Tahrir) membantah. Waktu di NU Centre, mereka
 membantah karena saya menyatakan menurut paham Hizbut
 Tahrir boleh salaman dengan perempuan bukan muhrim.
 Mereka tanya, masak Hizbut Tahrir membolehkan ciuman
 dengan cewek bukan muhrim. Padahal setelah saya lihat
 dalam buku mereka ini (Imam Ghazali Said menunjukkan
 buku) memang boleh. Berikutnya, perempuan boleh
 berpakaian celana yang untuk kawasan Timur Tengah
 dianggap kontroversi. Juga boleh orang kafir menjadi
 panglima di Negara Islam, bahkan jadi khalifah
 sekalipun, asal dia taat pada undang-undang Islam.
 Kemudian juga boleh umat Islam membayar jizyah (pajak)
 kepada Negara kafir dalam kondisi umat Islam belum
 kuat.
 
 Respon mereka?
 
 Lha, ini nggak benar, kata mereka. Kata mereka, yang
 bicara begini ini harus Hizbut Ttahrir. Lalu saya
 bilang, saya kan punya data autentik. Ini tulisan
 syaikh Anda sendiri, Taqiuddin Nabhani (pendiri Hizbut
 Tahrir). Daulah Islamiyah. Saya sebagai guru kan tak
 boleh bohong. Sekarang mahasiswa tak bisa dibohongi.
 Mereka bisa akses informasi kemana-mana sehingga kita
 tak bisa nutup-nutupi. Katanya mereka (aktivis Hizbut
 Tahrir) mau kesini, mau lihat buku ini. Saya bilang
 boleh, tapi cukup difoto kopi. Kalau buku ini dibawa
 jangan, nanti hilang.
 
 Apa kira-kira dasar Hizbut Tahrir membolehkan cium
 cewek segala itu?
 
 Di sini tak dijelaskan alasannya. Tapi perkiraan saya
 agar orang Islam dapat dukungan dalam mendirikan
 khilafah, maka tak boleh terlalu ketat. Tapi menurut
 saya sampai sekarang belum ada tanda-tanda mereka akan
 bisa mendirikan khilafah. Karena kalau terlalu ketat
 mereka tak bisa mendapat dukungan internasional.
 Padahal mereka orientasinya internasional. Karena itu
 kampanye mereka sekarang tidak boleh mengkafirkan
 sesama muslim. Padahal ideologinya mereka kafirkan.
 Nasionalisme mereka kafirkan. (bersambung)
 
 Abu Jahal juga Berjenggot dan Bersorban
 
 Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (3)
 
 
 
 Pengurus DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa
 Timur dan DPD II Surabaya kemarin silaturahim ke
 redaksi HARIAN BANGSA. Mereka mengklarifikasi beberapa
 pernyataan KH Imam Ghozali Said. Mereka yang kemarin
 ditemui jajaran redaksi terlibat dialog secara
 intensif dan gayeng. Beberapa kali terdengar
 ger-geran. Bagaimana tanggapan mereka? Tunggu saja.
 Redaksi akan menurunkan tanggapan mereka setelah
 wawancara dengan Imam Ghazali Said usai.
 
 Berikut ini lanjutan wawancara dengan Imam Ghazali
 Said.
 
 Bagaimana pandangan mereka soal fiqh?
 
 Ada pemikiran begini. Apakah negara yang pakai sistem
 jahiliah itu perlu fiqh. Padahal fiqh itu adalah hukum
 Islam yang harus dilaksanakan dalam pemerintahan yang
 Islam. Ini terjadi perdebatan antara Sayid Qutub dan
 Wahbah Zuhaili. Dr Wahba ini orang Syria yang kitabnya
 jadi kutub muktabarah di NU. Dalam ICIS tempo hari
 Wahba ini datang. Sayid Qutub ini asalnya kan seorang
 hakim. Tapi, ketika dia masih jadi hakim ia masih
 menganggap penting system khlafah. Menurut Sayid Qutub
 dan Taqiuddin Nabhani, fiqh tidak perlu dipelajari
 atau dipraktikkan sepanjang suatu negara belum
 melaksanakan sistem Islam. Sedang Wahba Zuhaili
 menganggap bahwa fiqh adalah suatu keniscayaan. Ini
 jadi polemik. Menurut Wahba, orang Islam harus belajar
 fiqh, baik negaranya Islam maupun tidak Islam. Jadi
 menurut Wahba tidak hanya sistem pemerintahan saja,
 tapi bagaimana orang nikah, orang salat, muamalah,
 semua itu kan fiqh yang ngatur. Tapi menurut Sayid
 Qutub dan Taqiuddin Nabhani tidak perlu itu. Yang
 penting bagaimana memperjuangkan menegakkan
 pemerintahan Islam, baru setelah itu fiqh. Karena itu
 meski buku-buku atau tulisan Sayid Qutub banyak tapi
 tak ada fiqhnya. Semua buku-buku dia bernuansa
 politik. Misalnya pertarungan Islam dan kapitalisme
 dan sebagainya.
 
 Dari penjelasan Anda ini tampak bahwa aktivis HTI
 sendiri kemungkinan banyak yang belum paham tentang
 pemikiran Taqiuddin Nabhani sebagai pendirinya?
 
 Begini. Mereka itu ada jubirnya, jadi informasi dan
 pemikiran yang keluar diatur. Jadi referensi mereka
 tidak terbuka.
 
 Berarti ada beberapa pemikiran yang disembunyikan bagi
 pengikutnya?
 
 Ya, padahal kondisi sekarang kan sudah tidak bisa
 model begitu. Seperti saya kan tidak bisa mengelabuhi
 mahasiswa saya. Karena mahasiswa saya bisa mengakses
 literatur primer. Kecuali anggotanya bodoh-bodoh. Kan
 kasihan kalau anggotanya bodoh-bodoh. Karena itu
 ketika saya menyampaikan informasi yang benar dari
 sumber primer lalu dikira keliru oleh mereka. Ya, ndak
 bisa, wong saya punya sumber primer. Mereka katanya
 mau melihat sumber primer ini.
 
 Maksudnya sengaja disembunyikan?
 
 Bisa saja dianggap aib dan kalau itu dimunculkan
 pasarnya bisa tidak laku. Karena itu disembunyikan.
 Tapi pada era sekarang mana bisa disembunyikan.
 Lha,wong, di tiga negara, di Libanon, Syria dan
 Yordan, Hizbut Tahrir itu jadi organisasi terlarang.
 Di Mesir juga jadi organisasi terlarang karena mau
 menggulingkan pemerintahan yang sah. Jadi mereka
 gampang terseret pada aksi kekerasan. Karana itu
 anak-anak muda NU jangan mudah terprovokasi ikut
 mereka.
 
 Tapi dalam hal-hal tertentu kan ada juga beberapa
 kesamaan dengan NU?
 
 Ya, mungkin ada kesamaan. Qur'annya satu, Nabinya satu
 (Muhammad), karena itu kita tak bisa saling
 menyesatkan sebab masing-masing punya pandangan
 keagamaan yagn berbeda. Jadi ada hal yang sama dan ada
 hal yang beda. Artinya, bidang-bidang yang dikerjakan
 NU ya serahkan kepada NU, sedang bidang-bidang bagian
 mereka ya serahkan mereka. Ini tidak akan berbenturan.
 Jadi jangan mencaplok. Sudahlah yang bagian khilafah
 sampean (Hizbut Tahrir), carilah pengikut tapi jangan
 di NU. Mestinya orang-orang kafir diupayakan jadi
 basis pendukung, misalnya.
 
 Kalau kelompok Salafy?
 
 Mereka bergerak dalam bidang pendidikan. Misalnya LPBA
 (Lembaga Pendidikan Bahasa Arab) yang sekarang menjadi
 Lembaga Ilmu Keislaman cabang dari Jamiatul Imam
 Riyadh. Ini dibiayai dari sana sangat besar.
 Sebenarnya orang-orang seperti Ulil (Ulil Abshar
 Abdalla, red), Imdad dan sebagainya alumni LPBA ini.
 Lah, mereka ketemu dengan Rofik Munawar yang dulu
 ketua PKS Jawa Timur. Anis Matta (sekjen PKS) itu juga
 teman Ulil di LPBA. Mereka dulu alumni situ. Hanya
 saja ada yang kemudian terbawa dan larut dalam salafy
 seperti Anis Mattta, tapi ada yang nggak, ya kayak
 Ulil itu. Kalau Anis Matta terbawa Salafy tapi pola
 politiknya ikut Ikhwanul Muslimin. Kelompok Salafy ini
 sangat puritan. Jadi tahlilan, dibaan, ziarah kubur,
 mereka sangat tidak mau. Mereka menganggap itu syirik.
 Nah, disinilah, dalam bidang peribadatan itu, kelompok
 PKS ketemu dengan Salafy. Sedang orang-orang seperti
 Ulil, Imdad dan anak-anak pesantren yang sekolah di
 LPBA melakukan pemberotakan. Mereka menganggap (paham
 Salafy) itu tak cocok dengan budaya saya (Ulil cs)
 yang NU. Akhirnya mereka melanjutkan ke ilmu-ilmu
 filsafat, sosial dan sebagainya, termasuk belajar ke
 Magnez Suseno di Driyarkara. Kemudian berkomunikasi
 dengan Nurcholis Madjid, ketika Nurcholis masih ada
 (hidup). Nah, dalam diri Ulil cs ini kemudian
 terbentuklah suatu sosok yang berasal dari pola
 radikal (Salafy), ketemu dengan ilmu-ilmu sosial,
 ketemu dengan Nurcholis Madjid, ketemu dengan Gus Dur
 dan sebagainya. Jadi mereka ini meramu dari berbagai
 unsur itu sehingga jadilah orang seperti Ulil, Hamid
 Basyaib, Luthfi Syaukani, Muqsith (Abd Moqsith
 Ghazali, Red.), dan sebagainya.
 
 Apa ada kesamaan dalam soal simbol-simbol pakaian di
 antara mereka?
 
 Ya, memang ada kesamaan, baik kelompok Hizbut Tahrir,
 Tarbiah (PKS) maupun Salafy. Misalnya pakai celana
 cingkrang, berjenggot dan sebagainya. Tapi semua
 kelompok ini sama menyerang NU.
 
 O, ya bagaima sebenarnya sebenarnya soal pakaian itu
 menurut Islam?
 
 Menurut mereka, Nabi itu jenggotan. Abdul Aziz, tokoh
 Salafy, itu menulis tentang membiarkan jenggot.
 Menurut dia, kalau orang mencukur jenggot dianggap
 tabi'ul hawa, mengikuti hawa nafsu. Jadi menurut
 mereka memahami sunnah Rasul itu apa saja diikuti,
 termasuk cara berpakaian. Tapi kalau NU kan tidak
 begitu cara memahami sunnah Rasul. Paling tidak, NU
 terdidik memahami sunnah Rasul itu dalam arti
 substantif, misalnya soal peribadatan. Tapi kalau soal
 pakaian kalangan NU yang terdidik menganggap itu
 sebagai budaya. Misalnya soal sorban. Nabi memang
 bersorban tapi harus diingat Abu Jahal dulu juga
 sorbanan. Begitu juga soal jenggot. Kalangan NU
 terdidik menganggap itu sebagai budaya. Karena Abu
 Jahal pun juga jenggotan. Masak orang nggak punya
 jenggot disuruh memelihara jenggot. Ada orang yang
 jenggotnya hanya tiga helai atau tiga lembar itu
 disuruh pelihara..kan lucu.ha.ha.ha.
 
 Kalau soal celana mereka yang cingkrang?
 
 Kan ada dalam hadits Nabi bahwa kalau pakaian orang
 itu nglembreh ke kakinya dianggap huyala, sombong.
 Padahal dulu pakaian Abu Bakar juga ngelembreh,
 panjang ke bawah tapi tidak dianggap sombong. Waktu
 itu Abu Bakar tanya, apakah saya ini juga dianggap
 sombong karena pakaian saya ngelembreh. Lalu dijawab,
 o, tidak, karena Abu Bakar memang tidak sombong, meski
 pakaiannya nglembreh. Karena tubuh Abu Bakar kurus,
 jadi sudah wajar kalau pakaiannya dipanjangkan sampai
 nglembreh. Karena itu menurut kalangan NU, pakaian itu
 dianggap sebagai budaya. Masak orang pakai kopyah
 hitam dianggap bid'ah hanya karena Nabi tak pernah
 pakai kopyah hitam. Kan waktu itu belum ada perusahaan
 kopyah Gresik ha.ha.. Nah, disini lalu semua menyerang
 NU. Jadi mereka semua, Hizbut Tahrir, Tarbiyah dan
 Salafy itu sama menyerang NU. Menurut mereka, yang
 dimaksud ahlussunnah itu adalah versi Ibnu Taymiah,
 bukan paham versi Asy'ari. Dalam buku-buku mereka
 paham Asy'ari itu dianggap sesat. Padahal NU kan
 menganut paham Asy'ari.
 
 Jihad untuk Negara Nasional
 
 Ada yang berpendapat, kalau niat mereka untuk dakwah,
 kenapa mereka kok tidak merekrut komunitas lain yang
 belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan hasil
 jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa
 mereka tidak cari kreasi sendiri agar tidak
 menimbulkan konflik sesama umat Islam?
 
 Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi
 kita yang sudah Islam ini harus diislamkan lagi.ha.ha
 ..
 
 Jadi iman umat Islam masih perlu diadili. Berarti
 mereka merasa paling Islam?
 
 O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu
 harus kita pahami itu. Kalau sikap saya tetap harus
 moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita ya kita
 nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita
 harus melawan. Karena itu di beberapa tempat seperti
 di NTT, Jember, kita lawan karena mereka sudah
 menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU
 dianggap sesat. Saya kan kesana, orang NU di sana
 dianggap dlalal finnar, masuk neraka.ha..ha. . ya
 kelompok Salafy itu. Jadi yang menyerang NU dalam
 peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang
 NU dari segi politik kelompok Hizbut Tahrir dan
 Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar, bahwa
 sekarang mereka diserang dari berbagai arah.
 
 Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda
 sekali dengan NU?
 
 Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru di
 kalangan anak-anak muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa
 formalisasi syariat ternyata selalu gagal, karena itu
 Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika soial.
 Dan ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang,
 walau belakangan NU diutik dengan formalisasi syariat.
 Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam berbagai wawancara
 menyatakan tidak memperjuangkan Islam seperti teksnya
 tapi yang diperjuangkan adalah ruhnya. Bisa saja KUHP
 seperti sekarang tapi ruh Islam ada di situ. Nah,
 dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat besar. Tapi di
 struktural NU sekarang kan dilakukan pembersihan
 terhadap kelompok-kelompok Gus Dur. Di Lakpesdam,
 Imdad (M Imaduddin Rahmat, red) bilang kepada saya
 bahwa dia hanya ditaruh sebagai pemimpin redaksi
 Tashwirul Afkar. Tapi di struktur Lakpesdam ia sudah
 tak masuk. Tapi untuk membersihkan orang-orang Gus Dur
 secara total tidak bisa. Karena pengurus NU yang
 pandai-pandai adalah "didikan" Gus Dur. Paling tidak,
 secara visi keagamaan sama karena sebelumnya pernah
 lama berinteraksi dengan Gus Dur. Misalnya Endang
 Turmudzi, Sekjen PBNU. Dia kan orang LIPI. Kemudian
 Nazaruddin Umar, Katib Aam Syuriah. Nah, ketika
 berhubungan dengan dunia internasional,
 kelompok-kelompok "didikan" Gus Dur inilah yang bisa
 berkomunikasi. Jadi meski mereka ini dibenci tapi
 tetap dibutuhkan. Misalnya ada Masdar dan sebagainya.
 Dan mereka inilah yang mengerti persoalan yang
 dihadapi NU ke depan dalam menghadapi
 kelompok-kelompok Islam radikal itu.
 
 Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional?
 
 NU fiqh mainded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang
 berkembang. Fiqh yang dikembangkan NU adalah fiqh
 dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim
 Asy'ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi
 jihad Negara Indonesia dalam kondisi bukan negara
 agama. Karena saat itu kalimat menjalankan syariat
 Islam sudah dihapus kemudian Belanda datang lagi
 akhirnya Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad.
 Jadi Negara yang dipertahankan waktu itu negara
 "sekuler" kan. Jadi NU tak bisa lepas dari negara
 nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad
 Kiai Hasyim itu merupakan fatwa pertama di dunia Islam
 yang mempertahankan negara nasionalis. Belum ada
 ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk
 mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim
 Asy'ari itu pelopor pertama.
 
 Apa kira-kira dasar pemikirannya?
 
 Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia
 merdeka dulu. Apalagi bangsa Indonesia mayoritas umat
 Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai Hasyim
 membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan
 mempertahankan negara nasional. Nah, ini bagi wacana
 pemikiran internasional seperti orang-orang yang
 menginginkan sistem kahalifah kontroversi. Perjuangan
 NU berikutnya, dalam sejarahnya, seluruhnya selalu
 terkait dengan negara. Soekarno, misalnya, diberi
 gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah. Jadi pemerintah
 darurat yang mempunyai kekuatan. Ini asalnya kan
 diberi oleh konfrensi ulama di Cipanas 1954. Kemudian
 pada 1956 oleh NU dianggap sah. Ini artinya apa?
 Karena dikaitkan dengan fiqh? Sebab perempuan yang
 tidak punya wali dalam pernikahan walinya harus
 Sulthon. Padahal hadits as-sultonu waliyu man laa
 waliya lah. Sulthon itu adalah wali bagi orang yang
 tak punya wali. Kalau Sulthon ini tidak diberi
 legitimasi sesuai syariat kan tidak sah Sulthon ini.
 Jadi ini terkait dengan fiqh maka negara walau sekuler
 harus diakui sah menurut syariah. Nah, cara berpikir
 ini saya kira cerdas. Kalau nggak gimana. Sulthon itu
 siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan
 diri ke situ. Nah, itulah NU. Tapi ini kemudian
 disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU
 itu oportunis pada negara karena memberi legitimasi.
 Padahal sebenarnya ini terkait dengan fiqh.
 
 Faktor lain?
 
 Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo
 sedang mengadakan pemberontakan. Nah, pemberian gelar
 waliyul amri dlaruri bissyaukah itu sebagai legitimasi
 pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan
 pemberontakan itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada
 fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan pada fiqh
 siyasahnya (politik). Selanjutnya perjuangan NU terus
 berkait dengan negara nasionalisme. Ini yang harus
 dipahami oleh kelompok-kelompok baru ini seperti
 Hizbut Tahrir dan sebagainya itu. (Bersambung)
 
 Selasa 29 Agustus 2006 9:55:56 WIT
 
 NU Dianggap Masuk Neraka
 
 Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (4)
 
 Dalam edisi kemarin ada beberapa nama dan kutipan
 salah tulis. Misalnya di situ tertulis Dr Wahba
 Suhairi. Yang benar adalah Dr Wahbah Zuhaily. Begitu
 juga Sayid Qutub tertulis sebagai hakim. Yang benar,
 Taiqiuddin an-Nabhani asalnya seorang hakim, sedang
 Sayid Qutub seorang sastrawan. Redaksi mohon maaf
 kepada Pembaca. Pembetulan ini sekaligus sebagai
 ralat. Berikut lanjutan wawancara dengan KH Imam
 Ghozali Said, MA.
 
 Ada yang berpendapat, kalau niat mereka untuk dakwah,
 kenapa mereka kok tidak merekrut komunitas lain yang
 belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan hasil
 jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa
 mereka tidak cari kreasi sendiri agar tidak
 menimbulkan konflik sesama umat Islam?
 
 Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi
 kita yang sudah Islam ini harus diislamkan lagi.ha.ha
 ..
 
 Jadi iman umat Islam masih perlu diadili. Berarti
 mereka merasa paling Islam?
 
 O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu
 harus kita pahami itu. Kalau sikap saya tetap harus
 moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita ya kita
 nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita
 harus melawan. Karena itu di beberapa tempat seperti
 di NTT, Jember, kita lawan karena mereka sudah
 menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU
 dianggap sesat. Saya kan kesana, orang NU di sana
 dianggap dlalal finnar, masuk neraka.ha..ha. . ya
 kelompok Salafy itu. Jadi yang menyerang NU dalam
 peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang
 NU dari segi politik kelompok Hizbut Tahrir dan
 Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar, bahwa
 sekarang mereka diserang dari berbagai arah.
 
 Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda
 sekali dengan NU?
 
 Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru di
 kalangan anak-anak muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa
 formalisasi syariat ternyata selalu gagal, karena itu
 Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika soial.
 Dan ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang,
 walau belakangan NU diutik-utik dengan formalisasi
 syariat. Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam berbagai
 wawancara menyatakan tidak memperjuangkan Islam
 seperti teksnya tapi yang diperjuangkan adalah ruhnya.
 Bisa saja KUHP seperti sekarang tapi ruh Islam ada di
 situ. Nah, dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat
 besar. Tapi di struktural NU sekarang kan dilakukan
 "pembersihan" terhadap kelompok-kelompok Gus Dur. Di
 Lakpesdam, misalnya, Imdad (M Imdaduddin Rahmat, red)
 bilang kepada saya bahwa dia hanya ditaruh sebagai
 pemimpin redaksi Jurnal Tashwirul Afkar. Tapi di
 struktur Lakpesdam ia sudah tak masuk. Tapi untuk
 membersihkan orang-orang Gus Dur secara total tidak
 bisa. Karena pengurus NU yang pandai-pandai adalah
 "didikan" Gus Dur. Paling tidak, secara visi keagamaan
 sama karena sebelumnya pernah lama berinteraksi dengan
 Gus Dur. Misalnya Endang Turmudzi, Sekjen PBNU. Dia
 kan orang LIPI. Kemudian Nazaruddin Umar, Katib Aam
 Syuriah. Nah, ketika berhubungan dengan dunia
 internasional, kelompok-kelompok "didikan" Gus Dur
 inilah yang bisa berkomunikasi. Jadi meski mereka ini
 dibenci tapi tetap dibutuhkan. Misalnya ada Masdar (KH
 Masdar Faid Mas'udi, Red) dan sebagainya. Dan mereka
 inilah yang mengerti persoalan yang dihadapi NU ke
 depan dalam menghadapi kelompok-kelompok Islam radikal
 itu.
 
 Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional?
 
 NU fiqh minded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang
 berkembang. Fiqh yang dikembangkan NU adalah fiqh
 dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim
 Asy'ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi
 jihad, Negara Indonesia dalam kondisi bukan negara
 agama. Karena saat itu kalimat "menjalankan syariat
 Islam.." sudah dihapus. Kemudian Belanda datang lagi
 akhirnya Kiai Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad.
 Jadi Negara yang dipertahankan waktu itu negara
 "sekuler" kan. Jadi NU tak bisa lepas dari negara
 nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad
 Kiai Hasyim itu merupakan fatwa pertama di dunia Islam
 yang mempertahankan negara nasionalis. Belum ada
 ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk
 mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim
 Asy'ari itu pelopor pertama.
 
 Apa kira-kira dasar pemikirannya?
 
 Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia
 merdeka dulu. Apalagi bangsa Indonesia mayoritas umat
 Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai Hasyim
 membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan
 mempertahankan negara nasional. Nah, ini bagi wacana
 pemikiran internasional - seperti orang-orang yang
 menginginkan sistem khalifah - kan kontroversi. Begitu
 juga perjuangan NU berikutnya, dalam sejarahnya,
 seluruhnya selalu terkait dengan negara. Soekarno,
 misalnya, diberi gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah
 (pemerintah darurat yang mempunyai kekuatan). Ini
 asalnya kan diberi oleh konfrensi ulama di Cipanas
 1954. Kemudian pada 1956 oleh NU dianggap sah. Ini
 artinya apa? Karena dikaitkan dengan fiqh. Sebab
 perempuan yang tidak punya wali dalam pernikahan
 walinya harus Sulthon. Dasarnya adalah hadits
 as-sultonu waliyu man laa waliya lah. Sulthon itu
 adalah wali bagi orang yang tak punya wali. Kalau
 Sulthon ini tidak diberi legitimasi sesuai syariat kan
 tidak sah Sulthon ini. Jadi ini terkait dengan fiqh,
 maka negara walau sekuler harus diakui sah menurut
 syariah. Nah, cara berpikir ini saya kira cerdas.
 Kalau nggak gimana nasib perkawinan itu. Sulthon itu
 siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan
 diri ke situ. Nah, itulah NU. Tapi ini kemudian
 disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU
 itu oportunis pada negara karena memberi legitimasi.
 Padahal sebenarnya ini terkait dengan fiqh.
 
 Faktor lain?
 
 Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo
 sedang mengadakan pemberontakan. Nah, pemberian gelar
 waliyul amri dlaruri bissyaukah itu sebagai legitimasi
 pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan
 pemberontakan itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada
 fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan pada fiqh
 siyasahnya (politik). Selanjutnya perjuangan NU terus
 berkait dengan negara nasionalisme. Ini yang harus
 dipahami oleh kelompok-kelompok baru seperti Hizbut
 Tahrir dan sebagainya itu. (Bersambung)
 
 Siapa Amir-nya di Indonesia?
 
 Meneropong Pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia (5)
 
 Dengan demikian, bisa dijelaskan perbedaan antara NU
 dan HTI?
 
 Ya. NU berdiri tahun 1926 dalam proses menuju
 pembentukan negara Indonesia. Sedang Hizbut Tahrir
 (HT) berdiri ketika nation state di tempat ia berdiri
 telah terbentuk, yaitu tahun 1953. Dari segi latar
 belakang waktu yang berbeda ini, dipahami bahwa sejak
 awal NU memberi saham besar terhadap pembentukan
 nation state yang kemudian menjadi negara Indonesia
 merdeka. Sedang HT berhadapan dengan negara yang sudah
 terbentuk. Maka wajarlah, jika HT menganggap bahwa
 nasionalisme itu sebagai jahiliyah. Karena mereka
 anggap menjadi penghalang dari pembentukan
 internasionalisme Islam, apalagi nasionalisme tersebut
 tidak memberlakukan syariat Islam dan lebih banyak
 mengadopsi sistem hukum sekuler Barat. NU menerima
 sistem hukum penjajah dalam keadaan darurat. Karena
 negara tidak boleh kosong dari hukum. Selanjutnya, NU
 berjuang agar hukum yang berlaku di negara ini bisa
 menjadikan fikih sebagai salah satu sumber dari hokum
 nasional kita. Dari situ, NU ikut ambil saham dalam
 penerapan UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam
 (KHI) yang saat ini berlaku di Indonesia. Tentu HT
 belum punya saham dalam memperjuangkan hukum Islam di
 negara nasional ini, sehingga tidak logis jika HT
 langsung menentang negara nasional ini gara-gara tidak
 memberlakukan syariah Islam secara kaffah. Jadi,
 perjuangan NU dalam menegakkan syariah baik sebagai
 etika social maupun sebagai hukum formal tidak bisa
 diletakkan di luar NKRI. Karena NKRI ini didapat
 dengan perjuangan para syuhada yang gugur pada
 prakemerdekaan maupun pascakemerdekaan. Pendek kata,
 NU tidak bisa terpisah dari negara nasional ini.
 
 Mestinya, suatu ormas dapat diakui legal di negara ini
 harus terdaftar di Depkum HAM. Apakah ini berlaku bagi
 HTI?
 
 Nah itu masalahnya. Saya tidak tahu. Yang jelas, HTI
 dapat leluasa melakukan kegiatan pascareformasi. Tapi
 jika dilihat dari semua kegiatan yang dilakukan,
 tampaknya HTI belum mengantongi izin sebagai ormas.
 Karena jika nanti dipelajari tujuan berdirinya ormas
 ini oleh pemerintah, pasti ormas ini dilarang karena
 menentang konstitusi negara. Hal seperti itu yang
 terjadi di Yordan, Syiria, Libanon, Malaysia, dan
 lain-lain. Jadi, HT di semua negara itu menjadi
 organisasi bawah tanah. Indikator ini tampaknya ada di
 Indonesia. Buktinya, tidak jelas siapa Amirnya. Yang
 tampak itu Ismail Yusanto sebagai juru bicara. Atau di
 Jawa Timur itu siapa Amirnya? Yang kelihatan dr Usman
 sebagai humas atau jubirnya. Jabatan ketua DPD I, DPD
 II HTI, itu sebenarnya kamuflase untuk mengelabui agar
 diakui sebagai ormas yang legal. Kalau tujuannya
 menentang konstitusi negara, bagaimana mungkin bisa
 diakui? Tapi saya tidak tahu. Barangkali sudah
 mengantongi izin. Ini yang perlu dijelaskan oleh HTI
 dan pemerintah. Realitanya, sistem sel seperti yang
 terjadi di Yordan, Mesir, Sudan, dan lain-lain juga
 berlaku di sini. Di sini mestinya pemerintah cermat.
 Namun saya yakin, BIN sudah tahu masalah ini, tapi
 sengaja dibiarkan. Semua yang saya jelaskan itu
 berdasarkan sumber-sumber primer tulisan pendiri dan
 aktifis HT di Yordan, Palestina, Syiria, Libanon dan
 Mesir. Di antaranya Al Daulah al Islamiyah karya
 Taqiyuddin Nabhani, Kaifa Huddimat al Khilafah karya
 Abdul Qodim Zallum, dan lain-lain yang semuanya ada di
 Perpustakaan An-Nuur.
 
 Harapan Anda pada HTI dan NU?
 
 Antara NU dan HTI itu memang ada perbedaan prinsip,
 tapi ada juga kesamaan. Keinginan untuk melaksanakan
 ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan itu sama
 antara keduanya. Hanya perbedaannya, adalah bagaimana
 cara merealisasikannya. NU lebih realistis, sedang HTI
 utopis. Lah, kapan khalifah seperti yang
 dicita-citakan itu akan muncul? Wong prediksinya -
 yang katanya 30 tahun dari berdirinya HTI, sistem
 khalifah akan terbentuk di seluruh dunia Islam.
 Buktinya mana? Di Yordan saja masih jauh, apalagi di
 Indonesia. Karena itu, hal-hal yang sama mestinya
 bergerak secara koordinatif. Obyek dakwah yang sudah
 menjadi kaplingan NU, jangan diganggu. Apalagi itu
 jelas-jelas masjidnya NU, lembaga pendidikan NU, dan
 lain-lain. NU sendiri mestinya mampu merumuskan tujuan
 idealnya di negeri ini. Sekaligus merumuskan
 langkah-langkah realistis untuk mencapai tujuan itu.
 Dalam hal ini, kita bisa berguru pada HTI dengan empat
 marhalah perjuangan HT yang populer itu. (takwin
 syakhsiyah islamiyah - pembentukan pribadi islami,
 taw'iyah - penyadaran keislaman, tatsqif
 (intelekktualisasi) , dan takwinud daulah -
 pembentukan negara khilafah atau populer juga dengan
 istilah taslimul hukm - merebut kekuasaan). Ke depan,
 saya mengharap, HTI berhenti dan tidak mengganggu
 obyek-obyek dakwah NU. Jika tidak, NU akan melawan.
 
 Kalau begitu, HT tidak boleh mempunyai aset?
 
 Ya pasti. Karena di Indonesia baru berkembang dan
 legalitasnya masih dipertanyakan. Mungkin karena
 faktor inilah aktifis-aktifis HT memanfaatkan
 toleransi warga NU sehingga masjid-masjidnya banyak
 dikuasai oleh HT. Remaja Masjid Surabaya, misalnya,
 sudah dikuasai mereka.[]
 
                
---------------------------------
Talk is cheap. Use Yahoo! Messenger to make PC-to-Phone calls.  Great rates 
starting at 1ยข/min.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to