Jika kita baca koran yang khusus membahas kriminalitas spt poskota dan lampu 
merah pelaku kebanyakan anak-anak usia belasan tahun yang melakukan pencurian 
yang bisa dibilang mereka tdk punya tanggungan kecuali mengisi perut mereka. 
Namun terkadang mrk juga bukan krn perut, mmg sudah masuk dunia mrk dunia under 
ground yg mewajibkan mereka melakukan pencurian untuk perintah titah dari sang 
bos.
   
  Kita bisa berargumen, ketika mrk berkeluarga mungkin mrk tetap melakukan 
aktivitas tsb krn kebutuhan makin meningkat apalagi kalau berpoligami. Namun 
kita juga bisa berargumen mrk akan tobat krn dgn pernikahan akan ada bayi yg 
mrk kuatir jika tertangkap akan dihabisi masa, bagimana nasib bayi tercinta 
mrk? Siapa yg menjaga? Maka mrk pun cari jalan aman dgn kembali kejalan mulia 
kerja yg halal.
   
  Jika ada yg berpoligami namun berstatus pencuri. Itu hanya kelengkapan hidup 
dunia. Bukan merupakan alat untuk menista saudara..... jika kita berhati 
mulia...

RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
          --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> http://hidayatullah.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=3979&Itemid=60
> Potret (Keliru) Poligami 
> Rabu, 13 Desember 2006 
> Kesalahan perjuangan para aktivis perempuan adalah
> lebih menghormati PSK dan perempuan simpanan daripada
> mereka yang mau jadi istri kedua

Kesalahan aktivist perempuan? Yang bener?

baca nihh

Rabu, 13 Des 2006,
Mencuri demi Dua Istri 

KALAU saja Aa' Gym mendengar perbuatan Sutrisno, warga Tanah Merah, 
bisa jadi pemimpin Ponpes Daarut Tauhiid, Bandung, itu akan marah 
besar. Sutrisno yang juga pelaku poligami ternyata tidak 
memperhitungkan kondisi ekonominya. "Kalau poligami seperti saya mah, 
nggak apa-apa. Kondisi ekonomi saya mendukung," begitu mungkin kira-
kira yang akan dikatakan Aa' Gym. 

Sutrisno yang mempunyai dua istri kemarin memang harus berurusan 
dengan polisi. Bahkan, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, 
pria 36 tahun itu dijebloskan ke tahanan. Dia terbukti mencuri HP 
dengan alasan untuk membiayai dua istri dan empat anaknya. 

Sehari-hari Sutrisno bekerja sebagai nelayan. Dia mengaku setiap hari 
mendapat upah Rp 30 hingga Rp 50 ribu. "Itu pun masih harus dipotong 
biaya operasional," ujarnya. Hasil jerih payahnya itu biasanya dibagi 
rata kepada dua istrinya. Yakni Benga, 30, dan Susilowati, 27. "Dapat 
berapa pun selalu saya bagi dua," tambahnya.

Nah, beberapa bulan terakhir pendapatannya menurun. Sehari dia pernah 
hanya memperoleh Rp 10 ribu. "Padahal, harga kebutuhan pokok terus 
naik," katanya. Merasa tak mampu membiayai hidup keluarga, dirinya 
pun berinisiatif mencari pendapatan tambahan.

Sayangnya, caranya mencari tambahan penghasilan boleh dibilang cukup 
nekat. Dia menerima ajakan Yanto, kawannya, mencari uang dengan cara 
tidak halal. "Saya diajak Yanto mencuri. Karena usaha lagi seret, 
saya mau," akunya.

Korban kenekatan Sutrisno adalah Rini Sulistyowati, 25, warga Platuk 
Donomulyo. Pemilik counter HP di kawasan Kenjeran itu harus 
kehilangan barang dagangan berupa HP Nokia 8250. "Saat itu Sutrisno 
dan Yanto berpura-pura sebagai pembeli. Saat Rini lengah, keduanya 
langsung menyikat HP-nya," terang Kasatreskrim Surabaya Timur AKP 
Hendri Fiuser. (ded)

*** Bagi bagi niyeee?, kalau semua suami polygam kehabisan duit lalu 
nyolong, bisa polisi gak sempet istirahat...



         


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke