Aina,
   
  Itulah untungnya umat Islam yang tinggal di negeri-negeri sekuler seperti di 
Eropa dan AS. Disana banyak gereja-gereja yang kosong, karena ditinggal 
umatnya. Buat sebagian dari mereka, beribadah tak harus di rumah ibadat. Kalau 
niatnya baik, saat kita bangun pagi hingga beranjak ke tempat tidur di malam 
hari, itu juga termasuk ibadah. Tersenyum, merenung, menebarkan kebaikan kepada 
orang lain, misalnya.
   
  Tapi Aina, maraknya masjid-masjid di Eropa bisa jadi sebuah jebakan belaka. 
Oke, "kebangkitan" Islam di Eropa mungkin akan tetap marak 3-5 tahun ini.  
Namun harap disadari, itu cuma kebangkitan semu. Saat umat Muslim berinvestasi 
ke surga, menuntut ini itu, hidup eksklusif, memanas-manasi kelompok lain, 
justru akan jadi bumerang. Anda tahu akibatnya? Gelombang kemarahan masyarakat 
di Eropa akan muncul dengan membumi hanguskan segala properti punya umat 
muslim. Kalau sudah begitu, pemerintah Eropa yang tak mau membeda-bedakan ras, 
agama, dan golongan, tentu saja tak bisa berbuat apa-apa. Yang akan bergerak 
adalah rakyat yang cemburu dan bisa bersikap membabi buta. Para imigran yang 
muslim akan diusir dari Eropa untuk selamanya, karena peradaban abad ke-6 tak 
'nyambung' dengan cita-cita masyarakat Eropa non muslim yang ingin membuka 
koloni di Mars.
   
  Kisah itu pernah dialami oleh kaum Yahudi di zaman Nazi dan sebelumnya. Apa 
yang dilakukan umat Muslim saat ini mirip dengan apa yang dilakukan umat Yahudi 
di masa lampau, karena akarnya sama. Islam kini lagi disorot dengan lampu 
jutaan watt, bukan cuma lampu teplok. Kekhawatiran akan maraknya "Islamisasi" 
di Eropa mencuatkan istilah Eurobia yang diciptakan oleh pengarang Oriana 
Fallaci (alm). Jangan lupa, sejarah akan berulang, kalau kita tak mau 
menyadarinya. 
   
  Jadi saya sarankan, hiduplah sewajarnya. Janganlah terlalu eksklusif dan 
gampang mengkafir-kafirkan orang lain, apalagi tinggal di negeri orang. Kalau 
terjadi sesuatu di Eropa terhadap umat Muslim, bukankah yang rugi kita semua?
   
  Jadi soal agama tak perlu dipamer-pamerkan kesana-kemari. Nenek bilang itu 
berbahaya..............yeeeeeeeeeee...
  

[EMAIL PROTECTED] wrote:
  >
>
>
>
>
>>
>>
>>Gereja itu Akhirnya Beralih Menjadi Masjid

Dunia Islam Oleh : Redaksi 20 Apr 2007 - 7:25 pm

Di tengah dinginnya malam musim dingin tahun ini, sebuah kota kecil yang
sangat terpencil di pedalaman Inggris sepakat untuk mengizinkan beralih
fungsinya sebuah bekas gereja Kristen menjadi sebuah masjid.

Pemungutan suara terbatas, yang diadakan oleh pemerintah daerah setempat
ini, menandai akhir perjuangan sengit komunitas kecil umat Islam untuk
mendapatkan tempat ibadah. Dengan mengubah sebuah gereja Metodis menjadi
sebuah masjid. Gereja ini sebelumnya sudah beralih fungsi menjadi pabrik,
sejak ditinggal kabur jemaahnya 40 tahun lalu.

Pertarungan ini menandai kegelisahan warga Inggris terhadap minoritas
Islam, khususnya mengenai akan masuknya kelompok teroris. Ketaatan umat
Islam pada agama telah memicu meningkatnya sikap sekuler orang Inggris.

Inggris boleh saja terus mengaku sebagai negara Kristen. Tapi
kenyataannya, jumlah umat Islam yang taat beragama mengungguli jumlah umat
kristen yang sudi datang ke gereja. Demikian survei yang dilakukan
Chirstian Research, lembaga yang khusus mendokumentasikan umat Kristiani
di Inggris.

Jumlah umat Islam di Inggris sekitar 1.6 juta jiwa, atau sekitar 2.7
persen dari jumlah total penduduk. Sedang populasi di Clitheroe 14.500
jiwa.

Di Clitheroe, kota kecil di utara Manchester, pergulatan ini melibatkan
para profesional muda keturunan Pakistan yang penuh gairah berhadapan
tradisi ketat warga setempat. Di kota ini istana Norman dan gereja
Anglikan sudah berdiri sejak 1122.

"Kami sudah 30 tahun berusaha untuk mendapatkan tempat ibadah," kata
Sheraz Arshad (31), pemimpin komunitas Muslim setempat. Arshad adalah
warga keturunan Pakistan. Ayahnya bernama Muhammad Arshad, imigran dari
Rawalpndi yang datang pada 1965 untuk bekerja di pabrik semen di pinggir
kota. Arshad sendiri bekerja sebagai manejer proyek di British Aerospace.

Masyarakat di sini menganggap diri mereka sebagai penghalang terakhir
berdirinya masjid yang menjadi fenomena tersendiri di kota industri ini.
Tekad kuat Arshad untuk membangun masjid di Clitheroe jelas tidak mulus.

Ayahnya yang wafat pada 2000 lalu, mewarisi perjuangan untuk mendirikan
masjid bagi sekitar 300 warga muslim di sana, dan Arshad siap melanjutkan
perjuangan.

"Saya pikir, kenapa saya diperlakukan tidak adil. Seperempat gaji saya
untuk membayar pajak. Dari sini saya tergerak untuk berjuang mendirikan
masjid," kata Arshad.

Hingga kini, Arshad dan ayahnya telah delapan kali mengajukan permohonan
pendirian masjid, bahkan pernah berencana membeli sebuah rumah di pinggir
kota untuk dijadikan masjid. Bahkan katanya dia pernah berusaha membeli
tanah dari dewan kota, tapi ditolak mentah-mentah.

Arshad sering mendapati cemoohan pada pertemuan dengan dewan kota. "Pulang
kau, Paki!," kenang Arshad sedih.

Pemda setempat beralasan, pendirian masjid ini dikhawatirkan akan menarik
para pendatang - khususnya muslim - untuk pindah ke Clitheroe. Sebuah
surat pembaca di suratkabar lokal, The Clitheroe Advertiser dan Times
mengatakan, meningkatnya populasi umat Islam di dua kota tetangga
Blackburn dan Preston juga akan terjadi di Clitheroe.

Menanggapi hal ini, Arshad tergerak untuk membuktikan dirinya seorang
muslim moderat, yang bersedia ambil bagian di setiap kegiatan kota
tersebut. Dia membentuk kelompok pramuka antaragama, bernama Beaver
Scouts, yang menghargai berbagai acara keagamaan termasuk acara agama Tao
dan tahun baru Yahudi.

Arshad juga mendirikan Pusat Pendidikan Islam Madina, sebuah kelompok
antaragama bagi orang dewasa.

Dia juga melakukan persuasi kepada Pemda setempat untuk mendirikan sebuah
komite, dan mengadakan sejumlah kuliah berseri tentang konflik global yang
menarik para tokoh akademisi penting.

Pada malam pemungutan suara 21 Desember lalu, gedung dewan disesaki 150
orang. Polisi siap siaga di luar gedung. Suara untuk Masjid unggul 7
banding 5, dan tidak ada aksi kekerasan.

"Saya berpikir akan mengundurkan diri, jika faktanya kita akan kalah,"
kata Arshad. "Tapi hasil akhirnya sangat mengharukan".

Menurut rencana tata kota, gereja hanya boleh difungsikan sebagai tempat
ibadah. Itulah sebabnya dewan kota menginzinkan untuk mengalihkan fungsi
gereja tua tersebut menjadi masjid. Demikian dikatakan Geoffrey Jackson,
Ketua Eksekutif LSM Trinity Parnership, seorang Metodis yang turut
mendukung perjuangan Arshad.

Jackson juga memuji sikap/kelakuan Arshad. "Dia seorang pria yang unggul,
punya aksen Lancashire (logat Inggris pedalaman yang kental-red), lahir
dan besar di sini, dan mengenyam pendidikan di Clitheroe," ungkap Jackson.

Tapi perjuangan belum berakhir. Di balik kesepakatan tadi, masih tersimpan
dendam di antara mereka yang kontra. Buktinya adanya hal itu, adalah
perusakan beberapa kaca jendela gereja (masjid) tersebut.

Di jalan utama Clitheroe, meskipun Pemda setempat mengizinkan berdirinya
masjid, pengaruh perkembangan Islam masih dikhawatirkan warga setempat.

"Terdapat begitu banyak perlawanan," kata Robert Kay, seorang sopir
bayaran. Tapi Kay mengatakan, orang-orang yang berjuang atas masjid adalah
orang yang gigih, yang tidak menyerah begitu saja.

Pada 1960an Gereja Metodis Gunung Zion berubah fungsi menjadi pabrik
(ukiran/kerajinan kayu) yang diekspor ke timur tengah. Masa mulai
menurunnya jumlah umat kristiani yang pergi ke gereja.

Saat ini, Kristen Metodis Inggris yang taat beragama kurang dari 500,000
orang. Sedang umat Kristen, hanya sekitar 6 persen saja yang masih rutin
datang ke gereja. Demikian diungkapkan Peter Brierly, Direktur Eksekutif
Christian Research. Meski belum didapat angka pasti, banyak kalangan
sepakat, bahwa umat Islam Inggris lebih sering datang ke masjid dibanding
umat Krisrten yang datang ke gereja.

Gangguan simbolik terhadap Islam di puncak kekuasaan Inggris sudah
selesai. Di universitas Oxford, warga kota baru-baru ini, menentang
pembangunan Pusat Studi Islam, tapi aksi mereka tidak sukses. Sebelumnya
umat Islam tidak mempunyai wakil di Majelis Pewakilan Tinggi, tapi
sekarang ada 7 orang wakil umat Islam di sana. Ini terjadi sejak satu
dekade berkuasanya Partai Buruh di Inggris.

Di deaerah pemukiman buruh, kesenjanga terlihat jelas antara pribumi kulit
putih dengan imigran muslim Asia, dari bekas negara jajahan Inggris,
Pakistan dan Banglades pada 1970an. Warga kulit putih tidak begitu suka
menikah, anak-anak yang lahir lebih banyak dari hasil hubungan luar nikah.
Berbeda dengan umat Islam, hal demikian jelas bertentangan.

Tingginya konsumsi alkolhol oleh warga kulit putih memperlebar jarak kedua
komunitas ini. Di Blackburn dan Preston meningkatnya jumlah umat Islam
membuatnya jadi eksklusif. Berkembangnya pengaruh sekolah Islam "Wahhabi"
jelas terlihat pada wanita-wanita pakaian hitam lebar yang menutupi
seluruh tubuh mereka kecuali mata saja.

Di Blackburn terdapat sekitar 30,000 muslim dari 80,000 total populasi.
Terdapat sekitar 40 masjid yang berdiri berdampingan dengan gereja kuno.
Hal inilah yang ditakutkan para oposisi pembangunan masjid di Clitheroe.

Arshad kini berencana untuk merenovasi gereja tersebut, di sisi lain umat
Kristen Clitheroe kekurangan pengunjung gereja. Di gereja Maria Magdalena
yang didirikan pada abad 12, jemaah yang hadir turun drastis jadi sekitar
90 orang saja pada tiap Minggu.

"Para pengunjungnya rata-rata berusia 75 tahun"kata Pederi (pendeta wakil
paus) Anglikan, Philip Dearden. Kata Philip, upacara pembabtisan atau
pemberian nama sudah jarang dilakukan. Bahkan Philip hanya mencatat 7
pernikahan tahun ini.

"Lancashire adalah tempat terakhir untuk melihat sekularisasi di Inggris,"
cetus Dearden, pria berusia 64 tahun.

"Sangat drastis kita melihatnya. Orang-orang tidak peduli lagi dengan
agama, mereka tidak datang lagi."

Di Kendal, kota kecil tetangga Clitheroe, seorang paderi Anglikan bernama
Alan Billings menulis sebuah buku berjudul, "Secular Lives, Sacred Hearts:
The Role of the Church in a Time of No Religion" (Kehidupan Sekuler, Hati
yang Suci: Peran Gereja di Saat Tidak Adanya Agama).

Katanya meningkatnya aksi oposisi terhadap masjid di antara warga kulit
putih adalah refleksi kegelisahan warga Inggris yang semakin menjadi-jadi
sejak aksi bom bunuh diri pada Juli 2005 lalu.

"Sering kali diekspresikan dalam penolakan yang samar seperti, akan
bertambahnya mobil, bertambahnya penduduk," jelas Billings yang juga
kontributor tetap program keagamaan di BBC ini. "Tapi itu benar-benar
kegelisahan mendalam terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Rasa takut
tentang apa yang akan terjadi terhadap kebudayaan dan rasa kecintaan
terhadap Inggris.

Pada pertemuan tiap hari Sabtu, hanya terkumpul sekitar 50 jemaah saja,
hampir semuanya beruban (usia senja). Billings menegaskan bahwa gereja
sedang dalam tekanan. Islam sekarang telah menjadi alternatif selain
Kristen.

Pada Minggu belakangan ini, hanya ada satu anak saja yang hadir sekolah
minggu. Buku cerita, kertas, dan pensil tergeletak begitu saja, hanya ada
seorang guru dengan seorang murid usia 6 tahun. Ruangan lainnya kosong
melompong.

Kontras sekali dengan Shamim Ahmad Miah (26) ustad keturunan Pakistan di
Accrington, kota sebelah Clitheroe. Di sini Miah mengajar bahasa Arab dan
al-Qur'an pada 30 orang murid, usia 5-15 tahun, tiga kali sehari.

Di sini Miah mengajar 10 murid sekolah dasar, duduk di kursi dengan meja
terang gedung pertemuan setempat, dia mengajar baca tulis Arab. Dia
membagikan sejumlah kertas pada setiap murid untuk menulis beberapa huruf.
"Pelan-pelan, ini adalah sebuah seni,"kata Miah.

Arshad berencana untuk mengundang Miah menjadi imam di Clitheroe. "Dia
seorang progresif," puji Arshad.

Tidak akan ada perombakan besar-besaran terhadap bangunan gereja, sekedar
menurunkan salib yang masih terpampang di atas.

Para wanita dibolehkan untuk shalat di ruang utama, "tidak di pojokan,"
kata Arshad.

"Kita tidak memasang kubah. Itu (kubah) akan terlihat cantik di Mesir dan
Turki, tapi di Inggris malah akan terlihat seperti bawang raksasa. Adzan
juga tidak akan keraskan ke luar masjid. Yang terpenting adalah apa yang
kita lakukan di dalam," katanya. [nytimes.com/Surya/cha/hidayatullah]





e-mail: [EMAIL PROTECTED]
  blog: http://mediacare.blogspot.com

       
---------------------------------
Ahhh...imagining that irresistible "new car" smell?
 Check outnew cars at Yahoo! Autos.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke