Di sini saya melihat ada "gap" atau "lack" antara Nothing is impossible dengan
berbagai contoh kegagalan nyata di berbagai belahan dunia mulai jaman dahulu
maupun yang baru saja terjadi sebagaimana diutarakan mbah Danar.

Poinnya, menurut saya, adalah BISA meskipun dengan persyaratan yang sangat
berat, sangat sulit dan hampir mustahil. Ibarat kata, dengan contoh, saya yakin
PSSI bisa juara dunia seperti Brazil, Itali, Perancis dsb. Namun untuk mencapai 
hal tsb harus melewati berbagai syarat dan kondisi yang tidak ringan al: 
Pembenahan
organisasi PSSI, peningkatan kualitas pemain, kualitas kompetisi, kualitas 
wasit, 
kualitas regulasi, kualitas stadion dsb, dsb. Kalau itu semua bisa terwujud 
bisa jadi 
dalam waktu 50 tahun lagi, 100 tahun lagi, 200 tahun lagi PSSI bisa juara dunia.
Mungkinkan kan mbah.

Back to topic, kalau melihat sejarah memang yang ada adalah sejarah kegagalan
demi kegagalan perluasan wilayah/penyatuan wilayah berbasis IMAN.

Tapi, mbah Danar, jangan lupa bahwa pernah ada  kejayaan dan kegemilangan Islam 
yang membentang dari Afrika sampai Andalusia ketika dikepalai oleh para sahabat 
Nabi Muhammad SAW (Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali RA).. 

Kenapa terus mundur dan hancur? karena kualiatas pemimpin dan rakyat di negara-
negara Islam setelah itu yang tidak sebaik para sahabat tsb dan mereka semua 
sudah jauh
meninggalkan Al-qur'an dan Hadist. Mereka cinta dunia dan takut mati.

Para sahabat Rasulullah tersebut adalah sebaik-baiknya generasi yang pernah ada.
Mereka adalah umat yang  kokoh imannya, cerdas, berakhlak mulia, taqwa, tidak 
cinta dunia, 
ikhlas, arif bijaksana, adil, tegas, disiplin, pemaaf, tidak takut mati, 
mementingkan persatuan,
hanya takut kepada ALLAH SWT dsb..dsb.

Nah, tentu saja kalau persyaratan seperti itu tidak ada lagi ya tentu saja yang 
ada adalah
cerita kegagalan demi kegagalan. Apalagi dengan kondisi umat Islam yang seperti 
sekarang
ini, ya LUMRAH dan MASUK AKAL kalau Mbah Danar mengatakan TIDAK MUNGKIN.
Saya juga akan bilang sama kalau syarat dan kondisi IDEAL tsb tidak terpenuhi.


Have a nice weekend

Hakim

 

  ----- Original Message ----- 
  From: RM Danardono HADINOTO 
  To: ppiindia@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, November 16, 2007 4:41 PM
  Subject: [ppiindia] Re: Makna Nabi Muhammad saw. Sebagai Penutup Para Nabi


  Betul. Pada dasarnya, tak ada yang tak mungkin, orang Barat 
  katakan "Nothing is impossible".

  Namun, bicara mengenai political science, yang ditumpu dengan 
  cultural anthropology, basis research adalah empirik. Bukan impian ke 
  masa depan, namun, apa yang paling viable dibawah maximum likelihood.

  Saya bawa contoh yang paling gamblang: Pakistan dahulu mencakup 
  Pakistan Barat dan Pakistan Timur. Keduanya bangsa beretnis India, 
  berasal dari common history ribuan tahun. Pakistan dahoeloe dibangun 
  berdasarkan persamaan IMAN. Apa yang terjadi? Mereka terbelah dua, 
  menjadi Pakistan dan Bangla Desh.

  Yang lebih telak lagi, analisa mengenai wilayah wilayah yang dahoeloe 
  disatukan dibawah sayap kesultanan Utsmaniah. Mereka, tanpa kecuali, 
  tak saja berbudaya sama, namun juga beragama sama, dan bemahzab sama: 
  Sunni.

  Apa yang terjadi: timbulnya negara negara nasional, yang semua 
  berbahasa sama, namun betradisi yang agak berbeda. Dan, perbedaan 
  skenario politik.

  Dapatkah mas Hakim bayangkan, negara negara Muslim di Afrika Utara, 
  yang dinamakan Tanah Maghreb menjadi SATU negara?

  Impian pimpinan Pan Islamisme dan banyak lagi organisasi bangun dan 
  sirna. Namun, kenyataan politis, sosial ekonomis TETAP menjadi batu 
  penyandung.

  Salam sejarah

  Danardono

  --- In ppiindia@yahoogroups.com, "hakim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > 
  > Dalam banyak point kita telah sependapat. Namun, ada satu hal 
  mengutip
  > kalimat mbah Danar yaitu iman TAK mungkin dipakai sebagai basis 
  untuk 
  > menyatukan wilayah. Ada pepatah yang mengatakan bahwa 1) di bawah 
  sinar
  > matahari segala sesuatu mungkin terjadi 2) KetidaTak Mungkinan 
  itu juga 
  > merupakan suatu kemungkinan, 3) Awalnya dari impian.
  > Apakah pepatah itu tidak tepat ataukah ada hal lain mbah? 
  > Mohon pencerahannya.
  > 
  > Salam petromax
  > 
  > Hakim
  > 
  > 
  > 
  > ----- Original Message ----- 
  > From: RM Danardono HADINOTO 
  > To: ppiindia@yahoogroups.com 
  > Sent: Friday, November 16, 2007 12:48 PM
  > Subject: [ppiindia] Re: Makna Nabi Muhammad saw. Sebagai Penutup 
  Para Nabi
  > 
  > 
  > --- In ppiindia@yahoogroups.com, "hakim" <hakim@> wrote:
  > >
  > > 
  > > Memang benar Mbah bahwa dalam keluarga/komunitas Jawa banyak 
  juga 
  > > yang mempunyai anggota keluarga dengan berbagai agama namun 
  tetap 
  > > saling asih, asah dan asuh BUKAN saling gasak, gosok dan gesek. 
  > > Di poin inilah ada ajaran Islam juga ikut berperan yaitu :
  > > "Bagimu Agamu, dan Bagiku Agamaku" Lakum Dinukum Waliyadin.
  > > Meskipun berbeda agama tetapi dalam kemasyarakatan kita harus 
  > > tetap rukun dan guyub al: jaga pos ronda, kerja bhakti, 17 an 
  > agustus dsb
  > > tanpa mengorbankan akidah keimanan masing-masing pihak.
  > > 
  > > Kalau hal ini dapat dipahami dan dilakukan dengan baik oleh 
  banyak 
  > pihak 
  > > baik itu dari mayoritas maupun dari minoritas, tentunya 
  semuanya 
  > akan 
  > > running well.
  > > Tetapi, apa mau dikata, ada saja "anak nakal" yang bermain-main 
  dari
  > > kedua belah pihak.
  > > 
  > > Namun demikian, menurut saya, banyak juga tradisi budaya 
  leluhur 
  > kita
  > > yang "tidak seiring sejalan" dengan ajaran dan perintah agama 
  yang
  > > dianut mayoritas rakyat Indonesia. 
  > > Di poin inilah yang sering terjadi "gesekan" antara tradisi 
  versus 
  > akidah.
  > > Saya rasa mbah Danar paham contoh-contohnya.
  > > 
  > > Mengenai contoh dari mbah mengenai negara-negara yang sulit 
  bersatu
  > > dengan berbagai macam background dan sebab, ada yang mbah 
  > terlewatkan
  > > yaitu KOREA. Meskipun budaya dan bahasa sama tetapi Korsel dan 
  Korut
  > > belum juga bersatu (in process). Belum lagi China dan Taiwan. 
  > > Sehingga menurut saya yang dominan adalah KEPENTINGAN yang 
  dibungkus
  > > Budaya.
  > > Gimana mbah?
  > > 
  > > Salam budaya
  > > 
  > > Hakim
  > > 
  > 
  > TEPATTT! Korea utara dan selatan tak (belum) mungkin disatukan, 
  walau 
  > berbasis agama sama; demikian juga Taiwan dan RRT. Juga di 
  Spanyol 
  > ada gesekan keras antara pemerintah dan pembrontak walau sama 
  sama 
  > Katholik. Memang, iman TAK mungkin dipakai sebagai basis untuk 
  > menyatukan wilayah.
  > 
  > Seperti anda katakan, yang seringkali lebih jitu guna penyatuan 
  > wilayah, adalah KEPENTINGAN. Contoh hidup: Uni Eropa. Agama 
  berbeda, 
  > bahasa berbeda. Korea utara berperilaku tak sejalan dengan budaya 
  > yang sebenarnya identis dengan agama, yakni Buddha. Mereka akan 
  suatu 
  > ketika bersatu karena kesamaan identitas budaya, termasuk bahasa 
  dan 
  > way of life yang sama.
  > 
  > Juga Taiwan, suatu waktu, pada generasi mendatang akan mencari 
  > integritas dengan Tiongkok daratan. Sebagaimana juga Hongkong 
  yang 
  > telah kembali kepangkuan budaya induk.
  > 
  > Tembok kepentingan seringkali lebih tinggi dan memisahkan, walau 
  ada 
  > faktor iman yang sama. Contoh terjelas adalah Indonesia dan 
  Malaysia.
  > 
  > Salam sejarah dan budaya
  > 
  > Danardono
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > Disclaimer: Although this message has been checked for all 
  known viruses
  > using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, 
  Bukopin 
  > accept no liability for any loss or damage arising
  > from the use of this E-Mail or attachments.
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > Disclaimer: Although this message has been checked for all known 
  viruses
  > using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
  > accept no liability for any loss or damage arising
  > from the use of this E-Mail or attachments.
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >



   




        Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
        using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
        accept no liability for any loss or damage arising
        from the use of this E-Mail or attachments.
       







Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
     using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
           accept no liability for any loss or damage arising
               from the use of this E-Mail or attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to