salam sejahtera!
Kita sudah banyak berdiskusi tentang agama, saling mengatakan orang 
lain salah. tapi sebenarnya yang perlu adalah berbuat baik, baik 
kepada Allah sang pencipta dan baik buat sesama.
soal agama, di Indonesia saya rasa kita semua sama. meyembah satu 
Tuhan Allah yang Esa, yang kita tahu menciptakan seluruh alam 
semesta dan isinya. Yang ada dengan sendirinya, ada karena Dia ada. 
tidak ada agama yang sesat! janganlah saling menghakimi sesama 
karena hanya Dialah hakim yang benar.
Bagi saudara2ku yang berbeban berat, ingat ada tertulis: Dan kamu 
akan dibenci semua orang oleh karena namakKu, tetapi orang yang 
bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. 
Nah sekarang kita minoritas janganlah berkecil hati! ada tertulis 
bahwa kemudian umat Jahudi akan tinggal 71 golongan, 70 golongan 
masuk neraka dan 1 golongan masuk sorga. umat kristen akan tersisa 
72 golongan. 71 golongan masuk neraka dan 1 golongan masuk sorga. 
umat islam tinggal 73 golongan yang mana 72 golongan masuk neraka 
dan hanya 1 golongan yang berhasil masuk sorga.
Utk saudaraku Ary Nugroho dan Lukas Kristanto dan Lain-lain, dengan 
hati yang tulus aku sampaikan salam sejahtera buat kalian, 
bersyiarlah terus karena itulah yang diminta Bapa. agar kabar 
genbira tsb diketahui oleh seluruh umat didunia. Allah SWT 
memberkati kita sekalian. Amin.
  
--- In ppiindia@yahoogroups.com, Nugroho Dewanto <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
>
> 
> Syiar dari Garasi
> 
> Aliran Kristen Unitarian mulai berkembang. Bisa menggelar kegiatan 
di 
> tengah permukiman warga.
> 
> **-
> Garasi di sebuah rumah di Jalan Jeruk, Sompok, kawasan padat di 
Semarang 
> itu berubah menjadi gereja setiap Sabtu. Tidak ada tanda-tanda 
laiknya 
> sebuah gereja seperti papan nama atau salib, kecuali jemaah yang 
sedang 
> beribadah, organ, dan sebuah podium. Tapi jangan salah, gereja 
Jemaat Allah 
> Global Indonesia (JAGI) ini bukan tempat ibadah darurat.
> 
> Begitulah wajah gereja Kristen Unitarian ini. Jemaah yang 
mengikuti 
> kebaktian pada Sabtu dua pekan lalu juga tidak sampai 50 orang. 
Padahal ini 
> merupakan gereja terbesar kelompok yang menolak ajaran Trinitas 
itu di 
> Indonesia.
> 
> Kelompok ini memang berbeda dengan arus besar agama Kristen, yang 
mengakui 
> Tuhan terdiri dari tiga sifat: Allah Bapa, Allah Putra (Yesus), 
dan Ruh 
> Kudus. "Bagi kami, Allah hanya satu, yakni yang disebut Yahweh 
atau Bapa 
> yang di surga. Bukan satu yang terdiri dari tiga atau tiga yang 
menyatu ke 
> dalam satu," kata Aryanto Nugroho, pendeta yang juga direktur 
publikasi 
> gereja JAGI Semarang.
> 
> Bagi penganut Unitarian, yang biasa menyebut kelompok mereka 
sebagai 
> Kristen Tauhid, Yesus bukan Tuhan dalam pengertian God, tapi Tuhan 
dalam 
> pengertian lord. "Yesus juga kami anggap sebagai Anak Allah, bukan 
Allah 
> Anak. Dinamakan Anak Allah karena Allah berkuasa atas Yesus," 
katanya.
> 
> Ciri lain dari pengikut aliran ini adalah adanya doktrin 
Laillahailallah 
> Isarukhallah. "Ini sahadat Kristiani, artinya tiada Tuhan selain 
Allah, Isa 
> adalah roh Allah," kata Stefanus Maulana Budi, seorang penganut 
Unitarian 
> asal Solo.
> 
> Seperti penganut aliran Kristen Advent, kelompok Unitarian hanya 
menggelar 
> kebaktian pada hari Sabtu. "Karena Alkitab mengajarkan ibadah pada 
hari 
> Sabat (Sabtu)," kata Aryanto. Kegiatan di gereja JAGI Semarang, 
misalnya, 
> digelar dalam dua sesi selama empat jam. Bagian pertama berupa 
diskusi 
> tentang Alkitab, dan sesi kedua adalah kebaktian seperti di gereja 
pada 
> umumnya: nyanyian pujian, doa, dan kotbah pendeta. Setelah itu, 
acara 
> ditutup dengan makan siang bersama.
> 
> Aliran Unitarian sebenarnya sudah ada sejak awal penyebaran agama 
Kristen. 
> Melalui pertentangan sengit, akhirnya kelompok Trinitas yang lebih 
> berkembang. Tapi Unitarian tidak mati, meski hanya memiliki 
sejumlah kecil 
> pengikut di beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Irlandia 
sampai di 
> Burundi, Afrika.
> 
> Di Indonesia, kelompok ini berkembang dari diskusi kecil pada 
1996. Dua 
> tahun kemudian, muncul komunitas yang mulai menggelar ibadah 
sendiri, 
> keluar dari gereja arus besar. Menurut Aryanto Nugroho, baru pada 
2000 
> keberadaan Kristen Tauhid disahkan oleh Bimas Kristen Departemen 
Agama.
> 
> Meski sudah mendapat pengakuan pemerintah, penambahan jumlah 
penganut 
> Unitarian tidak terlalu signifikan. Menurut sekretaris gereja JAGI 
> Semarang, Ellen Kristi, penganut Unitarian di Indonesia hanya 
ratusan. 
> Mereka tersebar di berbagai daerah, mulai dari Solo, Pasuruan, 
sampai 
> Jember, dan yang terbesar di Semarang.
> 
> Di Solo, kegiatan penganut aliran ini dipusatkan di rumah 
Kristanto di 
> kawasan Mojosongo. Pada Sabtu dua pekan lalu, terlihat 14 jemaah 
sedang 
> melakukan kebaktian. Menurut Kristanto, meski berada di tengah 
permukiman, 
> kehadiran "gereja"-nya tidak pernah dipermasalahkan 
warga. "Hubungan kami 
> baik-baik saja dengan lingkungan," ujarnya.
> 
> Yang jadi masalah biasanya ketika penganut Unitarian akan menikah 
dengan 
> pengikut Kristen lain, seperti dialami Oktino, seorang jemaah asal 
Solo. Ia 
> sempat terancam tidak bisa menikah lantaran calon mertuanya 
menentang 
> ajaran yang dianutnya. Tapi, menurut Aryanto, cukup banyak 
penganut 
> Unitarian yang berasal dari keluarga Trinitas. "Tidak masalah, 
kita bisa 
> berdampingan rukun," katanya.
> 
> Aliran lain yang juga menganggap Yesus hanya sebagai utusan Tuhan 
adalah 
> Saksi-Saksi Yehuwa. Berbeda dengan Unitarian, aliran ini pernah 
dilarang 
> oleh pemerintah sebelum diizinkan lagi pada masa pemerintahan 
Presiden 
> Abdurrahman Wahid. Aliran ini mempunyai pengikut lebih banyak 
daripada 
> Kristen Tauhid. Menurut Rudi Hartanto, tokoh Saksi-Saksi Yehuwa di 
Solo, di 
> kotanya saja ada 500 pengikut yang sudah dibaptis.
> 
> Meski banyak jadi bahan diskusi di milis dan blog, munculnya 
berbagai 
> aliran itu tidak membuat Persatuan Gereja Indonesia (PGI) 
mengambil sikap 
> kuda-kuda. Sekretaris umumnya, Richard Daulay, menyatakan bahwa 
wadah 
> gereja Kristen Protestan terbesar di Indonesia ini tidak akan 
mengambil 
> tindakan apa pun. "PGI tidak mau dan tidak bisa menghakimi. Kami 
juga bukan 
> badan fatwa, jadi tidak bisa mengatakan itu sesat," katanya. "Yang 
bisa 
> kami lakukan adalah memperkuat iman seluruh jemaah, sehingga tidak 
ikut 
> aliran mereka."
> 
> Yudono Yanuar, Ign. Widi Nugroho, Sohirin (Semarang), Imron Rosyid 
(Solo)
> 
> Majalah Tempo, 18 Februari 2008
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke