Terimakasih untuk nararti yang dikirim-salin mas Satrio yang saya cantumkan di bagian bawah posting ini.
Kalau saya lihat di Wiki, Cheryl Benard itu adalah seorang novelist dan feminist, isterinya Zalmay Khalilzad, mantan Dubes Amerika di Irak, yang sekarang menjadi Dubes Amerika di PBB. <http://en.wikipedia.org/wiki/Cheryl_Benard> Tulisan "rekomendasi" dari think-tank RAND (National Security Division) yang di sebut-sebut pada posting mas Satrio selengkapnya bisa dibaca pada link ini. <http://www.rand.org/pubs/monograph_reports/MR1716/MR1716.pdf> Menurut saya sih tidak ada sesuatu yang sangat "rahasia" dari apa yang direkomendasikan pada dokumen ini. Dokumen ini juga bisa diakses oleh siapa saja (open). Almost all the ideas described here sound 'familiar': ==> sudah jelas bahwa pada situasi saat ini (pasca 911) Amerika/barat lebih menghendaki dunia Islam dengan ciri-ciri: <a> lebih sekuler <b> lebih berorientasi "sufi-ism" <c> tidak mengusung penerapan apa yang disebut sebagai "syariat Islam" ( dalam tanda petik ) ==> Tentu bisa dimengerti, dengan menggunakan analogi upaya Penjajah Belanda di Aceh dulu dengan menggunakan strateginya Snouck Hurgronye untuk bisa "menjinak-kan" Islam di Aceh agar menguasai Aceh <http://snouck.blogspot.com/2006/02/long-war-for-aceh.html> orang bisa saja memandang bahwa dokumen rekomendasi dari RAND di atas mirip dengan rekomendasinya Hurgronje kepada pemerintah Hindia Belanda, bagaumana caranya "menjinak-kan ruh Islam" di negeri-negeri Muslim, agar negeri-enegeri itu bisa didominasi dan dikuasai. Suatu kecurigaan yang masuk akal juga (sulit dibantah). Pertanyaan saya satu saja: -------------------------- bagaimana seandainya ada juga masyarakat Muslim yang secara "independent" memang "menginginkan" transformasi menuju masyarakat (a), (b), dan (c) seperti di atas, tapi tanpa di "impose" dari luar, artinya tidak berarti membuka diri terhadap imperialisme. Kalau hal seperti ini sulit dibayangkan, mungkin saya ambil unsur (b) saja, yaitu masyarakat Muslim dengan orientasi "Sufi-ism", yang sering digambarkan sebagai masyarakat Muslim yang "apolitic", lebih mementingkan pendekatan spiritualisme, sehingga mungkin 'apatis' terhadap politik, tidak perduli dengan dominasi politik pemerintah atau kekuatan asing. Tetapi bukankah di dalam sejarah Islam, pernah juga ada contoh pemerintahan Muslim yang berorientasi Sufi, tetapi cukup di'takuti' oleh barat: Ottoman Empire setidak-tidaknya hinggatahun 1571, ketika armada Turki akhirnya dikalahkan armada Eropa pda pertempuran Lepanto (battle of Lepanto) <http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Lepanto_(1571)> Satu contoh lagi dalam skala yang jauh lebih kecil, pada setting sejarah penjajahan Belanda di Indonesia dulu, beberapa aliran Sufi (Sufi orders) di Nusantara juga ada yang terlibat melakukan perlawanan terhadap Belanda/VOC, salah satunya adalah yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. <http://tinyurl.com/54p8us> Soal adanya pengaruh dari luar terhadap bentuk ideologi bangsa kita saya rasa kan merupakan hal yang alamiah. Kalau kemarin ada yang mengatakan "ideologi trans nasional" itu sebenarnya istilah yang "lucu": mana ada ideologi yang sifatnya 100% lokal? -> lha wong ke 5 agama besar di dunia ini asal usulnya semua dari Asia, 3 di antaranya dari Timur Tengah artinya termasuk faham-faham Islam yang ada di Indonesia saat ini: madzab Syafi'ie, "madzab" Wahhabi, paham politik Ihwanul Muslimin, paham Syiah, Sufiism, itu ya semuanya sebenarnya juga "barang impor" ( meskipun ada juga unsur lokal, yang kemudian berfusi menjadi kultur kejawen/sinkretisme ). -> ideologi 'ciptaan' manusia yang besar: kapitalisme & sosialisme yang "sistematik" dua-dua nya berasal dari Eropa, kemudian go global. Ini juga ideologi trans nasional. Jadi saya melihat kalau negeri Indonesia, di mana 88% nya Muslim menjadi ajang perebutan pengaruh antara ideologi-ideologi di atas ya mestinya wajar-wajar saja. *** Apakah di dalam peristiwa insinden Monas ada unsur konspirasi atau tidak mungkin tidak mudah dibuktikan. Saya cenderung lebih mengandalkan pada pendekatan hukum dan mengharapkan sikap arif bangsa kita yang sedang belajar. Untuk mencegah kemungkinan benturan antara organisasi seperti NU dan FPI, yang paling baik memang persoalan ini segera ditangani Kepolisian dan diselesaikan secara hukum. wassalam, ----( ihsan hm )----------------------------------------- Satrio Arismunandar wrote: -------------------------- Kiriman dari teman ... ----------------------- Adanya politik adu domba di balik insiden Monas semakin menguat. Pernyataan Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi mengingatkan pihak- pihak tertentu untuk tidak melibatkan NU menyusul insiden Monas 1 Juni. "NU akan memberikan sanksi kepada siapa pun yang melakukan provokasi," tegasnya. Hasyim menyesalkan penggunaan dan pelibatan nama NU dan kelompok NU dalam masalah ini. "Karena relevansinya tidak ada antara NU dan Monas, NU dan FPI. Tapi, kenapa lalu ditulis korban itu adalah orang NU?" ujar Ketua PBNU Hasyim Muzadi dalam pernyataan tertulis pada detikcom, Selasa (3/6/2008). KH Hasyim Muzadi juga mengingatkan pelibatan orang-orang NU yang menjadikan NU sebagai pihak yang juga terlibat dalam bentrok fisik itu. "Ini tidak boleh terjadi dan harus dicegah. Bentrok fisik sangat merugikan. Kita ingin menyelesaikan masalah Monas, bukan memperluas masalah itu," tegasnya. Upaya mengadu domba antara NU dan ormas Islam lain seperti FPI memang sangat terasa. Tampak dari reaksi warga NU diberbagai daerah yang mendatangi markas FPI. Konflik horizontal pun dikhawatirkan meluas di daerah-daerah. Tidak hanya itu , perluasan insiden Monas juga tampak dari upaya membangun opini seakan-akan lasyar Islam menyerang kelompok memperingati hari kesaktian Pancasila. Serangan ini dianggap ancaman terhadap Pancasila, ideologi negara, dan pada gilirannya dianggap merupakan ancaman terhadap negara. Upaya adu domba yang konflik horisontal ini tidak bisa dilepaskan dari grand-strategi negara-negara Imperialis untuk menghancurkan umat Islam dan kekuatan Islam. Untuk itu, negara-negara Imperialis seperti AS memanfaatkan LSM-LSM komprador yang menjadi kaki tangannya untuk memprovokasi konflik. Campur tangan asing tampak dari kecaman kedubes AS terhadap insiden Monas. Kedubes AS di Indonesia mengeluarkan siaran pers yang mengutuk aksi kekerasan oleh FPI. AS menilai, aksi itu berdampak serius bagi kebebasan beragama dan dapat menimbulkan masalah keamanan. Namun, pernyataan Kedubes AS itu dinilai anggota Fraksi PKS di DPR, Soeripto, sebagai bentuk campur tangan AS dalam masalah dalam negeri. "Itu tidak etis. Bahasa kasarnya intervensi. Seakan-akan pemerintah kita yang lemah," katanya. Grand strategi ini bisa terlihat dengan jelas dari rekomendasi Rand Corporation yang merupakan think-thank neo-conservative AS yang banyak mendukung kebijakan Gedung Putih. Dalam rekomendasi Cheryl Benard dari Rand Corporation yang berjudul CIVIL DEMOCRATIC SILAM , PARTNERS ,RESOURCES, AND STRATEGIES secara detail diungkap upaya untuk memecah belah umat Islam. STRATEGI PECAH BELAH KELOMPOK ISLAM ------------------------------------ Langkah pertama melakukan klasifikasi terhadap umat Islam berdasarkan kecendrungan dan sikap politik mereka terhadap Barat dan nilai-nilai Demokrasi. Pertama : Kelompok Fundamentalis -------------------------------- menolak nilai-nilai demokrasi dan kebudayaan Barat kontemporer. Mereka menginginkan sebuah negara otoriter yang puritan yang akan dapat menerapkan Hukum Islam yang ekstrem dan moralitas. Mereka bersedia memakai penemuan dan teknologi modern untuk mencapai tujuan mereka. Kedua : Kelompok Tradisionalis: ------------------------------- Ingin suatu masyarakat yang konservatif. Mereka mencurigai modernitas, inovasi, dan perubahan. Ketiga : Kelompok Modernis -------------------------- Ingin Dunia Islam menjadi bagian modernitas global. Mereka ingin memodernkan dan mereformasi Islam dan menyesuaikannya dengan zaman. Keempat : Kelompok Sekularis ---------------------------- Ingin Dunia Islam untuk dapat menerima pemisahan antara agama dan negaradengan cara seperti yang dilakukan negara-negara demokrasi industri Barat, dengan agama dibatasi pada lingkup pribadi. STRATEGI BELAH BAMBU DAN ADU DOMBA Setelah membagi-bagi umat Islam atas empat kelompok itu, langkah berikutnya yang penting yang direkomendasi Rand Corporation adalah politik belah bambu. Mendukung satu pihak dan menjatuhkan pihak lain, berikutnya membentrokkan antar kelompok tersebut. Upaya itu tampak jelas dari upaya membentrokkan antara NU yang dikenal tradisionalis dengan ormas Islam yang Barat sering disebut Fundamentalis seperti FPI, HTI, atau MMI dsb. Hal ini dirancang sangat detil. Berikut langkah- langkahnya : Pertama : Support the modernists first (mendukung kelompok Modernis) Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi. Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda. Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam. Memberikan mereka suatu platform publik Menyediakan bagi mereka opini dan penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya. Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan "counterculture" bagi kaum muda Islam yang tidak puas. Memfasilitasi dan mendorong kesadaran akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayannya, di media dan di kurikulum dari negara-negara yang relevan. Membantu dalam membangun organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk mempromosikan kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan mengutarakan pandangan-pandangan mereka. Kedua, Support the traditionalists against the fundamentalists: Mendukung kaum tradisionalis dalam menentang kaum fundamentalis. Langkah- langkah yang dilakukan antara lain : Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis; mendorong perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis. Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis. Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan kaum modernis. Jika memungkinkan, didik kaum tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka untuk mampu melakukan debat dengan kaum fundamentalis. Kaum fundamentalis secara retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis melakukan praktek politik „Islam pinggiran" yang kabur. Di tempat-tempat seperti di Asia Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan dilatih dalam Islam ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka. Menambah kehadiran dan profil kaum modernis pada lembaga-lembaga tradisionalis. Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda. Mendorong orang-orang dengan ketertarikan yang lebih besar atas modernisme, seperti pada Mazhab Hanafi, lawan yang lainnya. Mendorong mereka untuk membuat isu opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas dari penguasa yang terinspirasi oleh paham Wahhabi yang terbelakang. Hal ini berkaitan dengan pendanaan uang dari Wahhabi diberikan untuk mendukung Mazhab Hambali yang konservatif. Hal ini juga berkaitan dengan pengetahuan. Bagian dari Dunia Islam yang lebih terbelakang tidak sadar akan kemajuan penerapan dan tafsir dari Hukum Islam. Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme Ketiga, Confront and oppose the fundamentalists: Mengkonfrontir dan menentang kaum fundamentalis. Langkah-langkahnya antara lain : Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak akuratannya. Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal. Mengumumkan konsekuensi dari tindakan kekerasan yang mereka lakukan. Menunjukkan ketidak mampuan mereka untuk memerintah, untuk mendapatkan perkembangan positif atas negara- negara mereka dan komunitas-komunitas mereka. Mengamanatkan pesan-pesan ini kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita. Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.