Seru juga petualangan sekelompok turis penyelam
dari Eropa yang terkena musibah: terbawa arus
bawah laut sehingga hampir kehilangan arah,
dan akhirnya secara tidak terduga terdampar
di pulau Komodo (atau di dekatnya?), dan
ditemukan oleh * Park Ranger * P. Komodo.

Tempat kedudukan P. Komodo ada di dekat
P. Sumba dan Sumbawa, bisa dilihat pada
peta di bawah ini:

<http://tinyurl.com/3wskd4>

Mereka survive selama beberapa hari dengan
memakan kerang. Artikel berita saya cantumkan
di bagian bawah posting ini.

***

Kisah petualangan ini mungkin bisa menjadi
ilham untuk membuat cerita film yang seru
yang misalnya bisa dikasih judul

----------------------------
"The Komodo Park Ranger"
----------------------------

Alur ceritanya misalnya begini:

Dari cerita-cerita anekdot penduduk lokal,
beredar semacam 'legenda' bahwa di perairan
di dekat P. Komodo ada terumbu karang yang
punya khasiat pengobatan "pamungkas" melawan
bbrp. 'penyakit' yang sampai hari ini masih
sulit diatasi:

-> penyakit jantung
-> stroke
-> kanker

Mendengar hal ini, sebuah tim peneliti Universitas
Heidelberg di Jerman segera berinisiatif membuat
program riset untuk meneliti secara ilmiah khasiat
biota laut tersebut. Dari pengalaman yang sudah-sudah
mereka baru mendapat akses untuk meneliti Biota laut
di Indonesia kalau bekerjasama dengan Universitas
setempat. Maka segera dibuat MOU dengan Universitas
Mataram di Lombok dan Universitas Udayana di Bali.
Ditawarkan sejumlah beasiswa yang generous kepada
staf-2 pengajar Universitas-2 ini.

Dengan menggunakan "skema pertukaran ilmuwan" yang
dikelola oleh DAAD, dalam waktu beberapa bulan 
Universitas Heildelberg sudah bisa mengirimkan 3 
personal/mitarbeiter/Ph.D students nya untuk melakukan 
ekspedisi penyelaman di perairan di sekitar P. Komodo. 
Mereka adalah Tom, Jerry, dan Kim, masing-masing 
berkebangsaan Swedia, Inggris, dan Spanyol.

Dua orang peneliti dari Universitas Mataram dan
Udayana akan mendampingi mereka, sekaligus
sebagai guide. Sebagai peneliti biologi lautan
(Marine biologists), ke-5 orang ini adalah penyelam
laut yang terlatih.

Tetapi sebagai orang yang pernah berdinas pada
pasukan elit angkatan laut Swedia, Tom mempunyai
kemampuan selam di atas rata-rata penyelam profesional.

Dan satu hal yang tidak mereka ketahui, Tom 
sebenarnya sudah lama menyimpan "obsesi" menemukan 
biota laut yang bisa dijadikan "obat ampuh", yang 
akan mempunyai nilai bisnis yang besar. 

Dengan obsesinya ini, secara diam-diam, Tom telah 
banyak melakukan penelusuran pustaka mengenai khasiat 
beberapa spesies terumbu karang yang merupakan 
spesies langka yang hanya ada di beberapa tempat 
di perairan di muka bumi ini, termasuk yang ada
di perairan dekat P. Komodo. Pengetahuan "ekstra"
nya ini hanya dia simpan, tidak pernah di "share"
dengan profesor atau kolega lainnya, dan tidak
pernah dia publikasikan.

Maka ketika ada rencana melakukan ekspedisi penyelaman
di Indonesia, Tom sudah membuat rencana skenario
yang cukup brilian untuk mencapai cita-cita/obsesinya:
mengambil keuntungan bisnis dari penemuan khasiat
pengobatan biota laut tsb.

***

Setelah beberapa hari melakukan penyelaman bersama
-sama dengan ke-empat anggota tim ekspedisi, Tom
dengan cepat dapat mengenal situasi perairan di
sekitar P. Komodo. Mereka juga telah mengumpulkan
cukup banyak sampel terumbu karang yang diduga
berkhasiat itu.

Pada hari ke-5, pada saat briefing sebelum melakukan
penyelaman, Tom mengusulkan hari itu mereka "berbagi
tugas" menyelam di bbrp. tempat yang berbeda. Tom
di dampingi seorang biolog Indonesia, atas usulnya,
kebagian menyelam di tempat yang arusnya terkenal
deras. Sesuai dengan skenario yang direncanakannya,
pada suatu saat, Tom memisahkan diri dari partner
selamnya, pura-pura terhanyut terbawa arus laut.

Tom telah menyusun skenario "pelarian" dg. cara ini
sambil membawa sampel terumbu karang yang akan di
"gondol" nya sendiri untuk diteliti sendiri, dan
di bisniskan hasilnya.

Begitulah, Tom "menghanyutkan" diri dan akhirnya
"terdampar" di salah satu pantai di P. Komodo.

Tetapi rupanya ada suratan 'takdir' yg belum
diperhitung kannya. Sewaktu "terhanyut", tubuh Tom
terkoyak terumbu karang tepat pada saluran nadi di
kakinya sehingga mengalami pendarahan yang hebat.
Dengan kotak PPPK yang di bawanya, Tom bisa menghentikan
pendarahan, tetapi bau darah Tom sempat "tercium" oleh
penghuni pulau itu: Komodo.

Dalam keadaan lemah, karena kehilangan banyak darah,
Tom menjadi rentan terhadap kejaran hewan-hewan reptile
ini. Benar, bahwa kecil kemungkinan mereka akan memangsa
seorang manusia dewasa. Tetapi sekedar gigitannya pun
akan berakibat fatal, karena air liur hewan ini mengandung
bakteri yang mematikan juga.

<http://en.wikipedia.org/wiki/Komodo_dragon>

***

Sementara itu, mitra penyelam Tom sudah melaporkan
hilangnya Tom ke posko ekspedisi. Dalam waktu singkat,
Petugas taman Pulau Komodo (Park Ranger) juga sudah
dihubungi, diminta bantuannya menyusur pantai pulau
itu dalam rangka mencari Tom.

Pada saat keadaan sangat kritis, ketika sekawanan
Komodo hampir mengeroyok Tom yang terkulai lemah,
datanglah Park Ranger, ... kayak yang di pilem-pilem ...

:-)

---( ihsan hm )--------------------


June 7, 2008

-------------------------------------------------------------
French diver recounts survival on deserted Indonesian island
-------------------------------------------------------------

LABUANBAJO, Indonesia (AFP) - A French tourist said on
Saturday he and four other European divers spent two
nights on a deserted Indonesian island eating shellfish
and watching for komodo dragons as they awaited rescue.


Laurent Pinel, 31, said the group survived off mussels
scavenged from the beach and had to fight off a komodo
dragon during the 36 hours they were waiting to be
spotted on tiny Rinca island in the Komodo National
Park.

"We had nothing to eat. We ate some kind of mussels
scraped from the rocks," he told AFP after reaching
a medical clinic in this sleepy port on Flores island.

"On the beach a komodo dragon came amongst us yesterday
afternoon," he said, describing how the group had to
pelt the dangerous reptile with rocks to scare it away.

He said the divers -- three Britons, himself and a
Swede -- had spent about nine hours adrift at sea
after being swept away from their dive boat in a
strong current late Thursday afternoon.

Police earlier said the group had been adrift since
they disappeared and were found Saturday morning at
sea off Rinca island, but Pinel dismissed this
information as inaccurate.

He said they had struggled against the rip for
several hours but eventually stopped swimming and
tied themselves together by their diving vests to
preserve energy.

Late Thursday night they saw another island and
decided to make one more effort to reach land before
being swept out of the relative protection of the
Nusa Tenggara island chain and into the open ocean.

"If we'd continued (to drift), it would have been
the ocean," he said.

"We were exhausted. Everyone had cramps."

The group was found before midday on Saturday by
national park rangers who took them to Labuanbajo,
where they had set off Thursday for what was supposed
to be a routine day of diving.

Pinel said they were in relatively good condition
considering their ordeal.



Kirim email ke