Sama Mas... Kebebasan untuk "main pukul", "main gebuk", "main bakar", "ngancem bunuh" juga gak ada :-) Wass
On 6/18/08, A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Masalahnya tidak ada agama Ahmadiyah. > Ahmadiyah itu mengaku Islam, padahal ajarannya beda/sesat. > Jadilah Ahmadiyah itu aliran sesat yang sudah dilarang di berbagai negara > Islam. > > Ada kebebasan beragama > Tapi kebebasan beraliran sesat itu tidak ada....:) > > ----- Original Message ---- > From: M.J Thamrin <[EMAIL PROTECTED] <m.j.thamrin%40gmail.com>> > To: [EMAIL PROTECTED] <mediacare%40yahoogroups.com>; > ppiindia@yahoogroups.com <ppiindia%40yahoogroups.com> > Sent: Wednesday, June 18, 2008 10:09:44 AM > Subject: [ppiindia] Fwd: Laa Ikraha Fid dien-Ketika Kekerasan FPI Binasa > > ---------- Forwarded message ---------- > From: jundillah2001 <jundillah2001@ yahoo.com> > Date: Jun 16, 2008 1:38 PM > Subject: [zamanku] Laa Ikraha Fid dien-Ketika Kekerasan FPI Binasa > To: [EMAIL PROTECTED] .com > > Laa Ikraha Fid-dien, satu ayat yang sangat indah dalam al-quran. > > *Tidak ada pemaksaan dalam agama* > > mencerminkan betapa demokratisnya Islam. > > Satu ayat yang bisa menjadi antidot akan upaya segelintir orang > yang menafsirkan beberapa ayat yang mengisahkan tentang > perang atau memerintahkan berperang dengan tafsir kekerasan. > Ketika ada perintah yang menyatakan bahwa tidak ada paksaan > dalam agama, seharusnya kita bisa berpikir bahwa hatta > penghinaan verbal pun tidak boleh *apalagi sampai membuat sesama * > *umat manusia terluka* bahkan terbunuh hanya karena beda dalam > menafsirkan ayat suci. > > Perbedaan dalam menafsirkan ayat suci adalah hal wajar karena orang > akan menafsirkan ayat sesuai dengan latar belakang dan tabiatnya. > Apabila satu ayat suci ditafsirkan oleh orang yang bertabiat kasar > dan keras, maka ayat tersebut pun akan ditafsirkan keras juga. > > Apa yang disebut oleh sebagaian orang sebagai jumhur ulama > *tidak mejamin* bahwa tafsirnya terhadap ayat itulah *fatwa kebenaran* > karena sekali lagi satu ayat bisa juga ditafsirkan sesuai dengan > kepentingan yang menafsirkan. > > Satu lembaga yang menyatakan dirinya sebagai kelompok > ulama *bukanlah jaminan bahwa dia telah mewakili seluruh umat* dalam > satu negara. Buktinya masih banyak ulama lain yang memiliki tafsir > berbeda dalam satu perkara, hanya saja kebanyakan ulama ini tidak > memiliki media atau uang untuk mengekspos tafsirnya. > > Ambil contoh ayat yang memerintahkan untuk memerangi kemungkaran. > *Kenapa lantas diambil kesimpulan bahwa memerangi kemungkaran itu > harus dengan cara bunuh membunuh, bakar membakar, dan mengangkat > senjata* seperti yang selama ini dilakukan FPI. Coba kita analogikan > dengan perintah memerangi kemiskinan atau memerangi wabah flu > burung. Apakah kita juga lantas membunuhi orang-orang miskin atau > membakari orang-orang yang terkena flu burung. > *Tidak kan* ? > yang kita lakukan adalah membuka lapangan kerja, memperbaiki pendidikan, > mencari serum anti flu burung. > > Kenapa ayat yang memerintahkan untuk memerangi kemungkaran > tidak ditafsirkan sama ? > Ketika terjadi kemaksiatan, prostitusi menjamur, narkoba merebak, aliran > sesat > mewabah, > *kenapa tidak* membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya > sehingga para kaum prostitute ini punya pilihan lain ? > *kenapa tidak* memberantas jaringan narkoba jangan korbannya yang dipukuli > ? > > *Kenapa tidak* memberikan pendidikan yang benar kepada orang-orang yang > disinyalir sudah mengikuti ajaran sesat sehingga kembali pada track > yang benar ? > > Selain itu, bukankah ada ayat yang memperingati Nabi dengan jelas > bahwa Beliau hanyalah Sang Pembawa Pesan bukan yang menentukan > beriman atau tidaknya seseorang. Diriwatkan Azbabun Nuzul turunya > ayat ini ketika nabi bersedih paman yang dicintai sampai akhir hayat > tidak mengucapkan kalimah syahadah. Artinya, tugas kita pun tidak > lebih hanya sebagai penyampai pesan. *Jika kita menganggap seseorang > atau sekelompok orang telah sesat dan kafir, batas tugas kita hanya > menyampaikan apa yang kita anggap benar dan jangan mengikuti > kesesatan itu TITIK. * > > Perkara dia tidak mau mengikuti Anda dan lebih > mengikuti kelompok yang Anda anggap sesat sudah bukan menjadi > tanggung jawab kita karena kita sudah mengingatkan. Bukannya malah > memukuli dan membunuh orang itu, apalagi membakari rumah orang itu > sampai tempat ibadahnya pun dihancurkan. *Itu berarti Anda sudah > melampau batas,* Anda tidak lagi menegakkan Mizan dan Keadilan. Anda > tentu tidak mengharapkan orang mengikuti Anda karena rasa takut > dipukuli atau dihancurkan rumahnya sehingga di bibir terpaksa dia > menyatakan kebenaran Anda tapi di hati dia mengutuki dan menyumpahi > Anda. > > *Ada ayat yang memerintahkan kita untuk tidak berbuat kerusakan di > muka bumi. *Apa yang telah dilakukan FPI sungguh bertentangan dengan > ayat ini. Lagipula coba kita pakai logika, berapa kerugian ekonomi > karena aksi penghancuran yang sudah dilakukan FPI sejak tahun 2001. > > Satu contoh kasus, ketika mereka membakar rumah ibadah, apakah > mereka tidak berpikir bahwa tempat yang mereka bakar itu di bangun > pakai uang ?! Kalau memang rumah ibadat itu dianggap menjadi sarang > beredarnya aliran sesat, daripada dibakar lebih baik kan > dialihfungsikan seperti menjadikannya sekolah yang dikelola oleh > aparat yang berwenang mengingat banyak bangunan sekolah di Indonesia > sudah tidak layak pakai. > > Aksi penghancuran fasilitas umum dalam bentuk rumah ibadah yang dilakukan > FPI ini betul-betul sudah merugikan tidak hanya secara mental tapi secara > materil. > Kelakuan mereka membakari dan meruntuhkan banyak bangunan betul-betul tidak > memakai logika. Lakon FPI ini seolah-olah masyarakat Indonesia sudah > begitu kaya-nya sehingga gampang saja mengancurkan banyak bangunan > yang dibangun dengan menggunakan uang yang tentu saja bukan dalam > jumlah kecil dimana kalau uang itu diberikan pada orang miskin pasti > jauh lebih berguna. > > Saya pribadi menyesali satu partai islam yang cukup besar di > Indonesia yang dulu mengkader saya, tidak bersuara untuk melawan > kekerasan dalam dakwah islam. Kenapa petinggi partai ini tidak > menyorot pada cara dakwah yang menggunakan kekerasan dan pemaksaan. > Mereka yang dulu mengajari saya nahnu duat qobla kulli sya'I, mereka > yang memerintahkan saya untuk berdakwah dengan cara yang hasanah > dengan cara yang baik tanpa paksaan. Tapi ketika terjadi kekerasan > oleh FPI di berbagai tempat dengan alasan dakwah termasuk pada > peristiwa Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monas 1 Juni 2008, > petinggi-petingginy a justru mencoba mengalihkan isunya. Apakah orang- > orang ini sudah lupa asasnya dalam berdakwah ? Meskipun mereka diam, > yang pasti > > TIDAK ADA ALASAN APAPUN YANG MEMBENARKAN AKSI KEKERASAN > TERHADAP SESAMA UMAT MANUSIA APALAGI SESAMA ANAK BANGSA YANG DISUSUI OLEH > IBU YANG SAMA IBU PERTIWI !! > > ISU KEKERASAN FPI DI MONAS ATAU DIMANAPUN MAU DILENCENGKAN > SEJAUH APAPUN DARI FAKTANYA YANG PASTI MASYARAKAT SUDAH CERDAS MENYIMAK > BAHWA KEKERASAN DAN PERILAKU TIDAK > SOPAN LAINNYA TIDAK AKAN DITERIMA DI INDONESIA !! > > SILAHKAN PERGI KE NEGARA LAIN YANG MENGIJINKAN ANDA MELAKUKAN > AKSI KEKERASAN !! > > DAN, SIAPAPUN YANG MENGGUNAKAN CARA-CARA KEKERASAN UNTUK > MENG-GOL-KAN AGENDANYA, MAKA TUNGGULAH KEBINASAANNYA !! > > Love > > [Non-text portions of this message have been removed] > > [Non-text portions of this message have been removed] > > > [Non-text portions of this message have been removed]