kebanyakan mkn kue moho emang bikin orang gampang heran, trus nalarnya kaga 
jalan, ya ampyunnn..!


----- Original Message ----
From: masdimas62 <[EMAIL PROTECTED]>
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Friday, June 20, 2008 8:10:39 PM
Subject: [ppiindia] Re: Hotel dan Restoran Diminta Patuhi Syariat Islam


Salam, 

"Penduduk Bali menggunakan ketaatan pragmatis" adalah kesimpulan dan 
tafsiran Anda. Dan tafsiar Anda belum tentu benar. 
Selama tinggal sebulan di Bali, khususnya di Denpasar dan Ubud, saya 
lihat turis-turis yang ingin masuk dan melihat Pura dari dalam 
diwajibkan memakai pakaian sopan, menutupi dengan kain, yang 
disediakan. 
Tafsiran saya : Bali tidak menjual agama dan tidak mengkompromikan 
agama. Sama seperti orang Bali membiarkan Pantai Kuta turis boleh 
pakai bikini, karena saya pernah baca, kehidupan di pantai tidak 
dalam jangkauan "wilayah spiritual" yang diatur agama (Hindu Bali)
Para penganjur Syariat Islam di sejumlah daerah, belakangan ini, 
menjadi menakutkan buat awam seperti saya, apalagi turis, karena 
senang membatasi orang untuk banyak hal. 
Di wilayah syariah kita seperti di dunia lain. Wanita saja dirazia 
saat keluar malam, seperti yang terjadi di Tangerang, sehingga 
berkesan kita hidup kembali ke abad pertengahan. 
Saya anti judi dan tak suka melacur, tapi realitas kehidupan  di abad 
20 ini membuat saya bersikap realitis: setuju judi dan pelacuran 
dilokalisir. Diambil pajaknya untuk pembangunan.
Kampanye anti judi dan pelacuran berdalih larangan agama dan undang-
undang, selama ini, lebih kepada upaya pelintiran "jasa perlindungan" 
dan "uang keamanan"  oleh oknum polisi dan FPI. Saya tahu persis 
ormas-ormas agama (Islam) yang mendapat seragam dari bandar judi. 
Kalau diresmikan,  "uang jago" berlabel pajak  masuk ke kas negara. 
Buktinya, meski dilarang, judi dan pelacuran tetap marak. Di Aceh pun 
saya ditunjuki warung-warung kopi tempat nongkrong para "perek". 
Ironisnya, mereka berkerudng/berjilba b. 
Saat saya di Wina - Austria, saya diberitahu staff  kedutaan 
Indonesia bahwa warga yang tinggal di kota Wina hanya 1 juta, tapi 
turis yang datang setiap tahun ada 6 juta. Sejauh yang saya ingat 
Wina - Austria tidak menjual dan memajukan kemaksiatan dan hal-hal 
yang bertentangan dengan agama, seperti kota Amsterdam - Belanda, 
misalnya. 
Di Hawaii pun --- saya 2 minggu di Honolulu -- yang dijual pantai, 
langit biru, dan bekas gunung berapi, tidak terkesan sebagai tempat 
maksiat dan Hawaaii tidak pernah dikenal karena maksiatnya.
Saya pernah ke Aceh,  tak lama setelah konflik dan 2 bulan setelah 
kena Tsunami. Orang-orang asli Aceh yang temui dan saya kenal sama 
sekulernya seperti saya. 
Rekan redaktur koran Jakarta yang lama tinggal di Aceh,-- membantu 
mengembangkan media di sana --, terheran-heran dengan Aceh menerapkan 
syariat, karena "Kalau kita kenal lebih dekat dan hidup sehari-hari 
dengan mereka, orang Aceh sebenarnya nggak bakat bersyariat". 
Di Aceh saya banyak ketemu dengan orang-orang seperti Surya Paloh, 
yang tak menunjukkan Aceh yang bersyariat.

Salam,

Dimas. 

PS: 

Bareng DR Salim Said dan Ilham Bintang, wartawan senior yang sekarang 
jadi duta besar di Eropa Timur dan boss infotainment Bintang Grup, 
saya juga pernah mengunjungi Las Vegas-AS. Saya benar-benar takjub 
dan terpana,  ada wilayah "full maksiat" yang begitu megah dan luas. 
Saya menggumam : Apakah Tuhan tidak menjangkau wilayah ini? Bertahun-
tahun, Las Vegas beroperasi dan Tuhan tak menurunkan azabnya ke sana. 
Justru "azab" turun ke Aceh tak lama setelah menerapkan syariat 
Islam. Heran saya....

> 
> --- In [EMAIL PROTECTED] s.com, radja perdamaian 
> <radja_perdamaian@ > wrote:
> >
> > kalau anda melihat seperti itu, maka penduduk Bali menggunakan 
> ketaatan pragmatis... ...
> > 
> > kalau itu menjadi ukuran, maka semua orang bisa aja datang ke 
Aceh, 
> namun ini berbicara wilayah aturan yang sudah di atur dalam agama, 
> tentang mana yang boleh dan mana yang tidak....
> > 
> > maka agama bukan untuk di jual...kalau ketaatan agama yang 
> pragmatis di jual..ke publik maka menurut saya itu adalah sebuah 
> pendekreditan dari nilai sebuah agama....
> > 
> > kita tahu dalam semua agama punya aturan... maka apa yang terjadi 
> di bali tidak mungkin bisa terjadi di Aceh..misalnya di sanur ada 
> bulek yang pakai bikini..maka di Aceh tidak bisa seperti itu...
> > 
> > jadi pariwisata yanh islami itu adalah pariwisata yang menjunjung 
> nilai dari islam itu sendiri
> > 
> > 
> > ----- Original Message ----
> > From: masdimas62 <masdimas62@ >
> > To: [EMAIL PROTECTED] s.com
> > Sent: Wednesday, June 18, 2008 10:24:52 PM
> > Subject: [ppiindia] Re: Hotel dan Restoran Diminta Patuhi Syariat 
> Islam
> > 
> > 
> > Salam,
> > 
> > Ditinjau dari kualitas keberagamaan, Umat Hindu Bali layak 
disebut 
> > paling religius dan "paling beragama" di Indonesia. 
> > Beragam-ragam aturan keagamaan menjadi kegiatan mereka sehari-
hari. 
> > Bali adalah wilayah teraman dan paling tenteram, akibat kepatuhan 
> > warganya pada agama, sebelum pendatang tinggal di sana.
> > Kini Bali menjadi kawasan yang paling mendatangkan turis dan 
paling 
> > dikenal di dunia
> > Jadi, mengapa agama harus menghambat turis?
> > Kecuali bila para penganut agama menafsirkan ajarannya secara 
picik 
> > sehingga antipati pada kehadiran turis!
> > 
> > Wassalam,
> > 
> > Dimas
> > 
> > --- In [EMAIL PROTECTED] s.com, radja perdamaian 
> > <radja_perdamaian@ ...> wrote:
> > >
> > > Jadi kalau mau maju parawisata harus bebas semua ya.....?
> > > 
> > > kalau saya lihat itu yang salah, kalau hal ini dijadikan alasan 
> > untuk memajukan parawisata sama juga memajukan kemaksiatan, dan 
> > memajukan kehidupan barat di negara kita.....
> > > 
> > > maka kiat selaku orang yang punya agama kayaknya harus kemabali 
> ke 
> > hakikat kita, mana yang benar dan mana salah, mana yang boleh dan 
> > mana yang tidak boleh...
> > > 
> > > kalau itu tidak kita puanya maka kehancuran dan bencana yang 
akan 
> > kita dapatkan...
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > ----- Original Message ----
> > > From: masdimas62 <masdimas62@ ...>
> > > To: [EMAIL PROTECTED] s.com
> > > Sent: Wednesday, June 18, 2008 5:20:14 PM
> > > Subject: [ppiindia] Re: Hotel dan Restoran Diminta Patuhi 
Syariat 
> > Islam
> > > 
> > > 
> > > Sungguh sia-sialah bicara dengan para pemabuk...
> > > Terlebih lagi dengan pemabuk agama ....
> > > 
> > > Dimas.
> > > 
> > > --- In [EMAIL PROTECTED] s.com, Satrio Arismunandar 
> > > <satrioarismunandar @...> wrote:
> > > >
> > > > Sebelum adanya aturan syariat, dunia pariwisata Indonesia 
SUDAH 
> > > luluh lantak.
> > > > Penyebabnya ya karena dikelola secara tidak profesional. 
Tidak 
> > usah 
> > > cari kambing hitam ke agama.... 
> > > > 
> > > > ----- Original Message ----
> > > > From: mediacare <mediacare@ ..>
> > > > To: mediacare <[EMAIL PROTECTED] u ps.com>; media aceh 
<media-
> > > [EMAIL PROTECTED] com>; media sumatera <media-
> > > [EMAIL PROTECTED] s.com>; tourismindonesia@ yahoogroups. com; 
> > > pariwisata-indonesi [EMAIL PROTECTED] com; zamanku 
> > > <[EMAIL PROTECTED] s .com>; [EMAIL PROTECTED] s.com; 
> pluralitas-
> > > [EMAIL PROTECTED] com
> > > > Sent: Wednesday, June 18, 2008 8:22:56 AM
> > > > Subject: [ppiindia] Hotel dan Restoran Diminta Patuhi Syariat 
> > Islam
> > > > 
> > > > 
> > > > Apakah ini jadi pertanda bakal luluh lantaknya dunia 
pariwisata 
> > > Indonesia? Dunia pariwisata akan maju kalau tidak berembel-
> > embelkan 
> > > agama. 
> > > > 
> > > > Serambi Indonesia - Rabu, 18 Jun 2008 | 03:32:43 WIB ARSIP : 
> > > > 
> > > > 17/06/2008 09:46 WIB
> > > > 
> > > > Hotel dan Restoran Diminta Patuhi Syariat
> > > > 
> > > > BANDA ACEH - Pengelola hotel dan restoran di Banda Aceh 
diminta 
> > > untuk mengikuti dan mematuhi 
> > > > ketentuan Qanun-qanun Syariat Islam (QSI), dalam menjalankan 
> > > usahanya. Misalnya, tidak menyediakan makanan dan minuman yang 
> > > dilarang agama dan menyediakan mushala atau tempat shalat. 
> > Pengelola 
> > > hotel dan restoran juga harus menjaga kebersihan, ketertiban, 
dan 
> > > keamanan lingkungan sekitar.
> > > > 
> > > > "Keberhasilan pelaksanaan syariat Islam sangat ditentukan 
oleh 
> > > peran serta semua pihak. Terutama 
> > > > pelaku pelayanan jasa baik perhotelan maupun restoran yang 
> > selalu 
> > > dikunjungi banyak orang," kata Kepala Dinas Pariwisata dan 
> > Kebudayaan 
> > > Kota Banda Aceh, Drs Ramli Rasyid, saat membuka 
> > > > Pembekalan Qanun SI bagi pengelola hotel dan restoran se-
Banda 
> > > Aceh, 
> > > > di Wisma Diana, Senin (16/6) kemarin. 
> > > > 
> > > > Kepala Dinas Syariat Islam dan Keluarga Sejahtera Kota Banda 
> > Aceh, 
> > > Drs M Natsir Ilyas MHum 
> > > > mengatakan, kegiatan pembekalan qanun syariat Islam itu 
> > bertujuan 
> > > > agar pengelola hotel dan restoran di Banda Aceh lebih 
memahami 
> > isi 
> > > > dari qanun-qanun yang ada. "Kami mengharapkan pengelola hotel 
> > dan 
> > > > restoran dapat menjadi partner pemerintah dalam mensukseskan 
> > > > pelaksanaan dan penerapan Syariat Islam di Banda Aceh," 
> ujarnya. 
> > > > 
> > > > Ia menyebutkan, materi yang diberikan antara lain mengenai 
> > > implementasi QSI bagi pengelola hotel dan 
> > > > restoran di Banda Aceh dan pelaksanaan konsep pariwisata 
dalam 
> > > > bingkai SI. "Materi koordinasi stakeholders guna menunjang 
visi 
> > > > bandar wisata Islami, dan pelaksanaan Syariat Islam bagi 
warga 
> > > asing 
> > > > dan non muslim juga diberikan," rinci Natsir.(ami)
> > > > 
> > > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > 
> > > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > > >
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > 
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>

    


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to