******** Mungkin justru karena negara kita ini mirip panggung raksasa Srimulat dan sejenis, maka pemainnya juga pemain sandiwara alias artis. Lakon yang paling laku: "Petruk dadi ratu" (Petruk menjadi raja)...
Fenomena Artis Menjadi Caleg - Masihkah Menjual Gincu Pemerah Kampanye? Menjelang pesta demokrasi terbesar di Indonesia, 2009, partai-partai politik kembali melirik kalangan artis atau selebritis menjadi calon anggota legislatif (caleg). Apakah mereka benar-benar layak menjadi wakil rakyat atau hanya sebagai pengumpul suara (vote getter) bagi parpol? PEMILIHAN Umum 2004 seperti menjadi pintu terbuka bagi golongan artis untuk terjun ke panggung politik. Masyarakat masih ingat nama-nama seperti Nurul Arifin, Dedi Sutomo, Dede Yusuf, Adji Massaid, dan Angelina Sondakh bertarung merebut suara konstituen demi sebuah kursi di DPR. Saat ini, menjelang pemilu 2009, masyarakat kembali disuguhkan ramainya pertarungan selebriti-selebriti papan atas Indonesia seperti Tantowi Yahya, Venna Melinda, Marissa Haque, Evi Tamala, dan Wulan Guritno yang akan bertarung memperebutkan kursi empuk di parlemen. Adalah Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir (SB) sejak awal menggandeng artis. Bahkan banyak sudah tercatat sebagai caleg di PAN. ''Artis juga banyak yang tertarik oleh visi misi partai, jadi tidak semuanya ingin jadi calon,'' tandas Bachir. Artis berbondong-bondong mendaftar jadi caleg bukan karena inisiatif PAN untuk merangkul mereka. Tidak ada inisiatif dari partai untuk khusus merangkul artis, Partainya masih membuka pendaftaraan sampai 5 Agustus 2008. PAN akan menyerahkan 700 daftar nama Caleg kepada KPU untuk diseleksi. Langkah Maju Dari waktu ke waktu, kehadiran artis di panggung kampanye semakin bergeser. Sebagian tidak lagi sekadar sebagai pemanis atau gincu semata. Sebut Dede Yusuf yang menjadi Wakil Gubernur Jawa Barat serta Rano Karno sebagai Wakil Bupati Tangerang. Keberhasilan kedua selebritis itu tampaknya mengilhami banyak artis lain menjajal kemungkinan mencicipi empuknya kursi pemimpin daerah. Sebut Saiful Jamil, mencalonkan sebagai Wakil Bupati Serang, Helmy Yahya cawagub Sulawesi Utara dan sebagainya. Walau tidak semua berhasil. Sebut ketika Pilgub Banten 2006, PKS mengusung aktris Marissa Haque sebagai cawagub berpasangan dengan Zulkieflimansyah, tapi gagal. Lalu, Marissa juga Evie Tamala bergabung dengan PPP. Marissa mengaku tak masalah bergabung dengan PPP meski suaminya, Ikang Fawzi, di PAN. Membangun demokrasi harus dimulai dari keluarga dulu. Marissa tidak memaksakan pilihannya kepada anak-anak. ''Kami memang beda tetapi tidak apa-apa. Biarkan mereka menentukan pilihannya sendiri.'' Sementara Evie menilai langkah maju, saat artis bukan lagi objek kampanye, sekadar menghibur massa. ''Selama ini kita para penyanyi hanya dipergunakan saat kampanye. Sekarang saya ingin jadi subjek. Saya ingin menempatkan diri saya di tempat yang tepat,'' kata Evie di Kantor DPP PPP. Evie sadar berpolitik bukan perkara mudah. Tetapi dia siap jika nanti menjadi anggota dewan. ''Yang penting harus punya iman dan pengendalian diri. Kita di sana itu untuk mewakili suara orang banyak,'' kata Evie. Presenter Rieke Dyah Pitaloka yang dulu berada di PKB kini membawa payung PDI-P juga menyatakan siap masuk gedung DPR. Ia merasa punya kapasitas sebagai penggodok kebijakan. ''Insya Allah saya pasang target untuk legislatif. Saya yakin temen-temen artis yang terjun ke dunia politik mempunyai kemampuan.'' Diastari Kurnia Kusumawardhani, pemilik album Cowok Pasar Baru ini mengaku, menyenangkan dan asyik terjun ke dunia politik. Menurut artis yang masuk PAN ini politik memang tak bisa dilihat secara hitam putih. Resepnya, berhati-hati dalam setiap tindak tanduknya agar tidak terpeleset sehingga membuat imej diri jadi buruk di mata masyarakat. ''Dunia politik itu abu-abu, sesuatu yang menit pertama A, berikutnya bisa saja jadi B. Penuh dinamika. Karena itu kita perlu waspada karena untuk membangun imej itu perlu perjuangan.'' Harus Belajar Sejumlah artis pun mulai serius terjun ke dunia politik. Tidak begitu saja langsung mengincar kursi kepala daerah, tetapi memulai karir politik sebagai anggota legislatif. Contoh, Venna Melinda. Artis cantik bertubuh sensual ini akhirnya menepis rasa takutnya terhadap dunia politik. Bintang cantik ini mendaftarkan diri sebagai caleg DPR RI dari Partai Demokrat untuk masa kerja 2009-2014. ''Aku ingin terjun ke politik, karena ingin memperjuangkan nasib kaum perempuan yang selama ini masih tertindas,'' ujar Venna. Vena mengakui dirinya memang masih buta dunia politik. Kendati begitu, ibu dua anak ini tetap yakin akan mampu mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat. ''Memang sekarang aku masih sangat awam dengan dunia politik, tapi bukan berarti aku mandeg sampai disini saja. Aku terus belajar dan mengasah pengetahuan untuk menggeluti dunia politik,'' kata humas Forum Seniman Perempuan Partai Demokrat. Sebelum akhirnya memutuskan mendaftarkan diri sebagai caleg, Venna mengaku takut harus terjun total ke dunia politik. Waktu itu ia merasa belum siap untuk bekerja maksimal di pemerintahan. Apalagi karena imej perempuan berpolitik belum banyak. Kalau Venna Melinda baru mulai terjun ke politik, Nurul Arifin sudah mulai menekuni dunia ini sejak 2003. Setelah menyelesaikan kuliahnya di FISIP UI, Nurul makin mantap meninggalkan dunia keartisan dan memilih jalan politisi. Partai Golkar menjadi pilihannya. Meski begitu, Koordinator Bidang Perempuan dan Pariwisata DPP partai Golkar enggan saat ditawari menjadi peserta pilkada. ''Sejak awal saya memang memantapkan diri untuk duduk di legislatif, bukan eksekutif. Menjadi anggota legislatif menjadi sarana belajar saya sebelum kelak duduk di kursi eksekutif. Dengan begitu saat menjadi pejabat daerah tidak lagi kaku menjalankan pemerintahan,'' katanya. Nurul memilih Golkar karena partai ini adalah partai yang solid dan memiliki paradigma jelas. Bagi Nurul, sah-sah saja banyaknya artis yang mencalonkan diri sebagai pemimpin. Namun Nurul berharap artis yang terjun ke dunia politik tetap menjaga imej artis dan mau terus belajar. ''Jangan sampai gagal memimpin daerah hanya karena tak mau belajar.'' Bagi Angelina Sondakh, keterlibatan artis di dunia politik bukan persoalan aneh. Artis memiliki hak yang sama dalam berpolitik, sebagai mana elemen masyarakat lainnya. Hanya saja artis memiliki kelebihan lain, yaitu populartis. Senada dengan Nurul, keterlibatan artis dalam politik jangan hanya sekadar sebagai vote getter. Untuk itu, aspek kualitas menjadi faktor lain yang haris diperhatikan. Anggota legislatif dari Partai Demokrat ini tidak memungkiri, keberadaan artis di suatu partai bisa menjadi senjata parpol untuk mendulang suara.(Wisnu Wijanarko, Trenawati, A Adib-77)