Begitulah mas.

Dari 2000 tahun sejarah (mengikuti tarikh Masehi), maka 1500 tahun 
agama di Eropa mengauasai kehidupan publik. Dari kehidupan gembel 
sampai raja. Lalu pecahlah pertempuran agama Perang Tigapuluh Tahun 
yang berakhir dengan Perjanjian Westfalia. Ratusan tahun lagi masih 
berlangsung kekuasaan agama, sampai meletuslnya Revolusi Perancis.

Kita kenal sejarah Utsmaniah dimana agama juga menguasai kehidupan 
publik.

Dalam sistem macam ini tetap saja yang menikmati kekuasaan adalah 
sang penguasa yang berkolaborasi dengan pimpinan agama.

Kini, kita menganjak tahun ke tigaribu. Masih saja kita mendaurulang 
alias memamah biak sejarah kenistaan ,manusia, sejarah penderitaan 
warga.... tidak belajar belajar...

Salam

Danardono

--- In ppiindia@yahoogroups.com, "masdimas62" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Pak RM Danardono Hadinoto, Yth.
> 
> Bagaimana pun agama masih banyak gunanya, Pak. Setidaknya sebagai 
> sumber penghasilan dan penghapus dosa sesaat di dunia, setidaknya 
> begitulah tafsiran sebagian penganutnya.
> Berikut beberapa contoh agama memberi fungsi efektifnya;
> 1. MUI menyebarkan daftar perusahaan produk makanan yang belum 
> memiliki dan memperpanjang sertifikat halal, sesuai kaidah agama 
yang 
> dianu mayoritas negeri ini. Gunanya agar para perusahaan yang aset 
> dan omzetnya triliunan rupiah rame-rame mengurus ke MUI dan untuk 
itu 
> ada tarifnya. Dulu sempab ada usulan MUI monopoli, tapi pemerintah 
RI 
> belum memberikan. Gak tahu sekarang. 
> 2. FPI dan ormas-ormas radikal agama rajin berkeliling mengamati 
dan 
> mandata tempat hiburan yang dinilai menyebarkan maksiat yang sangat 
> dilarang agama. Bersamaan itu, menyebarkan list kerjasama 
> perlindungan keamanan. Maksiat boleh terus asal membayar keamanan.
> 3. Partai-partai menampilkan gambar-gambar simbol agama dan 
> menawarkan perjuangan bernafaskan agama sebagai platformnya, masih 
> marak hingga sekarang. Setelah wakilnya duduk di DPR, dan 
kelakuannya 
> busuk, bahkan lebih busuk dibanding partai nasionalis sekuler 
lain,  
> dan melanggar agama seperti Al Amin Nasution itu soal lain lagi. 
Yang 
> penting, menjual agama di panggung politik nasional masih terbukti 
> efektif.
> 4. Koruptor-koruptor mengajak keluarga tiap tahun pergi haji dan 
> umroh, secara berkala menyelenggarakan sunatan massal, dan 
pengajian. 
> Untuk menyogok Allah SWT kiranya dosanya bisa diampuni, harta dari 
> korupsinya diputihkan,  dan tetangga berubah dari membenci jadi 
> memuji. 
> 
> Akhirat perlu, Pak. Dunia lebih perlu lagi, Pak. Begitu kira-kira 
> pikiran mereka yang menjual agama untuk kesejahteraan dunia, 
sembari 
> berharap bisa tetap aman di akhirat. 
> 
> 
> Wassalam,
> 
> 
> Dimas.
> 
> --- In ppiindia@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO" 
> <rm_danardono@> wrote:
> >
> > Bukankah bung Pitung dan teman teman selalu katakan, umat Muslim 
> tak 
> > perduli hidup duniawi yang pendek ini, yang utama adalah nikmat 
> > akherat? lalu menagapa bung Nizami mempersoalkan masalah dunia? 
> > Bukankah ini hanya masalah kaum sekuler dan kafirun?
> > 
> > kalau Ryan pendapatannya lebih banyak akan tak terjadi semua 
ini?  
> > Lha buktinya al Amien dkk yang hartanya melimpah ruah, jauh lebih 
> > makmur daripada anda, tetap saja berbuat bathil? Bigimana nihh?
> > 
> > Ryan kan bekas guru ngaji? Tahu dong kalau hidup akherat lebih 
> > penting? masakan gak dapat motor lalu motong motong manusia? Jadi 
> apa 
> > gunanya agama?
> > 
> > 
> > 
> > --- In ppiindia@yahoogroups.com, A Nizami <nizaminz@> wrote:
> > >
> > > Kriminalitas makin meningkat. Adakah ini karena kehidupan makin 
> > sulit?
> > > Harga barang terus membubung tinggi. Biaya operasional 
meningkat. 
> > Beberapa asosiasi di Detik.com dikabarkan menolak kenaikan tarif 
> > dasar listrik karena beban mereka sudah berat akibat berbagai 
> > kenaikan barang. Orang juga semakin sulit mencari kerja.
> > > 
> > > Kasus Ryan yang membunuh untuk mendapatkan sepeda motor mungkin 
> > bisa dicegah jika dia dapat pekerjaan yang layak sehingga dengan 
> gaji 
> > itu bukan cuma bisa beli motor, tapi juga mobil.
> > > 
> > > Sulitnya perusahaan beroperasi, sementara perusahaan luar 
negeri 
> > banyak yang hengkang akhirnya menimbulkan sulitnya mencari 
> > kerja/makan. Adakah akhirnya kriminalitas/kejahatan jadi 
meningkat?
> > > 
> > > Kapan kenaikan harga2 barang/BBM bisa dihentikan?
> > > 
> > > 
> > 
> 
http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/06/01342838/konsumtifisme.mem
> > ancing.kriminalitas
> > > Konsumtifisme Memancing Kriminalitas
> > > Tren Pembunuhan Meningkat
> > > Rabu, 6 Agustus 2008 | 01:34 WIB
> > > 
> > > Jakarta, Kompas - Tindak kriminalitas saat ini juga merupakan 
> > dampak dari gejala konsumtifisme yang menjangkiti masyarakat, di 
> > tengah kondisi sosial ekonomi yang mengomodifikasikan segala hal. 
> > Kondisi ini makin memprihatinkan karena tindak kriminal juga 
> > cenderung makin impulsif dan ”berkualitas”.
> > > 
> > > ”Gambaran kondisi saat ini adalah segala sesuatu 
> > dikomodifikasikan, dikemas, dijual. Apapun itu, bahkan juga 
manusia 
> > dan organ-organnya adalah komoditi yang punya pasar. Komodifikasi 
> > juga mewujud gejala konsumerisme, yang berbuah menjadi salah 
> satunya 
> > kriminalitas,” papar Sosiolog dari Universitas Indonesia Tamrin 
> > Amal Tomagola, Senin (5/8).
> > > 
> > > Tamrin mengatakan, meski kebutuhan ekonomi dasar tetaplah motif 
> > sebagian besar tindak kriminal, gejala konsumtifisme mempertajam 
> > motif itu. Sebab, gaya hidup konsumtif memang mempertajam 
> kesenjangan 
> > dan menerbitkan kecemburuan sosial di kalangan bawah yang hanya 
> bisa 
> > menjadi penonton.
> > > 
> > > Sementara, kecenderungan alami manusia adalah mendapat 
pengakuan 
> > dari lingkungannya. Di tengah masyarakat yang materialistik, 
> > eksistensi atau kesuksesan orang pun diukur dari hal-hal yang 
> > bersifat materi, yang tak melulu hal yang primer.
> > > 
> > > Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Komisaris 
> > Jenderal Bambang Hendarso Danuri mengatakan kecenderungan motif 
> > ekonomi dan budaya konsumerisme memang saling bertautan memancing 
> > praktik kriminal.
> > > 
> > > Menurut Bambang, tingginya angka kriminalitas berjenis 
pencurian 
> > (pemberatan) turut merefleksikan hal itu. Januari hingga Mei 2008 
> ini 
> > sudah terjadi 21.739 kasus pencurian di 31 wilayah polda di 
> Indonesia.
> > > 
> > > Bambang menambahkan, kepolisian juga memberi atensi khusus pada 
> > jenis-jenis kejahatan yang menimbulkan keresahan orang yang lebih 
> > mencekam seperti perampokan (dengan kekerasan), perkosaan, dan 
> > penculikan. Rasa resah yang mencekam lebih kuat karena kerap 
nyawa 
> > menjadi taruhan. Terlebih, kecenderungannya kini, jenis kejahatan 
> > semakin impulsif. Namun, cukup banyak juga yang 
”berkualitas”, 
> > dilakukan secara terorganisasi dan terencana.
> > > 
> > > Tren Pembunuhan
> > > 
> > > Data dari Bareskrim Mabes Polri menunjukkan, pada Januari-Mei 
> 2008, 
> > pembunuhan di Indonesia secara kuantitas menunjukkan tren 
meninggi 
> > yaitu, sudah mencapai 559 kasus. Sementara di sepanjang tahun 
2007, 
> > terjadi 941 pembunuhan. Dengan demikian, dalam lima bulan di 
2008, 
> > jumlah kejadian pembunuhan sudah melampaui 50 persen jumlah di 
> tahun 
> > 2007.
> > > 
> > > Selain kuantitas yang meninggi, kualitas pembunuhan juga 
> cenderung 
> > makin nekat. Kepala Direktorat I Keamanan Transnasional Bareskrim 
> > Mabes Polri Brigadir Jenderal Badrodin Haiti mencontohkan kasus 
> > pembunuhan berantai oleh Very Idam Henyansyah alias Ryan. 
> Pembunuhan 
> > itu meski awalnya seperti dipicu kecemburuan pribadi, belakangan 
> > mulai terkuak Ryan membunuh juga demi harta secara terencana. 
> Namun, 
> > harta itu lebih untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup ketimbang 
> > kebutuhan mendasar yang mendesak.
> > > 
> > > ”Membunuh orang sepertinya makin mudah saja dilakukan. Cepat 
> > reaktif lalu membunuh. Secara umum, kejahatan juga cenderung 
makin 
> > berkualitas atau serius ketika persaingan hidup makin tinggi,” 
> kata 
> > Badrodin.
> > > 
> > > Di Temanggung, Jawa Tengah, pembunuhan misalnya dilakukan oleh 
> > seorang ibu terhadap anak bayinya. Walsiyem (33), warga Desa 
> > Kwarakan, Kecamatan Kaloran, Temanggung, memotong kepala bayi 
yang 
> > baru ia lahirkan. Polisi sejauh ini memperkirakan perbuatan itu 
> > dilatarbelakangi kesulitan ekonomi. Walsiyem dan suaminya kerap 
> > mengeluhkan soal keuangan dan kesulitan membesarkan ketiga 
anaknya.
> > > 
> > > Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar 
> > Carlo Brix Tewu mencatat, tahun 2008 ini pemicu pembunuhan memang 
> > menunjukkan gejala impulsif. ”Sejak Januari sampai Agustus ini, 
> > motif pembunuhan adalah karena rasa cemburu dan tersinggung. 
Meski 
> > demikian, bila diurai ada faktor ekonomi juga,” tutur Carlo.
> > > 
> > > Keluarga Rapuh
> > > 
> > > Zakarias Poerba, Kriminolog dari Kajian Ilmu Kepolisian UI, 
> > menambahkan, kejahatan di kota-kota besar juga dipengaruhi 
rapuhnya 
> > sistem paguyuban, menguatnya individualisme dan materialisme, 
> > rapuhnya keluarga, dan minimnya kesempatan berekreasi. Semua ini 
> > menyebabkan meningkatnya ketegangan individu yang jadi mesiu 
> praktik 
> > kriminal.
> > > 
> > > Badrodin menguatkan, perubahan tatanan sosial yang makin 
> > materialistik memang menjadi lahan subur bagi kriminalitas. 
> > ”Misalnya, seorang remaja ingin handphone karena semua temannya 
> > punya handphone. Ketika orangtuanya enggak mampu membelikannya, 
ia 
> > tertekan dan cari jalan lain yang bisa berujung kriminal. Tapi 
> kalau 
> > nilai-nilai di keluarganya kuat, itu bisa tercegah,” imbuhnya.
> > > 
> > > Baik Tamrin, Badrodin, dan Zakarias mengatakan, keluarga 
> merupakan 
> > jaring pengaman pertama merebaknya kriminalitas di masyarakat. 
> > ”Sayangnya unit keluarga memang makin rapuh sehingga nilai-
nilai 
> > hidup yang sejati terus tereduksi. Sebenarnya, nilai-nilai itu 
tadi 
> > sederhana, &apos;ambil segala hal secukupnya dan berbagi dengan 
> > sesama&apos;,” ujar Tamrin.(SF/WIN/EGI)
> > > 
> > > 
> > > ===
> > > Paket Umrah Mulai Rp 15,4 juta
> > > Informasi selengkapnya ada di:
> > > http://www.media-islam.or.id
> > > 
> > > Syiar Islam. Ayo belajar Islam melalui SMS
> > > 
> > > Untuk berlangganan ketik: REG SI ke 3252
> > > 
> > > Untuk berhenti ketik: UNREG SI kirim ke 3252. Sementara hanya 
> dari 
> > Telkomsel 
> > > Informasi selengkapnya ada di http://syiarislam.wordpress.com
> > >
> >
>


Reply via email to