Quote:
"..
Presiden, tua atau muda, harus seorang negarawan, yang lebih mengutamakan
negara dan bangsa di atas partainya, my duty to my party ends when my duty
to
my country begins. Dulu Bung Karno tidak menjabat di dalam partai setelah
menjadi presiden. Pak Harto menjadi ketua Dewan Pembina Golkar. Pak Habibie
juga. Gus Dur tidak menjabat apa pun di PKB saat terpilih menjadi presiden,
lalu menjadi ketua umum Dewan Syura DPP PKB. Bu Mega tetap menjadi ketua
umum DPP PDIP. Pak SBY menjabat ketua Dewan Pembina DPP PD.

Politisi memikirkan pemilu berikut, negarawan memikirkan generasi berikut.
Terserah kepada masyarakat untuk menilai apakah para presiden kita kecuali
BK, cenderung menjadi negarawan atau politisi.
.."

Kalau mengacu pada kutipan di atas, rasanya baru Pak Karno (mantan) presiden
RI, sekaligus negarawan. Para (mantan) presiden selebihnya hanyalah kelas
politisi, terang"an maupun yang malu".. :-p

Pernah baca dalam satu tulisan (musti cari lagi di mana), kekurangan
(khususnya
kalangan muda atau) orang Indonesia umumnya adalah kurangnya persatuan
dan saling memuji, menghargai dan kebersamaan - mudah dipecah belah.
Masing" pihak merasa paling ok.. :-p Makanya wilayah Indonesia 'dijajah'
eropa
ratusan tahun..

Belakangan muncul (lagi) antek" asing (penjualan aset negara kepada asing
dan
kontrak penjualan kekayaan alam -gas- kepada LN dengan harga murah dalam
waktu yang lama - 25 tahun).. dan juga sikap tidak kenal etika (konsultan
ikutan
menjadi pemain).. :D

Kalau soal penetapan umur, jelas soal kepentingan.. apalagi hanya itu
satu"nya
parameter..
CMIIW..

-- 
Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com/

Pada 9 Agustus 2008 13:49, Satrio Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]
> menulis:

>    Sabtu, 09 Agustus 2008 ]
> Para (Calon) Pemimpin Muda, Bersatulah!
> Oleh Salahuddin Wahid *
>
> Dunia politik kita mengalami perubahan menarik dengan munculnya tradisi
> baru, mengiklankan diri di TV secara luas dan terus-menerus dalam waktu
> lama. Nama yang pernah populer muncul kembali seperti Prabowo Subianto dan
> Wiranto. Nama yang sudah agak terkenal, menjadi tambah tenar, yaitu
> Soetrisno Bachir. Dan, tiba-tiba melejit nama baru yang hampir tidak dikenal
> kecuali sebagai pembawa acara di Metro TV, yaitu Rizal Mallarangeng (RM).
>
> Iklan di TV dan koran tentang diri Rizal bagus dan menarik serta kuat pesan
> kebangsaannya. Tetapi, mengapa harus ada kalimat bahasa Inggris sebagai
> kalimat kunci? Sebenarnya sudah ada pepatah Indonesia: "Di mana ada kemauan,
> di situ ada jalan". Iklan satu halaman di Kompas menjelaskan mengapa dia
> tampil menawarkan kepemimpinan dirinya yang muda.
>
> Jargon yang diusung RM ialah Generasi Baru, Harapan Baru. Rizal yang lain,
> Rizal Ramli, menawarkan Jalan Baru, Pemimpin Baru. Fadjroel Rachman juga
> menyatakan diri ingin menjadi capres untuk 2009. Yudhi Krisnandi tidak mau
> ketinggalan. Dari kalangan partai ada sejumlah tokoh muda, yaitu Hidayat
> Nurwahid (PKS), Yusril Ihza Mahendra (PBB), dan Laksamana Sukardi (PDP).
>
> Munculnya sejumlah tokoh muda untuk menawarkan diri menjadi pimpinan
> nasional diilhami oleh munculnya Barack Obama. Bahkan, mungkin mereka
> mengidentifikasi diri dengan Obama. Karena itu, mereka menganggap bahwa
> masyarakat akan menerima mereka seperti masyarakat AS menerima Obama.
> Seorang tokoh AS mengatakan, Obama tidak bisa dibendung bukan semata-mata
> karena kehebatannya, tetapi karena ada kesadaran bersama bahwa dibutuhkan
> perubahan untuk memperbaiki Amerika.
>
> Obama muncul pada saat yang tepat. Dia tentu sudah melakukan investasi
> politik walaupun bersifat lokal, tetapi bisa dikembangkan menjadi bersifat
> nasional. Obama muncul melalui proses konvensi nasional Partai Demokrat, di
> mana dia telah menjadi bagiannya, yaitu salah seorang senator dari Partai
> Demokrat.
>
> Langkah Bersama
>
> Di sini tidak ada tradisi konvensi oleh partai sehingga tidak tersedia
> peluang munculnya tokoh muda. Muncul pertanyaan, mengapa sekian banyak calon
> pemimpin muda itu tidak duduk dan membahas bersama bagaimana mencari
> mekanisme yang terbuka, transparan dan akuntabel, steril dari permainan
> uang, dalam memilih calon pemimpin nasional yang muda usia, muda semangat
> dan dewasa? Apakah mereka akan mengulangi kesalahan generasi pendahulu yang
> berebut sehingga mengurangi peluang pemimpin muda untuk menang? Kalau itu
> yang terjadi, jangan menyalahkan kaum tua.
>
> Mengapa para tokoh muda itu tidak berkumpul dan membahas bersama mekanisme
> di atas supaya bisa muncul tokoh yang cerdas, punya kemampuan, punya
> karakter bagus, punya etika, dan didukung rakyat? Alih-alih berebut, mereka
> harus menekan ego pribadi dan melakukan upaya bersama seperti di atas.
> Alih-alih rumongso biso, lebih baik biso rumongso.
>
> Kita melihat ada perbedaan pandangan mengenai siapa yang dianggap muda. PKS
> mengatakan harus berusia di bawah lima puluh tahun. Apa perbedaan berarti
> antara usia 55 tahun dan 50 tahun? Yang sungguh berbeda sebenarnya adalah
> kesehatan. Tetapi, kesehatan orang usia 50 tahun dengan usia 55 tahun tidak
> banyak bedanya. Tokoh yang kreatif akan tetap sama kreatifnya pada usia 50
> tahun dan 55 tahun. Dia akan tetap sama beraninya dan sama tegasnya. Juga
> akan sama cerobohnya kalau dia memang ceroboh.
>
> Kemudaan adalah suatu keuntungan, tetapi masalah utamanya bukan kemudaan
> itu sendiri. Yang utama ialah kemampuan (kompetensi) dan karakter serta
> kepedulian dan pemihakan kepada rakyat. Kemampuan menyangkut banyak hal
> seperti kecerdasan, wawasan, pengambilan keputusan, andal dalam memilih
> pembantu, serta memilah dan memilih informasi.
>
> Karakter meliputi banyak hal seperti kejujuran, keberanian, ketegasan,
> tidak mudah menyerah, kerja keras, adil, tenang, tidak emosional, tidak
> ceroboh. Presiden Kennedy menulis buku Profiles in Courage tentang kisah
> keberanian para pemimpin dalam sejarah AS. Begitu pentingnya karakter
> sehingga Jenderal Schwarzkropf (Perang Gurun) mengatakan bahwa dia lebih
> mengutamakan karakter daripada kemampuan strategi.
>
> Presiden, tua atau muda, harus seorang negarawan, yang lebih mengutamakan
> negara dan bangsa di atas partainya, my duty to my party ends when my duty
> to my country begins. Dulu Bung Karno tidak menjabat di dalam partai setelah
> menjadi presiden. Pak Harto menjadi ketua Dewan Pembina Golkar. Pak Habibie
> juga. Gus Dur tidak menjabat apa pun di PKB saat terpilih menjadi presiden,
> lalu menjadi ketua umum Dewan Syura DPP PKB. Bu Mega tetap menjadi ketua
> umum DPP PDIP. Pak SBY menjabat ketua Dewan Pembina DPP PD.
>
> Politisi memikirkan pemilu berikut, negarawan memikirkan generasi berikut.
> Terserah kepada masyarakat untuk menilai apakah para presiden kita kecuali
> BK, cenderung menjadi negarawan atau politisi.
>
> Etika
>
> Ada sesuatu yang mengganggu kalau tidak ditanyakan. Mengapa RM yang semula
> menjadi konsultan Soetrisno Bachir dalam promosi dirinya, tiba-tiba muncul
> menjadi pesaing? Bukankah di situ ada prinsip konflik kepentingan yang
> dilanggar? Apakah telah terjadi pelanggaran etika?
>
> Kalau sebagai konsultan dia tidak bisa membedakan adanya konflik
> kepentingan, apakah sebagai pemimpin dia nanti bisa membedakannya? Kalau
> sebagai konsultan tidak bisa menjaga etika, apakah nanti sebagai pemimpin
> akan bisa? Tantangan dan godaan sebagai pemimpin pasti lebih besar daripada
> sebagai konsultan.
>
> Kita tentu tidak bisa memvonnis, hanya boleh mengajukan pertanyaan. Saya
> pikir RM tidak keberatan dengan pertanyaan semacam itu, sebagai salah satu
> bentuk pertanggungjawaban publik atas apa yang dilakukannya. RM yang lama
> hidup di AS yang terbuka untuk masalah yang menyangkut kepentingan umum,
> tentu sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
>
> Pada Pilpres 2004, selaku anggota Dewan Pembina YLBHI saya harus
> menjelaskan keputusan saya menjadi cawapresnya Wiranto, yang dianggap tidak
> sesuai prinsip YLBHI. Sebuah stasiun TV dari Australia mewawancarai saya
> cukup panjang. Tentu ada yang memahami sikap saya dan ada yang tetap
> menyalahkan saya. Itu adalah risiko dari sebuah sikap.
>
> Salahuddin Wahid , pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang.
>
> http://jawapos.com/
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke