http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/14/00575383/tobat.nasuha.bandit.ekonomi


Tobat Nasuha Bandit Ekonomi
 
Judul: Pengakuan Bandit Ekonomi
            (Lanjutan Confessions of an Economic Hitman)
Judul Asli: The Secret History of The American Empire
Penulis:  John Perkins
Pengantar: Budiarto Shambazy
Cetakan:  Pertama, Agustus 2007
Tebal:   xxvi + 465 halaman
Penerbit:  Ufuk Press
 
KENDATI untuk edisi Indonesia buku John Perkins ini terbit setahun
lalu, tapi sangat aktual dengan situasi mutakhir terutama setelah
terpilihnya Barack Husein Obama Junior menjadi presiden ke-44 Amerika
Serikat dalam Pilpres 4 November lalu.

Euforia Obama telah melahirkan harapan dan impian perubahan tata dunia
baru yang lebih adil. Amerika kembali digugat dan Obama dipandang
Dunia Ketiga sebagai "Dewa Penyelamat". Sebuah ekspektasi yang dahsyat
termasuk dari seorang Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sekalipun.

Seperti apa sih dosa Amerika Serikat di mata dunia sehingga Obama
menjadi sangat penting? Buku Confessions of an Economic Hitman dan
sekuelnya The Secret History of The American Empire  bisa menjadi
bukti dan dokumen kejahatan Amerika Serikat di seluruh belahan dunia. 

Amerika Serikat, lembaga keuangan dunia dan pengusahanya gotong royong
menjarah kekayaan alam Dunia Ketiga, termasuk Indonesia.

"Indonesia akan menjadi korban pertama saya...!" teriak Perkins saat
masuk ke Indonesia pada 1971 sebagai ekonom dari firma konsultan MAIN
pada usia 26 tahun. Perkins dan kelompoknya bertugas mengumpulkan
data, laporan fiktif  dan dongeng  tentang pertumbuhan ekonomi,
pendapatan per kapita yang kemudian disetorkan ke Bank Dunia dan IMF.

Para eksekutif kedua lembaga keuangan dunia itu pura-pura terpesona
dan segera menggelontorkan duit tersebut untuk Indonesia tetapi dengan
syarat 90 persen dana bantuan tersebut harus disalurkan ke kontraktor
Amerika. 

Wujud dari rekomendasi Perkins dan kelompoknya itu salah satunya
adalah PLTU Paiton I dan II yang menghasilkan listrik sangat tidak
masuk akal bagi bangsa Indonesia. Harga listriknya 22 kali lebih mahal
dari harga di Amerika sendiri. Sedangkan perbuatan generasi Perkins
dan kompradornya yang terbaru di Indonesia adalah dalam kasus Blok
Cepu yang sangat menistakan dan menisbikan kemampuan anak bangsa.

Seperti buku sebelumnya, kitab sekuelnya juga sangat menarik,
menegangkan, sekaligus menjengkelkan. Tulisan Perkins ini dari awal
sampai akhir mengaduk-aduk emosi sehingga pada satu titik, pembaca
bisa terpancing untuk berteriak dan menyebut Amerika sebagai negara
paling serakah bin biadab.
 
Perkins sangat berhasil mengisahkan pengalaman pribadi dan teman-teman
jakal (orang yang diperintah CIA untuk mengobrak-abrik sebuah negara
termasuk membunuh sasaran) serta orang-orang dalam IMF dan Bank Dunia
yang buka suara dalam kisah bergaya hibrid, perkawinan antara fakta
dan cerita. 

Saya berani katakan bahwa kisah Perkins ini masuk kategori jurnalisme
sastrawi atau buku bergenre novel nonfiksi. Kendati berbentuk bunga
rampai, alur dan benang merah cerita tetap terjaga dengan tokoh 'Aku'
(Perkins).

Dalam buku kedua ini, Perkins menulis 66 kisah yang dibagi dalam bab
berdasarkan wilayah negara meliputi Asia, Amerika Latin, Timur Tengah
dan Afrika. Bagi orang yang tidak mempercayai teori konspirasi selama
ini, pasti malu setelah membaca buku ini.

Namun, tidak berarti Perkins mulus sepenuhnya untuk menulis buku
keduanya ini. Teror dan ancaman serta penyuapan kerap menghadangnya
dari orang-orang yang merasa terganggu kepentingannya.

Berbeda dengan buku pertama, dalam sekuel kedua ini Perkins
menyertakan satu bab khusus yang terdiri atas 14 tulisan tentang
pandangan dan refleksi atas kondisi dunia serta dampak akibat
perbuatan tingkah polah jakal dan bandit ekonomi. Selain
mengetengahkan renungan, Perkins juga memberikan jalan keluar serta
solusi dan politik etis untuk Dunia Ketiga.
 
Membaca buku Perkins juga jadi sangat mudah karena kisah yang edisi
bahasa Inggris-nya terbit pada 2007 atau tiga tahun setelah buku
pertamanya ini, sangat akrab dengan pemberitaan di media massa.

Banyak kisah-kisah dalam buku ini sebenarnya sudah tersirat dalam
pemberitaan media nasional maupun media internasional. Namun, dalam
buku ini, pembaca disuguhi fakta yang lebih lengkap dan detail.

Ada 10 tulisan yang mengisahkan Perkins selama menjalankan operasi
banditnya di Indonesia dengan judul Wanita Misterius di Jakarta (hal. 
3), Menjarah Penderita Lepra (11), Geisha (19), Orang Bugis (25),
Negara Korup dan Brutal (31), Pabrik Pemeras Keringat (37), AS
Pendukung Pembantaian (45), Mendulang Emas dari Tsunami (51), Buah
Korupsi (57) serta Diserang dan Dihajar di Indonesia (63).

Buku kedua ini sangat kaya dengan kisah dan data karena banyak mantan
agen CIA, pejabat Bank Dunia, IMF, jakal serta bandit lainnya yang
memberikan kesaksian kepada Perkins.

Dalam tulisan berjudul "Buah Korupsi", Perkins mendapatkan pengakuan
dan data dari anak seorang mantan pejabat negara Indonesia. Anak
bernama Emil (tentu nama palsu) itu mengakui ayahnya termasuk yang
korup pada saat rezim Soeharto berkuasa. 

"Aku ingin bertobat seperti Anda. Aku ingin mengaku seperti Anda. Tapi
aku mempunyai keluarga dan akan kehilangan banyak hal. Aku yakin Anda
mengerti maksudku," kata Emil kepada Perkins dalam pertemuan di
restoran Thailand di Upper West Side New York. (hal. 59)

Sebuah perdamaian antara RI-Gerakan Aceh Merdeka dan tragedi
kemanusiaan seperti tsunami yang melanda Aceh 26 Desember 2004 pun tak
lepas ajimumpung korporasi Amerika untuk menjarah dan mengeksploitasi
Serambi Mekkah. Ini tertuang dalam tulisan "Mendulang Emas dari Tsunami".

"Dengan terciptanya perdamaian, tekanan terhadap hutan cenderung
meningkat...." Demikian Perkis mengutip Michael Sullivan, dari Radio
Expedition. 

Gara-gara tsunami juga sejumlah perusahaan konstruksi dan permesinan
AS melobi Bank Dunia dan lembaga keuangan lainnya untuk membangun
jalan raya yang akan menguntungkan industri kayu dan minyak bumi.
Proyek mengundang kontroversi itu adalah Jalan Ladia Galaska (Lautan
Hindia-Gayo Alas Selat Malaka) yang membelah hutan lindung Gunung Leuser.

Setelah membaca tuntas buku ini saya sependapat dengan kesimpulan
Perkisn bahwa Amerika Serikat bukan lagi sebuah negara tetapi sudah
menjelma menjadi sebuah imperium.

Perkins memberikan ciri-ciri sebuah imperium. Pertama, mengeksploitasi
sumber daya dari negara yang didominasi. Kedua, menguras sumberdaya
dalam jumlah yang tidak sebanding dengan jumlah penduduknya jika
dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Ketiga, memiliki angkatan
militer yang besar untuk memuluskan aksinya bila upaya halus gagal.
 
Keempat, menyebarkan bahasa, sastra, seni dan berbagai aspek budaya ke
seluruh tempat yang berada di bawah pengaruhnya. Kelima, menarik pajak
bukan dari warganya sendiri tetapi juga dari orang-orang di negara
lain. Keenam, mendorong penggunaan mata uangnya sendiri di
negara-negara yang berada di bawah kendalinya.[]
===========
Yayat R Cipasang,  lahir dan dibesarkan di sebuah udik di Priangan
Timur, tepatnya di Ciamis, 29 Maret 1973. Sejumlah tulisan berupa
feature, resensi buku, dan artikel dimuat di Media Indonesia, Pikiran
Rakyat, Waspada, Sinar Harapan, Suara Karya, Berita Buana, Tabloid
Wanita Indonesia, Majalah Pantau dan Reader's Digest Indonesia.
[EMAIL PROTECTED]


Kirim email ke