Mohon maaf ikut nimbrung meskipun semula saya hanya ingin jadi penonton
diskusi ini. Keinginan saya untuk ikut nimbrung juga setelah melihat Wine di
youtube yang ternyata mengenakan cadar dan jalabiah (?), atau pakaian
panjang yang menutup dari kepala sampai kaki bahkan tangan pun tidak
kelihatan, dengan warna hitam. Bagian wajah yang nampak hanyalah mata. Jadi
bukan jilbab seperti yang saya bayangkan semula, yaitu tutup kepala yang
menutup rambut dan telinga tetapi wajah tetap nampak.
Ijinkanlah saya menyampaikan pendapat saya, Pak Manneke:
1. Institusi yang mengharuskan karyawannya mengenakan seragam tidak selalu
institusi primitif (bagi saya kurang jelas apa maksud primitif di sini dan
apa contohnya, mohon pencerahan). Hospital di manapun juga di dunia,
termasuk dunia barat yang modern, setahu saya mengharuskan perawat dan
dokternya mengenakan pakaian seragam.
2. Tujuan pengharusan mengenakan pakaian seragam itu ada beberapa: a.
sebagai pengenal bahwa orang tersebut karyawan (perawat), bukan pengunjung
dan bukan petugas lain, misalnya teknisi; b. sebagai identitas karyawan
hospital tersebut. Hospital lain mungkin mempunyai model seragam yang lain
dan khas; c. untuk menimbulkan rasa kebersamaan satu korps (esprit de corps)
 d. untuk tujuan estetika (oleh karena itu pakaian seragam itu sering
didesain agar fungsional, rapi, nampak bersih biasanya berwarna cerah, tidak
gelap), menarik, dan membuat yang mengenakannya nampak enak di pandang mata.
3. Dalam kasus Weni, menurut saya kurang bahan informasi untuk memungkinkan
berdiskusi secara obyektif. Misalnya, tidak jelas apakah Weni mengenakan
burdah/cadar itu sejak awal atau baru-baru ini saja. Tidak jelas apakah
dalam kontrak kerjanya ada ketentuan "harus mengikuti peraturan hospital".
Tidak jelas tugas Weni itu sebagai apa (nurse, fisioterapis, atau karyawan
non medik). Tidak jelas apakah Weni di-PHK karena pakaiannya ataukah karena
alasan lain, kemudian oleh Weni ditampilkan sebagai akibat dia memakai
cadar/burdah. Saya dapat mengerti kalau pengelola hospital swasta di
Indonesia pada umumnya takut kalau sudah dituduh telah tidak mempunyai
toleransi terhadap agama tertentu (khususnya Islam), meskipun bisa saja Weni
itu sendiri yang tidak toleran.
4. Menurut pendapat saya, kalau Weni seorang perawat (nurse) yang setiap
hari harus berhadapan dengan pasien dari berbagai latar belakang, memang
tidak bijaksana kalau ia mengenakan cadar/burdah seperti di gambar itu
apapula berwarna hitam. Akan sulit mengetahui apakah pakaian masih bersih
atau sudah tercemar karena pekerjaannya di ruangan. Sebagai perawat dia juga
dapat dimutasi ruang kerjanya. Bagaimana kalau ia ditugaskan di Instalasi
Gawat Darurat yang memerlukan gerak cepat dan sigap. Pakaian semacam itu
pasti tidak memungkinkannya bergerak seperti itu. 
5. Tetapi kalau Weni adalah karyawan di bagian fisoterapi (bukan nurse) ya
biarkan dia mengenakan jilbab hanya saja warnanya disesuaikan dengan seragam
hospital, dan mukanya tidak usah ditutup supaya pasien yang diajak bicara
dapat mengetahui gerak bibirnya, terutama untuk pasien yang pendengarannya
sangat terganggu.
6. Saya pernah memimpin dua hospital swasta dan di setiap hospital itu ada
saja karyawan (perawat) yang mengajukan masalah seperti Weni itu. Saya orang
Islam tetapi kepada mereka itu saya jelaskan mengapa pakaian seperti itu
(cadar dan burdah) tidak sesuai untuk perawat di hospital. Pada jaman dulu
memang biarawati Katolik menjadi perawat pasien di hospital-hospital dan
mereka mengenakan pakaian panjang dan berkerudung. Tetapi ciri perawatan di
hospital jaman abad pertengahan jauh berbeda dengan sekarang, juga teknologi
serta ilmunya sudah jauh berbeda.
7. Dengan pengalaman saya di dua hospital swasta dan kemudian kasus Weni ini
 membuat saya jadi berpikiran buruk. Mencurigai ada semacam skenario untuk
mendesakkan penerapan "syari at Islam yang radikal" di semua bidang secara
bertahap. Saya berharap mudah-mudahan saya keliru.
Sekali lagi Pak Manneke, saya masih berpendapat bahwa hospital tempat saya
bekerja dulu bukanlah institusi yang primitif.
Salam,
KM
 
-------Original Message-------
 
From: manneke budiman
Date: 17/11/2008 16:36:18
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [mediacare] Re: Manneke dan HAM - Re: RS. Mitra Bekasi
 



. 
 
 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke