http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2008/11/24/3739.html

*Usulan Indonesia Masuk dalam Deklarasi Lima*

*Lembaga Keuangan Internasional Harus Direformasi*




Presiden Peru Alan Garcia ketika membacakan Deklarasi Lima, usai foto
bersama dengan *SBY* dan ke-21 pimpinan APEC, di Gedung Utama Departemen
Pertahanan, Lima, Minggu (23/11) siang waktu setempat. (foto: muchlis/
presidensby.info)Lima: Usulan Indonesia soal perlunya mereformasi
lembaga-lembaga keuangan internasional menjadi salah satu isu yang
disepakati dan dituangkan dalam Deklarasi Lima, sebagai hasil akhir dari KTT
ke-16 APEC. *Presiden Susilo Bambang Yudhoyono* dan ke-21 pemimpin APEC
hadir dalam upacara pembacaan deklarasi oleh *Presiden Peru Alan Garcia
Perez*, di Gedung Utama Departemen Pertahanan Peru, Minggu (23/11) pukul
13.00 waktu setempat atau Senin (24/11) pukul 01.00 WIB.

Lembaga-lembaga keuangan yang dimaksud dalam deklarasi tersebut, antara
lain, IMF, Bank Dunia, Asian Development Bank, Inter-American Development
Bank, dan lain-lain. Lembaga-lembaga keuangan itu berperan penting dalam
krisis keuangan. "IMF harus lebih fokus pada pengawasan-pengawasan,
membangun kerangka kebijakan makro serta menyediakan pelatihan peringatan
dini atas kemungkinan terjadinya krisis," begitu bunyi Deklarasi Lima yang
dibacakan Presiden Peru Alan Garcia Perez dalam Final Declaration Ceremony.

Untuk itu, APEC mendorong para menteri keuangan bekerjasama dengan IMF atau
program bantuan sektor keuangan Bank Dunia untuk menyesuaikan dengan kondisi
di masing-masing negara anggota. Negara-negara APEC juga sepakat mendukung
Deklarasi Washington dan mencegah munculnya pembatas-pembatas baru dalam
soal investasi atau perdagangan barang dan jasa, menegaskan kembali
pengetatan ekspor baru, serta penerapan ketentuan WTO.

Deklarasi Lima intinya menyepakati langkah-langkah penting untuk stabilisasi
sektor keuangan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dan mendorong investasi
serta konsumsi. "Kami akan melanjutkan beberapa langkah penting dan bekerja
sama dalam mengkoordinasikan berbagai hal terkait untuk pelaksanaan aksi
mengatasi krisis,'' ujar Alan Garcia Perez, mewakili ke-21 pemimpin APEC.

APEC beranggotakan 21 negara. Mereka, secara alfabetis, adalah Australia,
Brunei Darussalam, Kanada, Chili, China, Hong Kong, China-HongKong,
Indonesia, Jepang, Korea Selatan. Kemudian Malaysia, Meksiko, Selandia Baru,
Papua New Guini, Peru, dan Filipina. Lalu Russia, Singapura, China Taipei,
Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Para pemimpin juga mendukung penuh
upaya badan-badan kredit ekspor, lembaga keuangan internasional, dan
perbankan swasta dalam penyediaan dana yang memungkinkan untuk bisnis UMKM,
menjaga kelancaran perdagangan dan investasi di kawasan.

Reformasi sektor keuangan sangat disadari perannya dalam kondisi saat ini,
termasuk peran yang dimainkan oleh APEC dalam pembangunan kapasitas sektor
finansial. APEC juga mendorong pembangunan berkelanjutan dan inovasi dalam
sektor finansial yang diyakini akan lebih kompleks di masa depan, dan
kebijakan serta pengawasan yang lebih efektif. Krisis juga menyoroti
kebutuhan untuk lebih mengembangkan standar yang efektif dalam corporate
governance dan manajemen risiko, serta tanggung jawab sosial dari sektor
keuangan.

Para pemimpin juga menyambut Deklarasi Washington dari G-20 soal reformasi
pasar uang. Kebijakan menyeluruh sangat didukung untuk mengembalikan
pertumbuhan ekonomi global dan stabilitasnya. Beberapa cara yang ditempuh
adalah dengan kerjasama melalui makro ekonomi, mencegah dampak lanjutan,
dukungan bagi negara-negara berkembang, dan responsif terhadap tantangan
masa depan. Karenanya, diyakini bahwa prinsip pasar bebas dan terbuka mampu
mengurangi kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan
global.

Penyelesaian perundingan Agenda Putaran Doha disepakati dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang seimbang sebagai dasar pertumbuhan negara-negara
anggota. Semua negara APEC berkomitmen untuk mencapai kesepakatan pada
Desember mendatang. ''Kami, para pemimpin negara-negara APEC dan para
menteri, terus berupaya menyelesaikan masalah WTO ini," demikian tertulis
dalam Deklarasi Lima yang rilisnya sudah dikeluarkan pada Sabtu (22/11) sore
waktu setempat.

KTT ke-16 APEC juga menegaskan kembali komitmen Bogor Goals untuk
perdagangan bebas dan terbuka di Asia-Pasifik. Deklarasi ini juga
menginstruksikan para menteri dan pejabat terkait untuk meningkatkan
penerapan ketentuan Agenda Integrasi Ekonomi Regional, termasuk kemungkinan
Free Trade Area di Asia-Pasifik. Para pemimpin juga siap sedia dalam
komitmen internasional dalam wilayah ini, termasuk dalam Bantuan Pembangunan
Pemerintahan, dan Millenium Development Goals. (osa/har)


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke