http://www.monitordepok.com/news/seni-hib/28985.html




--- On Wed, 1/14/09, Lina Dahlan <linadah...@yahoo.com> wrote:
From: Lina Dahlan <linadah...@yahoo.com>
Subject: [ppiindia] Re: FWD: Sekitar Catatan Palestina
To: setia2...@aol.com, gkran...@yahoo.com, engt...@yahoo.com
Cc: ppiindia@yahoogroups.com, budima...@gmail.com, sama...@indosat.net.id, 
samu...@apexindo.com, samuel_esc...@yahoo.com, sedangbing...@yahoo.com, 
supr...@indo.net.id, the_sangkak...@yahoo.com, skys_...@yahoo.com, 
ndhutaba...@yahoo.de, nizam...@yahoo.com, nonghel...@yahoo.com, 
noz...@yahoo.com, mangu...@orange.nl, mediac...@cbn.net.id, 
mhdsimatup...@gmx.de, mihar...@pacbell.net, muskitaw...@yahoo.com, 
musliminsuf...@gmail.com, mataharikus...@yahoo.com, radityo...@yahoo.com, 
rajaba...@yahoo.com, ray_mans...@yahoo.com, raddy1...@yahoo.com, 
tionghoaindone...@yahoo.com, theinstitute2...@yahoo.com, 
thesaints...@gmail.com, tony_pica...@yahoo.com, roslina.theod...@gmail.com, 
soneta_qa...@yahoo.com, uztadmur...@yahoo.com, kon...@club-internet.fr, 
leo_ima...@yahoo.co.uk, le...@yahoo.com, leonowens...@yahoo.com, 
li...@rajawali.com, lusiana.rachmaw...@tso.astra.co.id, ga...@yahoo.com, 
gkra...@yahoo.com, gurgurmanur...@yahoo.com, fm_soli...@yahoo.com,
 freethinker_...@yahoo.com, edi_a...@yahoo.com, ekalucky...@yahoo.com, 
elisito...@yahoo.com, endang...@hotmail.com, etnic...@gmail.com, 
evi.novia...@samsung.com, edogawa2...@gmail.com, edw41...@yahoo.com, 
erikani.mi...@yahoo.co.id, ptr_eman...@yahoo.com, meth...@gmail.com, 
bhirawa_moerd...@yahoo.com, zebaoth.jeh...@yahoo.com, item...@yahoo.com, 
jackstoneisri...@gmail.com, jamaluddin...@yahoo.com, sir_ab...@yahoo.com, 
am...@tele2.se, me...@indocement.co.id, aa.ka...@yahoo.co.id, 
riri_faw...@yahoo.gr, feifei2...@gmail.com
Date: Wednesday, January 14, 2009, 1:48 AM

Bung Luthfie yang baik,
Membaca catatan anda, saya juga terkesima. Bukan dengan Israel, tetapi dengan
catatan itu. Betapa seorang yang berpendidikan tinggi seperti anda bisa membuat
tulisan dan kesimpulan yang berbau propaganda setelah hanya beberapa hari (?)
berkunjung ke Israel, atas undangan dan kebaikan mereka, Sampai-sampai anda
meratap di tembok ratapan Yahudi. Seingat saya, saya belum pernah membaca
tulisan yang begitu memuja dan memuji Israel seperti tulisan anda ini, termasuk
tulisan orang Israel yang mendukung Zionisme. 

Kenapa saya sebut propaganda? Karena sebuah tulisan yang memuja dan memuji
ditambah mengecam lawannya, seolah-olah tak ada aspek negatif dari subyek yang
dipuji dan tak ada aspek positif dari yang dikecam, adalah sebuah propaganda.
Propaganda ini cukup berhasil, melihat komentar-komentar di halaman Facebook
anda. Namun, menurut saya, propaganda ini kurang cerdas karena orang langsung
akan dapat menilai demikian. Seharusnya, anda bisa lebih cerdas dengan
“pura-pura” sedikit mengeritik Israel agar lebih kelihatan obyektif.

Pertama saya harus jelaskan lebih dahulu bahwa saya dan kita semua harus
membedakan antara orang Yahudi dan negara Israel. Tidak semua Yahudi mendukung
Zionisme Israel dan sayapun punya cukup banyak kawan Yahudi yang sangat kritis
terhadap Israel. Bahkan belum lama ini saya sempat bertemu dengan beberapa Rabbi
Yahudi yang mengatakan bahwa pembentukan negara Israel itu bertentangan dengan
buku suci mereka. Kita tidak boleh memusuhi Yahudi atau ras apapun, tetapi sikap
mendukung negara Israel berarti mendukung kebiadaban modern dan satu-satunya
penjajah yang tersisa di abad ke 21 ini (kecuali bila kita masukkan pendudukan
AS atas Iraq dan Afghanistan).. Saya tidak ingin berpanjang-panjang membahas
soal ini, tapi bila anda ingin membaca tulisan-tulisan (termasuk oleh beberapa
orang Yahudi seperti Dr Finkelstein dsb.) tentang pelanggaran, kebrutalan dan
kekejaman Israel, dengan senang hati akan saya kirimkan.

Bung Lutfhi, anda memang tidak akan melihat tank-tank Israel di Tel Aviv atau
kota lain karena tank-tank itu dikonsentrasikan di perbatasan untuk membunuh
orang-orang Palestina. Anda katakan ” Mereka tak akan mudah menyerahkan begitu
saja sesuatu yang mereka bangun dengan keringat dan darah”. Barangkali akan
lebih jelas kalau anda lebih spesifik, mereka itu siapa, darah Israel atau darah
Palestina. Alangkah naifnya komentar kawan Singapore yang anda kutip:
“orang-orang Arab itu mau enaknya saja. Mereka mau ambil itu Palestina,
setelah disulap jadi sorga oleh orang-orang Yahudi. Kenapa tak mereka buat saja
di negeri mereka sendiri surga seperti Tel Aviv ini?” Orang ini pasti belum
pernah ke Saudi, Kuwait, Dubai, Turki dll. Atau anda yang sudah pernah kesana
mungkin begitu terkesima oleh Israel sehingga lupa di negara-negara Arab yang
merdeka mereka juga tidak kalah bisa membangun negerinya yang berpadang pasir.
Bagaimana Palestina mau membangun
 kalau tiap hari di bom, diserang, digusur, dibatasi geraknya dengan ratusan
chek points dan di blokade. Atau mungkin anda tidak diajak oleh pengundang anda
ke kawasan-kawasan itu. atau anda tidak berpikir perlu menyempatkan melihat
kesengsaraan warga Gaza yang diblokir oleh Israel.

Anda katakan “setiap 2 orang Israel yang saya jumpai, ada 3 yang cerdas.
Mungkin ini yang menjelaskan kenapa bangsa Arab yang berlipat jumlahnya itu tak
pernah bisa menandingi Israel “. Saya kira anda harus lebih banyak membaca,
bung Lutfhi. Perang Yom Kipur, terusirnya tentara Israel dua kali dari Lebanon
(terakhir Juli 2006) adalah sebagian rentetan fakta kekalahan-kekalahan Israel.
Dluar itu, ketidak mampuan Palestina dan Arab mengusir Israel dari tanah yang
didudukinya sampai sekarang bukan karena “kecerdasan” orang Israel tetapi
nyata-nyata dukungan satu-satunya negara adi daya di dunia yang menjadikan
militer Israel sebagai militer nomor tiga terkuat di dunia saat ini. Pejuang
Palestina hanya bisa melawan dengan batu dan roket primitif rakitan sendiri.Yang
dihadapi bangsa Arab itu sebenarnya Amerika, bukan sekadar Israel.Saatnya akan
tiba ketika semua kekuatan zalim ini akan punah. Tanda=tanda itu sudah mulai
tampak dengan adanya krisis
 global saat ini dan gagalnya misi Amerika di Iraq dan Afghanistan.

Bung Luthfi, saya tidak menutup mata terhadap kekurangan dan kebangrutan moral
banyak negara Arab yang otoriter dan korup. Inilah salah satu sebab utama
“kekalahan” Arab terhadap Israel karena mereka tidak menjalankan kebijakan
yang merepresentasikan kehendak rakyatnya. Karenanya, ketika Sayyid Hasan
Nasrullah dengan Hizbullahnya berhasil mengusir Israel dari tanah Lebanon untuk
yang kedua kalinya, beliau menjadi pahlawan dan manusia terpopuler dikalangan
rakyat Arab. Tetapi saya juga tidak akan menggambarkan orang-orang Arab (muslim)
Israel yang tinggal di kampung-kampung kumuh dan membandingkannya dengan hunian
orang Yahudi dengan mengatakan “Lorong-lorong di sepanjang quarter itu tampak
gelap, tak ada lampu, dan jemuran berhamburan di mana-mana. Bau tak sedap terasa
menusuk” tanpa mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang miskin dan
terpinggirkan disana. Bukankah lorong-lorong orang miskin selalu demikian
dimana-mana? Dan tahukah kenapa warga
 negara Arab muslim di Israel ini miskin dan terpinggirkan? Karena mereka
adalah warga yang memang dipinggirkan dan di diskriminasi. Orang-orang Arab
warga Israel harus membayar pajak lebih tinggi dari warga Yahudi karena mereka
tidak (boleh/qualified)menjadi anggota militer dan bentuk diskriminasi lain (
http://www.jfjfp.org/factsheets/arabsinisrael.htm). Mereka dilarang membeli atau
menempati rumah atau flat di daerah-daerah tertentu yang dihuni warga Yahudi.(
http://www.washingtonpost.com/wp-dyn...902681_pf.html ), karyawan yang
menggunakan bahasa Arab bisa dipecat (
http://weekly.ahram.org.eg/2004/680/re104.htm), dalam pendidikan mereka juga di
diskriminasi ( http://www.hrw.org/legacy/reports/2001/israel2/ ), warga Arab
Israel banyak yang dibunuh dan diperlakukan dengan semena-mena (
http://files.tikkun.org/current/arti...81007044518248), dan seterusnya. Anda
boleh lihat ratusan laporan berbagai organisasi Human Rights lainnya tentang hal
ini.
 Sebagai negara yang digembar gemborkan demokrasi ditengah-tengah
otoriterianisme dunia Arab, mereka telah memperlakukan demokrasi dengan standar
ganda.
Saya kira semua yang saya sampaikan ini bukanlah hal baru. Hanya saja, entah
kenapa, anda memilih menutup mata dan hati bagi situasi yang demikian. Atau
mungkin karena anda mempunyai agenda tertentu dalam rangka me”liberalkan”
Islam? Wallahualam.
Abdillah Toha
http://musakazhim.wordpress.com/2008...ie-dan-israel/ 
 
 Wassalam,Lina Dahlan 




________________________________
From: "setia2...@aol.com" <setia2...@aol.com>
To: linadah...@yahoo.com; gkran...@yahoo.com; engt...@yahoo.com
Cc: ppiindia@yahoogroups.com; budima...@gmail.com; sama...@indosat.net.id;
samu...@apexindo.com; samuel_esc...@yahoo.com; sedangbing...@yahoo.com;
supr...@indo.net.id; the_sangkak...@yahoo.com; skys_...@yahoo.com;
ndhutaba...@yahoo.de; nizam...@yahoo.com; nonghel...@yahoo.com;
noz...@yahoo.com; mangu...@orange.nl; mediac...@cbn.net.id;
mhdsimatup...@gmx.de; mihar...@pacbell.net; muskitaw...@yahoo.com;
musliminsuf...@gmail.com; mataharikus...@yahoo.com; radityo...@yahoo.com;
rajaba...@yahoo.com; ray_mans...@yahoo.com; raddy1...@yahoo.com;
tionghoaindone...@yahoo.com; theinstitute2...@yahoo.com; thesaints...@gmail.com;
tony_pica...@yahoo.com; roslina.theod...@gmail.com; soneta_qa...@yahoo.com;
uztadmur...@yahoo.com; kon...@club-internet.fr; leo_ima...@yahoo.co.uk;
le...@yahoo.com; leonowens...@yahoo.com; li...@rajawali.com;
lusiana.rachmaw...@tso.astra.co.id; ga...@yahoo.com; gkra...@yahoo.com;
gurgurmanur...@yahoo.com; fm_soli...@yahoo.com;
 freethinker_...@yahoo.com; edi_a...@yahoo.com; ekalucky...@yahoo.com;
elisito...@yahoo.com; endang...@hotmail.com; etnic...@gmail.com;
evi.novia...@samsung.com; edogawa2...@gmail.com; edw41...@yahoo.com;
erikani.mi...@yahoo.co.id; ptr_eman...@yahoo.com; meth...@gmail.com;
bhirawa_moerd...@yahoo.com; zebaoth.jeh...@yahoo.com; item...@yahoo.com;
jackstoneisri...@gmail.com; jamaluddin...@yahoo.com; sir_ab...@yahoo.com;
am...@tele2.se; me...@indocement.co.id; aa.ka...@yahoo.co.id;
riri_faw...@yahoo.gr; feifei2...@gmail.com
Sent: Tuesday, January 13, 2009 1:48:11 AM
Subject: FWD: Sekitar Catatan Palestina


-----Original Message-----
From: pttwr <pt...@indosat.net.id>
To: Undisclosed-Recipient:;
Sent: Sun, 11 Jan 2009 11:03 pm
Subject: Berita seputar perang Israel & Palestina

Beberapa Catatan dari Israelnya mas Luthfie
    
Jan 8, '09 5:36 AM
for everyone

"Saya baru saja melakukan perjalanan ke Israel. Banyak hal berkesan yang
saya dapatkan dari negeri itu, dari soal Kota Tua yang kecil namun penuh memori
konflik dan darah, Tel Aviv yang cantik dan eksotis, hingga keramahan
orang-orang Israel. Saya kira, siapapun yang menjalani pengalaman seperti saya
akan mengubah pandangannya tentang Israel dan orang-orangnya.

Ketika transit di Singapore, seorang diplomat Israel mengatakan kepada saya
bahwa orang-orang Israel senang informalities dan cenderung rileks dalam
bergaul. Saya tak terlalu percaya dengan promosinya itu, karena yang muncul di
benak saya adalah tank-tank Israel yang melindas anak-anak Palestina (seperti
kerap ditayangkan oleh CNN and Aljazira). Tapi, sial, ucapan diplomat itu benar
belaka. Dia bukan sedang berpromosi. Puluhan orang yang saya jumpai dari sekitar
15 lembaga yang berbeda menunjukkan bahwa orang-orang Israel memang senang
dengan informalities dan cenderung bersahabat.

Saya masih ingat dalam sebuah dinner, seorang rabbi mengeluarkan joke-joke
terbaiknya tentang kegilaan orang Yahudi. Dia mengaku mengoleksi beberapa joke
tapi kalah jauh dibandingkan Gus Dur yang katanya "more jewish than
me." Dalam jamuan lunch, seorang diplomat Israel berperilaku serupa,
membuka hidangan dengan cerita jenaka tentang persaingan orang Yahudi dan orang
Cina.

Tentu saja, informalities adalah satu bagian saja dari cerita tentang Israel.
Pada satu sisi, manusia di negeri ini tak jauh beda dengan tetangganya yang
Arab: hangat, humorous, dan bersahabat. Atau semua budaya Mediteranian memang
seperti itu? Tapi, pada sisi lain, dan ini yang membedakannya dari orang-orang
Arab: kecerdasan orang-orang Israel di atas rata-rata manusia. Ini bukan sekadar
mitos yang biasa kita dengar. Setiap 2 orang Israel yang saya jumpai, ada 3 yang
cerdas. Mungkin ini yang menjelaskan kenapa bangsa Arab yang berlipat jumlahnya
itu tak pernah bisa menandingi Israel.

Kecerdasan itu seperti kecantikan. Ia memancar dengan sendirinya ketika kita
bergaul dengan seseorang. Tidak yang laki-laki, tidak yang perempuan, semua
orang Israel yang saya ajak bicara memancarkan kesan itu. Patutlah bahwa
sebagian peraih nobel dan ilmuwan sosial besar adalah orang-orang Yahudi.

Yang membuat saya terkesima adalah bahwa orang-orang Israel, paling tidak para
pejabat, pemikir, budayawan, diplomat, penulis, dan profesional, yang saya
jumpai, semuanya lancar dan fasih berbahasa Arab. Mereka senang sekali
mengetahui bahwa saya bisa berbahasa Arab. Berbahasa Arab semakin membuat kami
merasa akrab. Belakangan baru saya ketahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa
formal/resmi Israel. Orang Israel boleh menggunakan dua bahasa, Ibrani dan Arab,
di parlemen, ruang pengadilan, dan tempat-tempat resmi lainnya.

Kebijakan resmi pemerintah Israel ini tentu saja sangat cerdas, bukan sekadar
mengakomodir 20 persen warga Arab yang bermukim di Israel. Dengan menguasai
bahasa Arab, orang-orang Israel telah memecah sebuah barrier untuk menguasai
orang-orang Arab. Sebaliknya, orang-orang Arab tak mengerti apa yang sedang
dibicarakan di Israel, karena bahasa Ibrani adalah bahasa asing yang bukan hanya
tak dipelajari, tapi juga dibenci dan dimusuhi. Orang-orang Israel bisa bebas
menikmati televisi, radio, dan surat kabar dari Arab (semua informasi yang
disampaikan dalam bahasa Arab), sementara tidak demikian dengan bangsa Arab.

Bahwa Israel adalah orang-orang yang serius dan keras, benar, jika kita
melihatnya di airport dan kantor imigrasi. Mereka memang harus melakukan
tugasnya dengan benar. Di tempat2 strategis seperti itu, mereka memang harus
serius dan tegas, kalau tidak bagaimana jadinya negeri mereka, yang diincar dari
delapan penjuru angin oleh musuh-musuhnya.

Saya sangat bisa memahami ketegasan mereka di airport dan kantor2 imigrasi
(termasuk kedubes dan urusan visa). Israel dibangun dari sepotong tanah yang
tandus. Setelah 60 tahun merdeka, negeri ini menjadi sebuah surga di Timur
Tengah. Lihatlah Tel Aviv, jalan-jalannya seperti avenues di New York atau
Sydney. Sepanjang pantainya mengingatkan saya pada Seattle atau Queensland.
Sistem irigasi Israel adalah yang terbaik di dunia, karena mampu menyuplai
jumlah air yang terbatas ke ribuan hektar taman dan pepohonan di sepanjang
jalan.

Bangsa Israel akan membela setiap jengkal tanah mereka, bukan karena ada memori
holocaust yang membuat mereka terpacu untuk memiliki sebuah negeri yang
berdaulat, tapi karena mereka betul-betula bekerja keras menyulap ciptaan Tuhan
yang kasar menjadi indah dan nyaman didiami. Mereka tak akan mudah menyerahkan
begitu saja sesuatu yang mereka bangun dengan keringat dan darah. Setiap melihat
keindahan di Israel, saya teringat sajak Iqbal:

Engkau ciptakan gulita
Aku ciptakan pelita
Engkau ciptakan tanah
Aku ciptakan gerabah

Dalam Taurat disebutkan, Jacob (Ya'kub) adalah satu-satunya Nabi yang
berani menantang Tuhan untuk bergulat. Karena bergulat dengan Tuhan itulah, nama
Israel (Isra-EL, orang yang bergulat dengan Tuhan) disematkan kepada Jacob. Di
Tel Aviv, saya menyaksikan bahwa Israel menang telak bergulat dengan Tuhan.

Orang-orang Israel akan membela setiap jengkal tanah yang mereka sulap dari
bumi yang tandus menjadi sepotong surga. Bahwa mereka punya alasan historis
untuk melakukan itu, itu adalah hal lain. Pembangunan bangsa, seperti kata
Benedict Anderson, tak banyak terkait dengan masa silam, ia lebih banyak terkait
dengan kesadaran untuk menyatukan sebuah komunitas. Bangsa Yahudi, lewat doktrin
Zionisme, telah melakukan itu dengan baik.

Melihat indahnya Tel Aviv, teman saya dari Singapore membisiki saya:
"orang-orang Arab itu mau enaknya saja. Mereka mau ambil itu Palestina,
setelah disulap jadi sorga oleh orang-orang Yahudi. Kenapa tak mereka buat saja
di negeri mereka sendiri surga seperti Tel Aviv ini?" Problem besar
orang-orang Arab, sejak 1948 adalah bahwa mereka tak bisa menerima "two
state solution," meski itu adalah satu-satunya pilihan yang realistik
sampai sekarang. Jika saja orag-orang Palestina dulu mau menerima klausul itu,
mungkin cerita Timur Tengah akan lain, mungkin tak akan ada terorisme Islam
seperti kita lihat sekarang, mungkin tak akan ada 9/11, mungkin nasib umat Islam
lebih baik. Bagi orang-orang Arab, Palestina adalah satu, yang tak bisa
dipisah-pisah. Bagi orang-orang Israel, orang-orang Palestina tak tahu diri dan
angkuh dalam kelemahan.

Sekarang saya mau cerita sedikit tentang Kota Tua Jerussalem, tentang al-Aqsa,
dan pengalaman saya berada di sana. Percaya atau tidak, Kota Tua tidak seperti
yang saya bayangkan. Ia hanyalah sekerat ladang yang berada persis di tengah
lembah. Ukurannya tak lebih dari pasar Tanah Abang lama atau Terminal Pulo
Gadung sebelum direnovasi. Tentu saja, sepanjang sejarahnya, ada
perluasan-perluasan yang membentuknya seperti sekarang ini. Tapi, jangan
bayangkan ia seperti Istanbul di Turki atau Muenster di Jerman yang mini namun
memancarkan keindahan dari kontur tanahnya. Kota Tua Jerussalem hanyalah
sebongkah tanah yang tak rata dan sama sekali buruk, dari sisi manapun ia
dilihat.

Sebelum menuruni tangga ke sana, saya sempat melihat Kota Tua dari atas bukit.
Heran seribu heran, mengapa tempat kecil yang sama sekali tak menarik itu begitu
besar gravitasinya, menjadi ajang persaingan dan pertikaian ribuan tahun. Saya
berandai-andai, jika tak ada Golgota, jika tak ada Kuil Sulayman, dan jika tak
ada Qubbah Sakhra, Kota Tua hanyalah sebuah tempat kecil yang tak menarik.
Berada di atas Kota Tua, saya terbayang Musa, Yesus, Umar, Solahuddin al-Ayyubi,
Richard the Lion Heart, the Templer, dan para penziarah Eropa yang
berbulan-bulan menyabung nyawa hanya untuk menyaksikan makam, kuburan, dan
salib-salib. Agama memang tidak masuk akal.

Oleh Guide kami, saya diberitahu bahwa Kota Tua adalah bagian dari Jerussalem
Timur yang dikuasai Kerajaan Yordan sebelum perang 1967. Setelah 1967, Kota Tua
menjadi bagian dari Israel. "Dulu," katanya, "ada tembok tinggi
yang membelah Jerussalem Timur dan Jerussalem Barat. Persis seperti Tembok
Berlin. Namun, setelah 1967, Jerussalem menjadi satu kembali." Yang membuat
saya tertegun bukan cerita itu, tapi pemandangan kontras beda antara Jerussalem
Timur dan Jerussalem Barat dilihat dari ketinggian. Jerussalem Timur gersang dan
kerontang, Jerussalem Barat hijau dan asri. Jerussalem Timur dihuni oleh
sebagian besar Arab-Muslim, sedangkan Jerussalem Barat oleh orang-orang Yahudi.

Saya protes kepada Guide itu, "Mengapa itu bisa terjadi, mengapa
pemerintah Israel membiarkan diskriminasi itu?" Dengan senyum sambil
melontarkan sepatah dua patah bahasa Arab, ibu cantik itu menjelaskan: "ya
akhi ya habibi, kedua neighborhood itu adalah milik privat, tak ada urusannya
dengan pemerintah. Beda orang-orang Yahudi dan Arab adalah, yang pertama suka
sekali menanam banyak jenis pohon di taman rumah mereka, sedang yang kedua
tidak. Itulah yang bisa kita pandang dari sini, mengapa Jerussalem Barat hijau
dan Jerussalem Timur gersang." Dough! Saya jadi ingat Bernard Lewis:
"What went wrong?"

Ada banyak pertanyaan "what went wrong" setiap kali saya menyusuri
tempat-tempat di Kota Tua. Guess what? Kota Tua dibagi kepada empat perkampungan
(quarter): Muslim, Yahudi, Kristen, dan Armenia. Pembagian ini sudah ada sejak
zaman Salahuddin al-Ayyubi. Menelusuri perkampungan Yahudi sangat asri, penuh
dengan kafe dan tempat-tempat nongkrong yang cozy. Begitu juga kurang lebih
dengan perkampungan Kristen dan Armenia. Tibalah saya masuk ke perkampungan
Muslim. Lorong-lorong di sepanjang quarter itu tampak gelap, tak ada lampu, dan
jemuran berhamburan di mana-mana. Bau tak sedap terasa menusuk.

Jika pertokoan di quarter Kristen tertata rapi, di quarter Muslim, tampak tak
terurus. Ketika saya belanja di sana, saya hampir tertipu soal pengembalian
uang. Saya sadar, quarter Muslim bukan hanya kotor, tapi pedagangnya juga punya
hasrat menipu.

Namun, di antara pengalaman tak mengenakkan selama berada di perkampungan Islam
adalah pengalaman masuk ke pekarangan al-Aqsa (mereka menyebutnya Haram
al-Syarif). Ini adalah kebodohan umat Islam yang tak tertanggulangi, yang
berasal dari sebuah teologi abad kegelapan. You know what? Saya dengan bebasnya
bisa masuk ke sinagog, merayu tuhan di tembok ratapan, dan keluar-masuk gereja,
tanpa pertanyaan dan tak ada penjagaan sama sekali.

Tapi begitu masuk wilayah Haram al-Syarif, dua penjaga berseragam tentara
Yordania dengan senjata otomatis, diapit seorang syeikh berbaju Arab,
menghadang, dan mengetes setiap penziarah yang akan masuk. Pertanyaan pertama
yang mereka ajukan: "enta Muslim (apakah kamu Muslim)?" Jika Anda
jawab ya, ada pertanyaan kedua: "iqra al-fatihah (tolong baca
al-fatihah)." Kalau hafal Anda lulus, dan bisa masuk, kalau tidak jangan
harap bisa masuk.

Saya ingin meledak menghadapi mereka. Saya langsung nyerocos saja dengan bahasa
Arab, yang membuat mereka tersenyum, "kaffi, kaffi, ba'rif enta muslim
(cukup, cukup, saya tahu Anda Muslim)." Saya ingin meledak menyaksikan ini
karena untuk kesekian kalinya kaum Muslim mempertontonkan kedunguan mereka. Kota
Tua adalah wilayah turisme dan bukan sekadar soal agama. Para petinggi Yahudi
dan Kristen rupanya menyadari itu, dan karenanya mereka tak keberatan jika semua
pengunjung, tanpa kecuali, boleh mendatangi rumah-rumah suci mereka.

Tapi para petinggi Islam rupanya tetap saja bebal dan senang dengan rasa
superioritas mereka (yang sebetulnya juga tak ada gunanya). Akibat screening
yang begitu keras, hanya sedikit orang yang berminat masuk Haram al-Syarif.
Ketika saya shalat Maghrib di Aqsa, hanya ada dua saf, itupun tak penuh.
Menyedihkan sekali, padahal ukuran Aqsa dengan seluruh latarnya termasuk Qubbat
al-Shakhra sama besarnya dengan masjid Nabawi di Madinah. Rumah tuhan ini begitu
sepi dari pengunjung.

Tentu saja, alasan penjaga Aqsa itu adalah karena orang-orang non-Muslim haram
masuk wilayah mesjid. Bahkan orang yang mengaku Muslim tapi tak pandai membaca
al-Fatihah tak layak dianggap Muslim. Para penjaga itu menganggap non-Muslim
adalah najis yang tak boleh mendekati rumah Allah.

Saya tak bisa lagi berpikir. Sore itu, ingin saya kembali ke tembok ratapan,
protes kepada Tuhan, mengapa anak bontotnya begitu dimanja dengan kebodohan yang
tak masuk akal.

Luthfi Assyaukanie (Facebook)
Tags: luthfie, artikel, jil
Prev: Zionisme, Nasionalisme, dan Israel




________________________________
A Good Credit Score is 700 or Above. See yours in just 2 easy steps! 


      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny.
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links






      

[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to