http://www.antara.co.id/arc/2009/2/1/ekonomi-dunia-dibawah-bayang-proteksionisme/

*Ekonomi Dunia Dibawah Bayang Proteksionisme*


*Davos* (ANTARA News/AFP) - Ketakutan pada proteksionisme tergambar jelas di
Pertemuan Davos dimana para pemimpin pemerintahan dan bisnis berlomba
menekankan bahaya fase berikutnya dari krisis ekonomi bakal mendorong banyak
pemerintah dunia mengeluarkan kebijakan yang menekan volume perdagangan
internasional.

Kemarahan akibat terpangkasnya lapangan kerja sebagai dampak krisis keuangan
dan penggunaan uang rakyat untuk menalangi sistem keuangan bisa membuat
pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan perusahaan-perusahaan
nasional dan menutup pasar produk luar negeri.

Peringatan itu telah dibunyikan oleh satu proposal Kongres AS bertajuk
"Belilah Amerika" yang diantaranya melarang pembelian baja produk asing
untuk proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai pemerintah.

Di Davos, semua pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri China Wen Jiabao,
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, PM Inggris Gordon Brown dan Kanselir
Jerman Angela Merkel, menekankan komitmen mereka pada keterbukaan pasar.

"Proteksionisme perdagangan tidak ada gunanya karena hanya akan memperparah
dan memperpanjang krisis," kata Wen yang negaranya segera mengambilalih
Jerman sebagai eksportir (baja) terbesar dunia.

Menteri Perdagangan India, Kamal Nath, berkata, "Manakala suatu negara
mengalami krisis, maka respon pertama mereka adalah 'mari menjadi
proteksionis.'  Ini adalah langkah pertama namun sungguh sebuah langkah yang
keliru."

Walapun demikian, sudah ada pertanda rakyat marah menghadapi kompetisi
asing, kebanyakan didorong oleh hilangnya pekerjaan mereka.

Minggu lalu di Inggris, serangan hebat menimpa perusahaan penyulingan minyak
terbesar ketiga di negeri itu setelah para pekerja lokal mogok karena
memprotes penggunaan kontraktor-kontraktor Italia dan Portugal dalam sebuah
proyek bisnisnya.

Gary Cohn, wakil kepala operasi bisnis dari bank investasi Goldman Sachs,
mengatakan bahwa simpanan uang rakyat pada bank-bank dan industri otomotif
Amerika Serikat telah diminta oleh rakyat untuk dilindugi dari kompetisi
asing.

"Apakah pemerintah AS akan mengizinkan para produsen otomotif asing
berkompetisi dengan GM (General Motors) dan Chrysler dimana miliaran dolar
AS uang rakyat didalamnya? Mungkin pemerintah AS mengizinkan, tapi apakah
rakyatnya mengizinkan?" tanyanya.

Para pendukung pasar bebas berkilah bahwa perekonomian global yang terbuka
mampu meningkatkan kompetisi sehingga membuat harga-harga turun.  Sistem itu
juga membuat perusahaan-perusahaan nasional yang memiliki daya saing bisa
tumbuh usahanya dengan menjual saham mereka ke pasar luar negeri.

Satu lembaga yang mampu menjalankan fungsi sebagai benteng menghadapi
proteksionisme, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), telah gagal membujuk
anggotanya untuk menyepakati satu pakta perdagangan bebas padahal sudah
tujuh tahun negosiasi mengenai hal ini dilakukan.

Para menteri negara-negara maju Sabtu ini menyetujui ada kesamaan pandangan
untuk menyepakati sebuah pakta baru perdagangan bebas global tahun ini,
namun negosiasi-negosiasi yang rumit akan menghadapi berbagai macam
hambatan.

Direktur Jenderal WTO Pascal Lamy mengingatkan bahwa perdagangan sudah
menjadi korban dari pelemahan ekonomi.

Pemerintah dihantui kenangan Depresi Besar tahun 1930an saat perang dagang
yang dicirikan oleh tingginya tarif impor, telah memperburuk masalah-masalah
ekonomi di zaman itu.

"Dalam krisis 1930an, proteksionisme telah menunda pencarian jalan keluar
mengatasi krisis," kata Presiden Mexico Felipe Calderon.

Para pakar memperingaktkan bahwa langkah yang diambil sebuah negara akan
dengan mudah menghancurkan negara lainnya dan terbukti dari adanya
ketegangan seputar pengaturan ekspor baja oleh sistem hukum AS yang
terangkum dalam paket stimulus ekonomi Presiden Barack Obama.

Kanselir Jerman Angela Merkel yang negaranya memiliki industri otomotif
raksasa mengatakan dia sangat mengkhawatirkan bantuan miliaran dolar AS yang
diberikan pemerintah AS kepada raksasa otomotif GM dan Chrysler akan
meledak.

Penggunaan uang rakyat mestinya tidak harus sebesar itu karena bisa
menimbulkan distorsi dan sungguh sebuah bentuk proteksionisme, kata Merkel.

Sementara itu, Menteri Keuangan Prancis Christine Lagarde yang menyebut kaum
proteksionis sebagai hantu nyata, menuntut proteksionisme hanya dilakukan
sementara dan disetujui oleh mitra-mitra bisnis.

Alan Binder, mantan deputi gubernur bank sentral AS dan seorang ekonom
terkemuka dari Universitas Princeton, berusaha meredakan ketakutan-ketakutan
itu.

"Jika saya sejenak berpikir bahwa kita mungkin mengarah ke perang dagang,
maka saya pantas khawatir.  Paling jelek langkah pemerintah AS itu hanya
menciptakan proteksionisme moderat."

Para konglomerat dan menteri-menteri dunia yang menghadiri Pertemuan Davos
di ketinggian Pegunungan Alpen Swiss ini berharap omongan Alan Binder itu
benar.  (*)


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to