ha..ha..ha..
salah satu founding father pernah mengatakan, "jgn pernah lupakan sejarah"
krn masa sekarang adalah buah dari masa lalu.

Orang yg buta & membutakan sejarah adalah orang yg super bodoh, malah mengais2
kemajuan orang laen, mrasa ikutan sok modern & maju, pdhl msh primitip & ndeso 
haha..

dimas..dimas ikutan milist ini ga pinter2 ya




________________________________
From: masdimas62 <masdima...@gmail.com>
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 27, 2009 3:53:34 PM
Subject: [ppiindia] Re: Pemetaan, Menentukan Kiblat di Era Kejayaan Islam





Hanya orang bodoh aja yang ngelap-ngelap masa lalu 
dan menyesali kejayaan orang lain di hari ini.
Kita hidup di hari ini, Tung. Get up, Man...
Jangan sering onani, akh..
apalagi di depan orang banyak..

--- In ppiin...@yahoogroup s.com, si pitung <sipitung68@ ...> wrote:
>
> andalusia pernah mencapai masa keemasan di jaman islam. Sayang skali byk 
> orang bodoh hanya bs terpesona & terbengong2 
> dg kemajuan bangsa barat saat ini, dan menganggap barat hebat segalanya :p
> 
> bedanya kemajuan yg dicapai muslim dg kemajuan barat skrng adalah, muslim 
> akan MAJU, MODERN apabila menjalankan Alquran & asSunnah
> dg sebaik2nya, SEBALIKNYA barat akan maju apabila meninggalkan agamanya. Udh 
> terbukti khan?!
> 
> lha..klo ada muslim mencontoh 100% barat, maka hasilnya akan menjadi manusia 
> sekuler, mrasa modern, maju, pintar dsbnya
> pdhl sejatinya mereka adalah kaum yg sesat & bodoh.
> 
> orang2 cerdik pandai (beneran! bukan asal cap kaya' orang liberal) sdh 
> menyadari koq, bahwa islam berhasil membuat
> arab yg gersang nan primitp menjadi bangsa yg maju & berperadaban tinggi, 
> melepaskan diri dari belenggu penyembahan kpd berhala manusia, patung dll,
> dan hanya menyembah 1TUHAN yg benar yakni ALLAH SWT.
> 
> hanya orang bodoh lagi pembual saja yg mengagung2kan barat stinggi langit, 
> pdhl dirinya sama skali bukan sapa2 di mata orang barat
> kasihan skali manusia macam itu..:)
> 
> 
> 
> 
> ____________ _________ _________ __
> From: Sandy Dwiyono <sdwiy...@.. .>
> To: nasional-list@ yahoogroups. com; ppiin...@yahoogroup s.com
> Sent: Sunday, April 26, 2009 4:15:55 PM
> Subject: [ppiindia] Pemetaan, Menentukan Kiblat di Era Kejayaan Islam
> 
> 
> 
> 
> 
> http://www.republik a.co.id/berita/ 45621/Pemetaan_ Menentukan_ Kiblat_di_ 
> Era_Kejayaan_ Islam
> 
> Pemetaan, Menentukan Kiblat di Era Kejayaan Islam
> 
> Para ilmuwan Muslim di era keemasan peradaban Islam telah mengembangkan 
> metode pemetaan. Dengan menguasai pemetaan, para astronom mampu menentukan 
> posisi lintang dan bujur tempat-tempat di permukaan bumi. Hasilnya bisa 
> digunakan untuk beragam kepentingan. Salah satunya  untuk menghitung hasil 
> pengamatan posisi benda-benda yang ada di langit.
> 
> Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk Islamic 
> Technology: An Illustrated History mengungkapkan, para astronom Muslim 
> memiliki beberapa cara untuk menemukan koordinat suatu benda di langit. Salah 
> satunya dengan menentukan garis meridian, yakni garis yang melintang dari 
> arah selatan suatu tempat kemudian ditarik hingga ke kutub utara langit dan 
> titik zenith.
> 
> ''Untuk menentukan arah meridian, cara paling sederhana yang digunakan para 
> astronom saat itu adalah dengan mengukur lintang bintang circumpolar, yakni 
> bintang yang cukup dekat dengan kutub langit sehingga selalu muncul 
> horison,'' ungkap al-Hassan dan Hill. Pada saat yang sama,  diukur pula sudut 
> horisontalnya terhadap sebuah titik pada garis horison.
> 
> Menurut al-Hassan, pengukuran itu dilakukan dua kali, ketika bintang berada 
> di timur pengamatan dan ketika  berada di sebelah barat. Menurut al-Hassan 
> dan Hill, garis meridian diperoleh dengan membagi dua sudut horisontal. 
> Selanjutnya penentuan bujur dapat dilakukan dengn mudah, yakni dengan 
> mengamati tinggi matahari dan bintang ketika melewati meridian.
> 
> Selain itu, para astronom Muslim juga sudah mampu menentukan garis lintang. 
> Sayangnya, kata al-Hassan, metode yang digunakan untuk menentukan lintang itu 
> tak seakurat metode penentuan garis bujur.  Guna menentukan lintang yang 
> sangat akurat, papat dia, dibutuhkan alat ukur waktu yang andal bernama 
> Kronometer. "Kronometer yang demikian baru ada setelah pertengahan abad ke-18 
> M, sehingga para astronom Muslim harus menggunakan metode pengukuran lain 
> yang tentu saja tidak bergantung pada keakuratan pengukuran waktu," ungkap 
> al-Hassan dan Hill.
> 
> Untuk menentukan lintang,  para astronom Muslim di era kekhalifahan 
> mengembangkan dua teknik. Pertama, mereka melakukan pengamatan gerhana bulan 
> dari dua tempat berbeda dengan objek pengamatan atau peristiwa yang sama. 
> "Misalnya ketika bulan bergerak menuju bayangan Bumi dan kemudian 
> membandingkan hasilnya,"  tutur al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassan, 
> perbedaan waktu kejadian dari suatu peristiwa serupa di kedua tempat itu 
> merupakan besar perbedaan lintangnya. Sedangkan pada metode kedua, para 
> astronom mengukur jarak ke arah timur-barat suatu tempat dari tempat lain 
> yang diketahui (atau diasumsikan) lintangnya.
> 
> Setelah lintang dan bujur dua tempat diketahui, maka dapat ditentukan arah 
> satu tempat ke tempat lain. Dan besaran yang dihasilkan adalah azimuthnya, 
> yakn besar sudut jurusan yang diukur dari arah utara ke rah timur (searah 
> jarum jam) hingga garis arah kedua titik. "Salah satu aplikasi perhitungan 
> ini, yaitu penentuan arah Makkah dari tempat tertentu (kiblat)," kata 
> al-Hassan dan Hill.
> 
> Penentuan arah Makkah atau kiblat ini merupakan sesuatu yang penting bagi 
> ilmuwan Muslim era kekhalifahan. Para ilmuwan Muslim akhirnya bisa memecahkan 
> penentuan arah kiblat pada abad ke-3 H/9 M sampai ke-8 H/14 M. Ini 
> membuktikan kecanggihan trigonometri yang digunakan para astronom Muslim 
> serta kecanggihan teknik perhitungan yang telah mereka capai.
> 
> "Karena azimuth suatu tempat bersifat relatif terhadap tempat lain dapat 
> ditentukan, secara teoritis akan mungkin untuk membuat jalan atau kanal lurus 
> antara dua kota," jelas al-Hassan dan Hill. Namun, imbuh al-Hassan dan Hill, 
> dalam praktiknya,  hal itu tidak dapat direalisasikan. Pasalnya, rute-rute 
> ditentukan keadaan daerah dan masalah pemilikan lahan. Sementara kanal-kanal 
> itu harus sedekat mungkin dengan daerah pertanian yang akan dialirinya. "Oleh 
> karena itu, rute-rute ditentukan dengan mengingat pertimbangan- pertimbangan 
> praktis ini," kata al-Hassan dan Hill.
> 
> Sebelum penggalian kanal, selain menentukan rute, perlu juga diperhitungkan 
> pendataran tanah sepanjang rute tersebut dari awal hingga akhir. Proses 
> pendataran tanah itu membutuhkan garis pandang horisontal yang pada instrumen 
> modern diperoleh dari benang silang dalam teropong dan sifat datar."Para 
> surveyor Muslim menggunakan beberapa instrumen yang didasarkan pada prinsip 
> yang sama, meski tak satupun yang mempunyai teleskop, mereka memakai 
> penglihatan langsung," ungkap al-Hassan dan Hill.
> 
> Menurut al-Hassan dan Hill, salah satu instrumen yang yang digunakan adalah 
> segitiga logam dengan pengait logam dipatrikan di kedua ujung salah satu 
> sisinya. Unting-unting dengan pemberat seperti bandul di ujungnya dipasang 
> pada tengah-tengah sisi tadi. Dua rambu tegak yang dibagi-bagi dalam graduasi 
> 12 sentimeter dan kemudian dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil 
> ditegakkan oleh asisten pemegang rambu dalam jarak tujuh meter.
> 
> ''Seutas kawat direntangkan antara kedua bambu dan segitiga logam tadi 
> digantungkan dengan kedua pengaitnya di tengah-tengah kawat ini. Salah satu 
> ujung kawat digerakkan ke atas dan ke bawah rambu sampai tali unting-unting 
> tepat menunjukkan sudut bahaw segi tiga,'' papar al-Hassan.
> 
> Metode yang sama juga digunakan pada kayu sepanjang setengah meter dengan 
> lubang mendatar. Pada proses ini juga digunakan bandul logam yang diikatkan 
> pada tengah kayu. Bandul ini berfungsi sebagi garis unting-unting. Kemudian 
> kayu tersebut diletakkan di atas kawat, selanjutnya pendataran dilakukan 
> seperti cara yang telah disebutkan tadi.
> 
> Metode ketiga  yang digunakan para ilmuwan Muslim untuk menetukan sifat datar 
> adalah dengan menggunakan bambu lurus panjang yang salah satu sisinya 
> dilubangi. Bambu tersebut dipegang kedua rambu tegak di masing-masing 
> ujungnya. Dan seorangasisten menuangkan air ke dalam bambu melalui lubang 
> tadi. "Bambu dianggap horizontal jika air yang keluar dari kedua ujungnya 
> sama banyak," kata al-Hassan an Hill.
> 
> Para ilmuwan juga mencatat beda ketinggian, dan pemegang rambu pindah ke 
> titik selanjutnya dalam lintasan rute. Kemudian prosedur yang sama dilakukan 
> kembali. Al-Hassan menambahkan,  "Jika rute sudah selesai dipetakan, total 
> (jumlah aljabar) 'naik' dan 'turun' dari semua titik pangkalan menunjukkan 
> perbedaan tinggi titik awal dan titik akhir.
> 
> Menurut al-Hassan dan Hill, cara yang sama juga digunakan untuk memperoleh 
> kemiringan yang tepat pada penggalian kanal. Sedangkan untuk memperoleh 
> tinggi dan sudut objek-objek yang jauh, para surveyor Muslim menggunakan 
> astrolab.  Di bagian belakang instrumen, pada setengah lingkaran bawahm 
> terdapat sebuah siku-sku atau kadang-kadang sepasang siku-siku dengan ukuran 
> sama.
> 
> Jika astrob digantung secara bebas, alidad atau garis pembidik diatur 
> sedemikian rupa sehingga objek jauh yang perlu diketahui tingginya dapat 
> terlihat melalui pembidik. Demikianlah metode pemetaan yang diterapkan para 
> ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam.  she
> 
> Penentuan Arah Kiblat
> 
> Ada beragam metode untuk menentukan arah kiblat. Guna mencari arah kiblat, 
> diperlukan perhitungan yang cermat dan sedetil mungkin, sehingga diperlukan 
> data yang valid untuk dijadikan bahan hitungan. Beberapa data yang diperlukan 
> itu antara lain; arah utara selatan dan timur barat.
> 
> Untuk menentukan titik utara selatan terdapat beberapa cara, yaitu dengan 
> menggunakan theodolit, tongkatistiwa (sundilan), teropong, kompas. Di antara 
> cara-cara tersebut di atas, yang paling mudah, murah, dan memperoleh hasil 
> yang teliti adalah dengan mempergunakan tongkat istiwa.
> 
> Caranya, tancapkan sebuat tongkat lurus pada sebuah pelataran datar yang 
> berwarna putih cerah. Panjang tongkat sekitar 30 cm dan berdiameter satu cm. 
> Ukurlah dengan lot dan waterpass sehingga pelataran betul-betul datar dan 
> tongkat betul-betul tegak lurus terhadap pelataran. Lalu, lukislah sebuah 
> lingkaran berjari-jari sekitar 20 cm yang berpusat pada pangkal tongkat tadi.
> 
> Kemudian, amati dengan teliti bayang-bayang tongkat beberapa jam sebelum 
> tengah hari sampai sesudahnya. Semula, tongkat akan mempunyai bayang-bayang 
> panjang menunjuk ke arah Barat. Semakin siang, bayang-bayang semakin pendek, 
> lalu berubah arah sejak tengah hari. Kemudian semakin lama bayang-bayang akan 
> semakin panjang lagi menunjuk ke arahTimur. Dalam perjalanan seperti itu, 
> ujung bayang-bayang tongkat akan menyentuh lingkaran sebanyak dua kali pada 
> dua tempat, yaitu sebelum tengah hari dan sesudahnya.
> 
> Selanjutnya kedua sentuhan itu kita beri tanda dan hubungkan antara keduanya 
> dengan garis lurus. Garis ini merupakan arah Barat-Timur secara tepat. Lalu 
> lukislah garis tegak lurus pada garis Barat-Timur tersebut, maka akan 
> memperoleh garis Utara-Selatan yang persis menunjuk titik Utara sejati. she/ 
> berbagai sumber
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


   


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke