http://www.republika.co.id/berita/51298/Kehebatan_Pasukan_Kavaleri_Islam


Kehebatan Pasukan Kavaleri Islam

Tentara Islam dikenal memiliki pasukan berkuda yang sangat hebat.  Di era 
kejayaan Islam,  kekuatan para prajurit Islam benar-benar tertumpu pada 
keahlian berkuda dan memanah.  Sejarah peradaban Islam mencatat, kehebatan 
pasukan berkuda Islam telah menjadi kunci kemenangan dalam berbagai pertempuran 
penting.

Pasukan berkuda biasa disebut kavaleri, yang berasal dari bahasa Latin caballus 
dan bahasa Prancis  chevalier yang berarti "pasukan berkuda".  Ahmad Y 
al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk  Islamic Technology: An 
Illustrated History, mengungkapkan, sebelum Islam berkembang, peradaban lain, 
seperti Bizantium telah memiliki pasukan kavaleri yang tangguh.

Menurut al-Hassan,  pada abad pertama Hijriah (ke-7 M) kavaleri telah menjadi 
kekuatan utama militer Bizantium.  Pasukan kavaleri yang tangguh juga telah 
dimiliki bangsa Persia, jauh sebelum Islam berkembang. Ksatria berkuda Iran,  
Asawira , tutur al-Hassan,  merupakan pasukan yang mampu menurunkan kekuatan 
kavaleri yang lebih besar ke medan perang daripada bangsa Arab.

"Karena pada masa awal perkembangan Islam, jumlah pasukan berkuda dalam 
ketentaraan masih sedikit, khususnya sebelum penaklukan Makkah," papar 
al-Hassan dan Hill.  Tioe medan yang datar dan terbuka, ungkap al-Hassan, 
sangat cocok untuk kavaleri. Namun, bangsa-bangsa Arab, menghindari medan 
perang seperti itu.

Menurut al-Hassan, militer Islam mulai membentuk pasukan berkuda atau kavaleri 
pada zaman Khilafah Rasyidah. Adalah Khalifah Umar bin Khattab (berkuasa pada 
tahun 31-41 H) yang berupaya untuk mengumpulkan kuda bagi tujuan milter dari 
berbagai daerah.  "Hasilnya, terdapat sekitar 4.000 ekor kuda di Kufah. Setelah 
itu,  sedikit demi sedikit strategi kemiliteran Islam berubah, '' ungkap 
al-Hassan.

Pada awalnya, pasukan kavaleri Islam tak terlalu dominan. Berbekal tombak dan 
pedang, pasukan tentara berkuda Islam memaikan peranan penting untuk menyerang 
panggul dan pantat musuh. Perlahan namun pasti, kekuatan kavaleri yang dimiliki 
militer Muslim semakin bertambah besar dan kuat. Pasukan kavaleri tercatat 
menjadi kunci kemenangan tentara Islam dalam perang Yarmuk.

Pertempuran Yarmuk merupakan perang antara tentara Muslim dengan  Kekaisaran 
Romawi Timur pada  636 M. Sejumlah sejarawan menyatakan, Perang Yarmuk sebagai 
salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, menandakan gelombang besar 
pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, 
Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.

Pertempuran ini merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling 
gemilang, dan memperkuat reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan 
kavaleri paling brilian di zaman Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa 
pemerintahan Umar bin Khattab, khilafah Rasyidah kedua. Pertempuran ini terjadi 
empat tahun setelah Nabi Muhammad meninggal pada 632.

Ketika 'Amr bin Al-'Ash menaklukan Mesir pada tahun 37-39 H/ 658-660 M, 
komposisi kekuatannya militer Islam telah berubah dari infanteri menjadi  
pasukan berkuda. Kehebatan pasukan kavaleri Muslim, sekali lagi terbukti dalam 
Pertempuran Sungai Talas pada 751 M antara Kekhalifahan Rasyidah dengan Dinasti 
Tang dari Cina. Bermodalkan pasukan kavalery yang tangguh tentara Muslim 
berhasil meraih kemenangan.

Kemenangan itu membuat Islam menguasai wilayah Asia Tengah dan mulai menyebar 
luas di negeri Tirai Bambu itu. Pasukan kavaleri Islam juga kerap mendapat 
bantuan dri pasukan lain,  misalnya ketika pasukan berkuda Iran, Asawira 
bergabung dengan pasukan Islam dalam penaklukan Khuzistan di bawah pimpinan Abu 
Musa pada tahun 17-21 H/638-642 M.

"Ini hanya salah satu contoh dramatik penyatuan pasukan non-Arab ke dalam 
angkatan bersenjata Muslim," kata Al-Hassan dan Hill. Kala itu, pasukan Islam 
juga merekrut orang-orang Khurasan, Barbar dan Turki. Mereka tetap membawa gaya 
bertempur dan berkuda khas masing-masing. Sehingga tak bisa dipaparkan satu 
gaya khas kavaleri dalam satu pertempuran.

Kekuatan pasukan kavaleri Islam kian bertambah kuat pada era kekuasaan Dinasti 
Mamluk pada abad ke-6 H dan ke-7 H (ke-12 M dan ke-13 M), periode kritis dalam 
sejarah Islam. Mamluk atau Mameluk berarti tentara budak yang telah memeluk 
Islam. Mereka berdinas untuk kekhalifahan Islam dan Kesultanan Ayyubiyah pada 
abad pertengahan.

Mereka akhirnya menjadi tentara yang paling berkuasa dan juga pernah mendirikan 
Kesultanan Mamluk di Mesir. Pasukan Mamluk pertama dikerahkan pada zaman 
Abbasiyyah pada abad ke-9 M. Kala itu, Bani Abbasiyyah merekrut tentara-tentara 
ini dari kawasan Kaukasus dan Laut Hitam dan mereka ini pada mulanya bukanlah 
orang Islam.

Menurut al-Hassan, setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih berkuda. 
Mereka harus mematuhi Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang memasukkan 
nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin mengenai 
taktik perang berkuda, kemahiran menunggang kuda, kemahiran memanah dan juga 
kemahiran merawat luka dan cedera.

Saat itu, pasukan berkuda tersebut juga dilatih menggunakan sejumlah senjata. 
Senjata pasukan berkuda (faris) Mamluk terdiri dari pedang, tombak, panah, 
perisai dan tongkat kebesaran. Tongkat kebesaran terbuat dari besi atau baja 
dengan ujungnya berbentuk kubus, diletakkan di bawah sanggurdi, sementara 
tombak di pegang dengan satu atau kedua tangan, bukan "diluncurkan" atau 
direndahkan untuk menyerang seperti halnya di barat, tetapi digunakan untuk 
berkelahi di atas kuda," jelas Al-Hassan dan Hill.

Faris Mamluk ini melakukan latihan di Tiqab (tunggal:tabaqqa), yakni nama yang 
diberikan untuk barak-barak di benteng Kairo yang dijadikan akademi militer. 
Pelatihan ini dimulai ketika pasukan Mamluk mencapai Puncak kejayaannya. 
Latihan dilakukan secara komprehensif dan dengan disiplin yang ketat. Bahkan, 
kala itu mereka tak takut mengeluarkan biaya pendidikan kemahiran berkuda 
hingga seorang prajurit mampu untuk menunggang kuda tanpa pelana maupun dengan 
pelana, lari meligas, mengderap dan mencongklang, mendatar ataupun melompat. 
"Dia (faris-red) juga harus mengetahui cara merawat kuda ketika sakit," kata 
Al-Hssan dan Hill..

Selain itu, pasukan berkuda yang mengikuti latihan berkuda, harus bisa 
menggunakan kuda sambil memanah dan menggunakan tombak. Saat itu, seorang faris 
harus mampu menyerang target dari berbagai sudut dan pada kecepatan 
berbeda-beda menggunakan kedua senjata itu. Pasukan Mamluk juga sangat terlatih 
untuk menggunakan pedang dengan cara yang sama. Metode-metode ini teruji 
keberhasilannya dengan kemenangan Mamluk atas pasukan Perang Salib dan mongol.

Kehebatan pasukan berkuda Islam juga terlihat saat pasukan Turki Usmani di 
bawah pimpinan Sultan Muhammad al-Fath merebut Konstatinopel pada abad 14 M. 
Mereka sebelumnya harus berenang mengarungi Selat Bospurus (karena laju kapal 
dihadang oleh armada Romawi Byzantium di sepanjang pantai), setelah itu naik 
kuda untuk mengobrak-abrik pasukan musuh dengan serangan panah 
bertubi-tubi.Begitulah, kisah kejayaan  pasukan berkuda tentara Muslim. 

 

Berkuda dalam Islam

Dalam salah satu hadis riwayat Imam Bukhari RA, Nabi Muhammad SAW, menganjurkan 
para sahabatnya termasuk seluruh umat Islam yang mengikuti sunnahnya, agar 
mampu menguasai bidang-bidang olah raga, terutama berkuda, berenang, dan 
memanah. Rasulullah SAW menganjurkan umat Islam menguasai olahraga berkuda, 
memanah, dan berenang, karena terinspirasi peperangan Romawi-Persia, yang 
notabene hanya mengandalkan kekuatan otot perorangan belaka.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW berpikir lebih maju, ia berfikir bahwa peperangan 
Romawi-Persia kurang diimbangi kecerdasan otak yang membentuk kerja sama tim.  
Ketiga olahraga  yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW ini mengandung aspek 
kesehatan, keterampilan, kecermatan, sportivitas, dan kompetisi. Olahraga ini 
memerlukan kekuatan fisik dan intelektualitas yang tinggi.

Dalam Alquran surat  Al-Aadiyaat ayat 1-4 juga tercantum  kisah tentang 
`heroisme’ kuda-kuda yang berlari kencang dalam kecamuk peperangan.  ”Demi kuda 
perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. Dan kuda yang mencetuskan 
api dengan pukulan (kuku kakinya). Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di 
waktu pagi. Maka, ia menerbangkan debu dan menyerbu ke tengah kumpulan musuh.”


Pada zaman Nabi Muhammad SAW terjadi sejumlah perang besar melawan kaum 
musyrikin dan kafirin. Saat itu, terjadi adu kepandaian berkelahi orang per 
orang, baik menggunakan tangan kosong, maupun menggunakan senjata seperti 
pedang atau tombak. Misalnya Perang Badar dalam bahasa Arab disebut  ghazawat 
badr yang merupakan pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan 
musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadhan 2 
Hijriyah.

Pasukan kecil kaum Muslim yang hanya berkekuatan sebanyak 313 orang ini, 
bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. 
Mereka berhasil mengalahkan para musyrikin Quraisy. Kemenangan kaum Muslimin 
dalam perang Badar ini tercantum dalam Alquran, surat Al Anfal ayat 1-10.

Setelah perang Badar, kekuatan militer umat Islam mulai terorganisasi. Ada 
pasukan berkuda (kavaleri) dan pasukan pemanah (artileri), serta pasukan darat 
(infanteri). Kala itu, kondisi fisik mereka harus benar-benar terjaga, walaupun 
dalam keadaan aman mereka menjalankan profesi lain, seperti berdagang, 
mengajar, bertukang, dan sebagainya. Tapi ketika ada mobilisasi untuk 
menghadapi serangan atau harus menyerang, fisik dan mental mereka sangat siap.

Pasukan Islam mengalami prestasi gemilang dalam berperang sambil menjalankan 
ibadah puasa, selain perang Badar, adalah "Futuh Mekah". Penaklukan Kota Mekah 
pada tahun 8 Hijriyah sekitar tahun 630 M. Umat Islam yang sedang berpuasa saat 
itu, dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad saw, berhasil merebut Kota Mekah dari 
kekuasaan kafir Quraisy. Berkat kemenangan itulah, umat Islam yang dulu harus 
hijrah ke Madinah selama delapan tahun, dapat kembali ke tanah kelahirannya 
dengan penuh kebanggaan dan kegembiraan. she/des


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to