http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/06/14/15505375/tidak.ada.negara.besar.karena.utang.

Tidak Ada Negara Besar karena Utang

Minggu, 14 Juni 2009 | 15:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Selama Pemerintah Indonesia tidak berani untuk melakukan 
pemotongan utang, terutama odious debt atau utang haram peninggalan rezim 
Soeharto yang mencapai Rp 600 triliun, janji-janji kampanye tentang penciptaan 
kesejahteraan rakyat tidak akan pernah terwujud. Pasalnya, setiap tahun APBN 
Indonesia terbebani oleh pembayaran cicilan pokok dan bunga utang.

Pada tahun 2009, misalnya, pemerintah menggelontorkan dana sebesar Rp 162 
triliun untuk membayar utang. Angka ini jauh melampaui anggaran Departemen 
Kesehatan sebesar Rp 20 triliun, anggaran Kementerian Lingkungan Hidup Rp 376 
miliar, Departemen Pertahanan Rp 33,6 triliun, dan lainnya.

"Jadi pemerintah harus segera melakukan pemotongan utang. Tidak ada satu negara 
pun yang negara menjadi besar karena utang. Bahkan Amerika yang bisa mencetak 
dollar sendiri. Utang hanya akan menyengsarakan rakyat," ujar dosen Hubungan 
Internasional FISIP UI Syamsul Hadi pada diskusi mengenai utang, Minggu (14/6) 
di Jakarta.

Syamsul kemudian mencontohkan beberapa negara yang berhasil melakukan 
pemotongan hingga penghapusan utang. Presiden Obasanjo di Nigeria, misalnya, 
berhasil mendapatkan pemotongan utang dengan alasan utang yang diambil oleh 
pendahulunya digolongkan sebagai utang haram karena presiden tersebut tidak 
dipilih secara demokratis. Argentina, misalnya, berhasil mengalami pertumbuhan 
di atas 50 persen di tahun 2005 setelah dirinya mendapatkan pemotongan utang.

"Jadi, pemotongan dan penghapusan utang tinggal menunggu political will dari 
pemerintah," ujarnya. Indonesia sendiri, lanjutnya, pernah mendapat penawaran 
pemotongan utang oleh negara-negara kreditor yang dipelopori Kanada, AS, dan 
Inggris pada bulan Januari 2005, atau sebulan setelah terjadi tsunami. "Namun, 
Indonesia dikabarkan menolak penawaran tersebut karena gengsi," ujarnya.

HIN 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke