http://www.harianterbit.com/artikel/rubrik/artikel.php?aid=69694



Sepak terjang dan sebuah strategi
      Tanggal :  15 Jun 2009 
      Sumber :  Harian Terbit 


Oleh Harmoko


ADA apa Golkar dengan Harmoko? 

Pertanyaan inilah yang menggelitik dan tak terhindarkan ketika kita melihat 
sepintas buku ''Quo Vadis Golkar - Mencari Presiden Pilihan Rakyat'' yang 
ditulis Nirwanto Ki S Hendrowinoto, seorang wartawan senior, bersama 
kawan-kawannya.

Buku yang tidak terlalu tebal ini, sepertinya sengaja dilempar ke pasar oleh 
penerbitnya, Kintamani Publishing, ketika perhatian hampir seluruh rakyat 
Indonesia saat ini tertuju kepada sosok 3 calon presiden beserta pasangan 
masing-masing yang sedang sibuk berkampanye.

Ada apa dengan Harmoko dan Golkar, dan ada apa dengan Harmoko dan tiga calon 
presiden yang sedang bertarung saat ini? Itulah pertanyaannya. 

Di negeri ini, siapa pun tahu Harmoko. Seorang wartawan yang bahkan dapat 
disebut sebagai sosok jurnalis  yang sangat fenomenal. Dalam usia begitu muda 
sudah memimpin PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jaya, lalu menjadi Ketua 
Pelaksana PWI Pusat dan tak lama kemudian menjadi menteri. Fenomenal, karena ia 
berhasil merintis karir dari bawah sekali, dari seorang wartawan yang membangun 
grup penerbitan Pos Kota, memimpin organisasi wartawan, lalu menjadi menteri 
selama tiga periode berturut-turut. 

Tak hanya itu, ia pun berhasil naik ke tampuk pimpinan tertinggi sebuah partai 
politik terbesar di negeri ini, Golkar, yang bahkan berkat keuletannya juga 
menjadi kekuatan single mayority di panggung politik nasional saat itu. Lalu 
menjadiKetua DPR/MPR.

Di zaman Orba, peran dan peranan Harmoko harus diakui, ikut mewarnai kehidupan 
perjalanan bangsa. Ia juga berhasil membangun citra dirinya sebagai seorang 
tokoh Golkar yang sukses. Ketokohan Harmoko justru menjadi sangat teruji ketika 
ia dipercaya sebagai Ketua Umum Golkar untuk masa bhakti 1993-1998.

Sebagai Ketua Umum Golkar, narasi sepak terjangnya pun sungguh menarik 
perhatian publik, terutama ia dikenal sebagai tokoh yang sering bicara soal 
nasib wong cilik. Gambaran ketokohannya secara umum inilah yang bisa disimak 
dari pada buku ''Quo Vadis Golkar - Mencari Presiden Pilihan Rakyat''. 

Buku ini, seperti diungkapkan Nirwanto sendiri, untuk melihat sejatinya kisah 
perjalanan Orba dan kaitannya dengan sepak terjang Bung Harmoko, dari seorang 
wartawan, menjadi menteri dan kiprahnya di panggung politik nasional.

Keberhasilan Harmoko itu pulalah yang menarik dan menggelitik Ir. H. Budi Utoyo 
selaku penerbit Kintamani Publishing, yang tertarik menerbitkan buku ini di 
tengah-tengah gonjang-ganjing euforia politik pada Pilpres  tahun 2009.

''Sosok Harmoko punya nilai plus dalam kehidupan berbangsa. Golkar pada waktu 
itu menempatkan diri sebagai single majority dalam memenangkan Pemilu 1997. 
Suatu hasil yang sangat fenomenal. Itu semua karena hasil kerja keras Bung 
Harmoko dalam memimpin Golkar dan timnya,'' ungkap Budi Utoyo.

Keberasilan itu tidak terlepas dengan gaya kepemimpinannya yang selalu membela 
kepentingan wong cilik. Dari situlah akar pohon beringin sebagai simbolisasi 
kekuatan gotong royong Golkar semakin kuat dan sosok Harmoko menjadi ujung 
tombak yang dinamis.

Harmoko sendiri sudah aktif di Golkar sejak awal, sejak organisasi ini masih 
berupa embrio dengan nama Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar pada tahun 1964.  
Pada waktu itu, ia aktif melalui organisasi massa bernsama Sentral Organisasi 
Kekaryaan Swadiri Indonesia (SOKSI), satu dari tiga unsur Trikarya Golkar.

Prolog pada buku ini menyiratkan siapa sejatinya Bung Harmoko, ''Sikap kritis 
dan korektif yang dikembangkan pada tubuh Golkar bukan sekadar basa-basi  
politik. Harmoko dengan gayanya yang ceplas-ceplos, tegas dan terang-terangan, 
berani mengatakan kebenaran di atas kebenaran,'' ungkap Nirwanto.

Sepak terjang dan strategi Harmoko sejak jadi wartawan yang membangun Pos Kota, 
memimpin PWI sampai menduduki kursi Menteri Penerangan selama tiga periode, 
sebagaimana dilukiskan pada buku ini, bukanlah sebuah pemberian atau kado yang 
diberikan Presiden Soeharto kepadanya. Tapi adalah sebuah prestasi besar di 
dalam hidup Harmoko yang diukirnya melalui sepak terjang dan strategi 
tersendiri.

Itu sebabnya, meski kini Harmoko tak lagi duduk di jajaran rumah tangga Golkar, 
 di panggung politik nasional namanya sulit untuk dinafikan. (rel/tbt/lia)




[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke