http://www.radarbanjarmasin.com/berita/index.asp?Berita=Utama&id=76714
Selasa, 29 September 2009 Lingkungan Riam Kanan Rusak Logam Berat Gerogoti PLTA MARTAPURA - Kondisi lingkungan di sekitar bendungan Riam Kanan, Kabupaten Banjar, dari tahun ke tahun semakin rusak. Hal ini pula yang menyebabkan dampak kemarau dirasakan semakin parah, terhadap operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ir PM Noor. Bahkan Kepala PLTA Ir PM Noor memprediksi, pada kemarau yang akan datang PLTA terancam tidak dapat beroperasi, akibat pendangkalan kedalaman waduk. "Semakin hari waduk kian dangkal, akibat banyaknya lumpur yang mengendap di dasar waduk," terangnya. Akibat langsung dari itu menurut Kardoyo, PLTA sekarang tidak lagi bisa beroperasi pada ketinggian air 52 meter. Sebab pada ketinggian air 53 meter sudah terdapat lumpur yang bercampur air masuk dalam turbin, sehingga pengoperasian sangat membahayakan peralatan milik PLTA. "Tahun lalu 52 meter masih bisa beroperasi. Sekarang sudah tidak bisa lagi. Bahkan penyusutan air terus terjadi," terangnya. Endapan lumpur itu menurutnya, akibat rusaknya ekosistem lingkungan di sekitar Waduk Riam Kanan. Diantaranya karena masih maraknya pertambangan ilegal, banyaknya tambak ikan jala apung dan gundulnya hutan-hutan di daerah hulu Riam Kanan, akibat perambahan hutan. "Limbah tambang yang sangat merusak, disamping lumpur juga ada endapan logam berat yang memperpendek usia pakai komponen tertentu," ujarnya. Sementara itu, limbah tambak jala apung menurutnya, membuat plankton-plankton hidup memenuhi peralatan pendingin turbin, sehingga harus memerlukan perawatan ekstra. "Kalau dulu petugas yang melakukan perawatan aman-aman saja membersihkan turbin. Sekarang mereka terkena penyakit gatal setelah membersihkan turbin. Nah ini akibat rusaknya lingkungan," terangnya. Sedangkan gundulnya hutan, baik karena pembukaan lahan baru, maupun akibat penebangan hutan secara illegal, membuat air hujan tidak lagi diserap dengan baik oleh tanah. Tapi langsung mengalir ke daerah aliran sungai yang juga bisa membawa Lumpur. "Jadi, bila musim hujan waduk terancam oleh kelebihan debit air yang tiba-tiba naik, sedang musim kemarau, ketinggian air menurun dengan drastis," ujarnya. Sebenarnya tambah Kardoyo, pihaknya sudah melakukan upaya untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Diantaranya dengan membatasi pembangunan keramba jala apung diperairan Waduk Riam Kanan, melakukan penghijauan terhadap hutan-hutan yang mulai gundul dengan menggunakan dana Community Development (CD) PLTA PM Noor sejak tahun 2005 lalu. "Praktiknya kami berikan masyarakat bibit pohon yang bermanfaat seperti bibit sukun. Tapi tingkat keberhasilan masih rendah, tanaman terbakar pada musim kemarau dan terendam pada saat musim hujan," ucapnya. Nah, ia berharap kerusakan ekosistem bisa menjadi perhatian semua pihak, sebab kerusakan ekosistem ini akan berdampak besar pada pengoperasian PLTA PM Noor kedepan, dimana debit air setiap waktu berubah-ubah dan kiat menyusut. "Kalau ingin PLTA tetap beroperasi ditahun mendatang, ekosistem harus diperbaiki. Kalau tidak, ancaman tidak beroperasi akan terjadi pada tahun mendatang karena debit air yang semakin berkurang," pungkasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Banjar, Drs Sufian AH melalui Kabid Pengawasan Pertambangan, Sufrianto saat dikonfirmasikan soal masih beroperasinya tambang emas ilegal tidak menampiknya. Namun demikian pihakya tidak bisa berbuat banyak, sebab untuk melakukan penertiban memerlukan dana yang lumayan besar, semantara dana yang tersedia sangatlah terbatas. "Kami sudah lakukan koordinasi dengan Balai Tahura Sultan Adam. Kemungkinan dalam waktu dekat mereka akan melakukan penertiban di daerah hulu waduk. Kami hanya membantu saja kalau diminta. Surat pemberitahuannya sudah kami terima," ungkapnya. Sedangkan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH), Ir Farid Soufian Madar saat ditanya soal pencemaran di waduk itu mengaku, belum mengetahui pasti apakah air waduk tercemar atau tidak lantaran belum mengambil sample air ditempat itu. [Non-text portions of this message have been removed]