Jumat, 20/11/2009 11:09 WIB
SBY & Goro-goro Kresno Gugah
Djoko Suud Sukahar - detikNews






Jakarta - Jagad hukum goyang dan terguncang, bak nyala liar lampu minyak 
dipermainkan angin. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kepolisian dan 
Kejaksaan Agung saling merasa benar. Wakil rakyat ikut geger berbalik terbalik 
dengan Tim 8. Sedang presiden mengambil sikap 'netral' yang dikonotasikan 
membiarkan situasi 'chaostis'. Adakah benar ini koco brenggolo, cermin mistik 
yang biasa disebut goro-goro? 

Geger terus berlanjut. Kian hari diikuti kian tidak jelas siapa yang salah dan 
benar. Malah dari hari ke hari semakin mengentalkan asumsi, bahwa banyak pihak 
'bermain', tapi gagal 'memainkan' karena distribusi dana macet, tidak 
terdistribusikan.

Itu alasan, kenapa ribut tak henti-henti itu dipahami rakyat sebagai keonaran. 
Onar soal duit sogokan, yang gara-gara duitnya 'gagal' disogokkan karena 
'dimakan' Ari Muladi, tersulut keributan. Tidak salah jika pandom rakyat, 
konklusi rakyat menyamaratakan, bahwa semua 'penegak hukum' negeri ini tidak 
berdiri tegak. Selalu ada pamrih. Pamrihnya uang.

Keruhnya persoalan membuat tidak ada yang percaya dan bisa dipercaya rakyat. 
Siapa pun yang terlibat dianggap 'pemain' atau sedang 'dimainkan'. 
Sampai-sampai diskusi serta analisis soal ini diasumsikan sebagai bagian dari 
'permainan' itu sendiri.

Di tengah pertanyaan yang melahirkan tanda tanya itu, sandaran rakyat akhirnya 
ke dunia lambang. Sebuah area polyinterpretable yang bebas merdeka ditafsir 
suka-suka. Situasi tidak kondusif yang membiaskan karakter Togog dan Semar, 
serta belum transparannya kebaikan dan keburukan itu diyakini mendekati titik 
akhir. 

Tapi mengapa 'bertanya' ke jagat lambang? Itu karena lambang dari 'dunia 
antah-berantah' itu langsung punya jawaban. Pisau analisis moral tidak 
debatable. Soalnya menimbang dengan hati. Menelisik pancaran mata, roh 
kata-kata, serta gesture tubuh yang berseteru bersaksi. Dari 'pembedahan' 
metafisis ini salah dan benar implisit tampil sebening kaca.  

Dalam dunia lambang, kondisi ruwet sekarang ini masuk episode goro-goro. Sebuah 
situasi tidak kondusif sebelum harmoni kembali hadir. Lakon dalam goro-goronya 
mengambil latar Nggugah Kresno Topo, membangunkan Bathara Kresna yang sedang 
bertapa. Di lakon ini watak 'penggugah' tampil telanjang. Dan watak itulah 
jawaban hari depan, takdir yang bersangkutan.  

Dalam lakon itu, Duryudono membangunkan Kresna sambil memukuli Sang Nata dengan 
pohon. Kalau Kresna tidak bangun, sesepuh Pandawa itu akan mati dengan tubuh 
remuk. Saat itulah 'suara langit' bicara sebaliknya. Ini refleksi 'ngunduh 
wohing pakarti'. Memanen yang ditanam, melukiskan kematiannya dalam Perang 
Bharatayuddha kelak dengan kepala hancur.

Tampil Adipati Karno. Saudara Pandawa Lima yang berpihak pada Kurawa ini 
melempar muka Kresna dengan kotoran. Ini sebagai gambaran kematian ksatria yang 
dilahirkan lewat kuping itu mati dengan kepala terpenggal. Sedang Patih 
Sengkuni yang culas melempari tubuh Kresna dengan kulit pisang sebagai 
simbolisasi kematiannya tragis dengan badan dikuliti.

Bagaimana dengan Arjuna dari Amarta? Dia tidak melakukan kontak fisik. Ksatria 
banyak istri ini membangunkan dengan rogo sukma. Meninggalkan tubuh wadag, 
sukmanya berkelana di Jagat Awang-uwung, mengajak roh titisan Bathara Wisnu 
kembali memasuki jasad Kresna. 

Dalam konteks 'keributan' sekarang ini, Kresna adalah lambang kebenaran sejati. 
Dalam Islam disebut kebenaran Ilahiah. Tak ada manusia yang tahu siapa salah 
dan siapa yang benar selain Gusti Allah dan yang menjalani. 

'Kebenaran sejati' telah dibangunkan. Dia membawa takdir (konsekuensi) sendiri. 
Takdir mendua berujud berkah dan musibah. Terus siapakah yang bakal menerima 
takdir itu? Hendarman Supanji, Kapolri Bambang Danuri, Antasari Azhar, 
Williardi Wizard, Susno Duaji, Bibit-Chandra, Sri Mulyani, Boediono atau Susilo 
Bambang Yudhoyono? 

Yuk kita sama-sama mengikuti dan mencocok-cocokkan 'takdir' mereka dengan 
kemiripan lakon Kresno Gugah.


*) Djoko Suud Sukahar: pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.

(asy/asy) 

 
 


 



Satrio Arismunandar 
Executive Producer
News Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 3542,  Fax: 79184558, 79184627
 
http://satrioarismunandar6.blogspot.com
http://satrioarismunandar.multiply.com  
 
Verba volant scripta manent...
(yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi...)




 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke