Refleksi : Agaknya ini PR untuk Anda yang berpancasila. Benarkah hal-hal yang 
ditulis dibawah ini?


http://swaramuslim.net/more.php?id=A2136_0_1_0_M


Pancasila, Zionisme dan Freemasonry


Katagori : Untold Story / the X files
Oleh : Erros Jafar 01 Jun 2006 - 11:45 pm 

TANGGAL 1 Juni disebut-sebut sebagai hari lahirnya Pancasila. Menurut Syafi'i 
Ma'arif, mantan Ketua PP Muhammadiyah, Pancasila merupakan karya brilian Bung 
Karno. Benarkah demikian? Hal itu diucapkannya pada sebuah teve swasta dalam 
acara memperingati Sewindu Reformasi, Mei 2006 silam. Bagaimana Pancasila dapat 
dikatakan sebagai karya brilian Bung Karno yang telah menggali nilai-nilai 
lokal kemudian diperahnya menjadi lima sila, dan salah satunya berbunyi 
Ketuhanan Yang Maha Esa, padahal hanya Islam yang Tuhannya Maha Esa. Agama 
selain Islam yakni Kristen (Protestan dan Katholik), Hindu, Budha dan Kong Hucu 
(bila diakui sebagai agama), semuanya adalah politheis, tidak Maha Esa.

Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Indonesia bergama Hindu dan animis. Ini 
adalah fakta sejarah. Lalu darimana dasar berargumen BK yang mengatakan bahwa 
ia mengambil saripati nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat Nusantara, dan 
memerahnya menjadi Pancasila. Padahal, animisme tidak ber-Tuhan Yang Maha Esa.

Sepanjang Orde Baru berkuasa, kepada rakyat Indonesia ditanamkan doktrin bahwa 
Pancasila yang bersumber dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang di kalangan 
rakyat, merupakan ajaran yang tak boleh dibantah. 

Doktrin tersebut disosialisasikan pada setiap penataran P-4. Sehingga, kalau 
ada yang berani mengemukakan wacana lain, pasti akan dilibas habis. Tetapi, 
setelah Orba ambruk, berbagai teori yang menggugat asal muasal Pancasila yang 
konon sakti itu, justru banyak bermunculan.

Di antara teori yang muncul itu mengatakan, bahwa sila-sila pada Pancasila 
ternyata memiliki kemiripan yang tak terbantahkan dengan asas Zionisme dan asas 
Freemasonry, seperti Monotheisme (Ketuhanan Yang Maha Esa), Nasionalisme 
(Kebangsaan), Humanisme (Kemanusiaan yang adil dan beradab), Demokrasi 
(Musyawarah), dan Sosialisme (Keadilan Sosial).

Menurut Abdullah Patani, sang pemilik teori, kesamaan sila-sila pada Pancasila 
dengan kelima sila pada asas Zionisme dan asas Freemasonry, tidak terjadi 
secara kebetulan, namun merupakan proses panjang dan sistematis, dimana para 
tokoh-tokoh penggagas Pancasila (Soekarno, Soepomo, dan M. Yamin) sudah sejak 
lama menyerap nilai-nilai zionisme dan freemasonry itu. Juga Ki Hajar 
Dewantara, yang diklaim sebagai bapak pendidikan nasional.

Bahkan Ki Hajar Dewantara sudah memasukkan paham Freemasonry melalui lembaga 
pendidikan Taman Siswa yang sekuler. Sejak awal Taman Siswa menunjukkan 
kecenderungan yang sangat antipati terhadap agama Islam. Antara lain, 
penolakannya untuk memasukkan pendidikan agama ke dalam kurikulum, dan 
menggantikannya dengan pendidikan budi pekerti.

Bung Karno adalah murid Ki Hajar Dewantara dan A. Baars. Sebagai murid, ia 
patuh mengikuti teori yang dicanangkan sang guru. Bahkan, A. Baars sebagai guru 
Bung Karno, dikenal sebagai seorang Belanda yang menjadi anggota Partai Komunis 
pada zaman Semaun. Maka bisa dimengerti, bila Pancasila yang kemudian digagas 
Bung Karno, bagai bersaudara kembar dengan 'pancasila' milik kalangan zionis 
dan freemasonry. Apalagi Bung Karno semasa hidup menunjukkan sikap penghargaan 
yang tinggi terhadap pemikiran Kemal Attaturk, salah seorang anggota 
freemasonry dari Turki. Bahkan Soekarno cenderung meneladani Kemal di dalam 
menghadapi Islam, yaitu melakukan tipudaya terhadap rakyat dan ulama Islam.

Karena itu, Pancasila yang digagas Soekarno bersama penyair Soneta Mohamad 
Yamin dan Soepomo merupakan tipudaya yang sangat nyata. Melalui Pancasila, Bung 
Karno dan tokoh-tokoh nasionalis sekuler ini menciptakan landasan pembenaran 
untuk menerapkan floatisme (salah satu doktrin freemasonry).

Maksud floatisme pada dasarnya menisbikan nilai-nilai agama, mengambangkan 
keyakinan umat beragama, dan mendorong pemeluk agama mencari titik persamaan 
dari agama-agama yang mereka anut. Sehingga yang muncul ke permukaan bukan 
ajaran murni agama, namun sekedar budi pekerti, atau semacam aliran kepercayaan 
yang tidak mempunyai syariah meski mengaku bertuhan yang maha esa.

Meski secara formal Soekarno beragama Islam, namun dia tidak lebih dari musang 
berbulu ayam bagi umat Islam. Pada masa Soekarno, terjadi perpindahan agama 
secara besar-besaran (ribuan orang) dari Islam ke Kristen (Protestan). Bahkan 
pemerintahan Soekarno mendanai badan-badan misionaris Kristen untuk menyebarkan 
agamanya, untuk melakukan Kristenisasi terhadap umat Islam. Lebih jauh, 
Soekarno mengizinkan Kristenisasi di kalangan militer atas biaya pemerintah.

Selain keberpihakannya kepada kristenisasi, Soekarno juga sangat membela 
komunis. Soekarno tahu, komunisme tidak bisa subur di Indonesia karena faktor 
Islam. Karena itu, pertama-tama yang harus dilumpuhkan adalah kekuatan 
revolusioner yang benar-benar hidup di masyarakat, yaitu kekuatan revolusioner 
Islam.

Caranya, mengirimkan tokoh-tokoh partai Masyumi dan Syarekat Islam ke dalam 
penjara. Karena, mereka selama ini telah menjadi kekuatan revolusioner yang 
paling nyata di dalam menghadapi penjajah Belanda dan Jepang. Bila Belanda dan 
Jepang bisa dilawan, apalagi cuma komunisme. Langkah Soekarno selanjutnya 
menerapkan doktrin Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme).

Ketika itu Soekarno berdalih, kita akan berhadapan dengan neo kolonialisme, neo 
penjajah. Untuk menghadapinya, kalangan Islam harus menjalin kerja sama dengan 
komunis, sehingga tercipta kekuatan yang besar. Untuk itu konsep Nasakom 
diperlukan. Ternyata, bahaya neo kolonialisme cuma omong kosong, hanya tipu 
daya Soekarno. Karena konsep Nasakom sesungguhnya hanya untuk membuat komunisme 
berkembang semakin pesat.

Berdasarkan alasan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa Soekarno 
hanya seorang penipu. Pertama, dia telah menipu dengan memberi kesan 
seolah-olah Pancasila itu hasil kerja kerasnya menggali nilai-nilai yang hidup 
di Indonesia. Padahal, sila-sila yang diperkenalkannya itu sama dengan 
sila-sila yaang pernah disampaikan Mohamad Yamin pada 29 Mei 1945. Dan 
sila-sila itu hanya karya contekan dari asas Zionisme dan Freemasonry yang 
diperolehnya dari berbagai literatur.

Kedua, dengan mengintrodusir Pancasila, Soekarno berusaha meredam pertumbuhan 
kehidupan beragama yang sehat. Sebab Pancasila pada dasarnya hanyalah floatisme 
yang diterapkan di Indonesia dengan nama lokal. Ketiga, melalui Pancasila 
Soekarno membawa bangsa Indonesia menerima paham komunis, melalui doktrin 
Nasakom. Upaya ini akhirnya gagal total. Maka, lahirlah Orde Baru dengan 
semangat floatisme yang sama. Orde Baru pun tumbang. Tampaknya kedua orde yang 
penuh laknat itu berlanjut hingga pemerintahan Abdurahman Wahid dan Megawati. 

Sumber : Cedsos.com


Baca di : http://mcb.swaramuslim.net/index.php?section=2&page=-1



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke