Berkurban, Berkorban, dan Berqurban

Oleh: KH. A. Mustofa Bisri


IDUL ADHA -biasa juga disebut Idul Kurban, Hari Raya Adha, Hari Raya Haji,
atau Hari Raya Besar- seperti kita ketahui, adalah hari raya Islam, kembaran
Idul Fitri. Ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, di negeri hijrah itu
telah ada tradisi semacam perayaan tahunan, satu tahun dua kali, yang
disebut Mahrajan. Oleh Kanjeng Nabi, kedua perayaan itu diusulkan diganti
dengan yang lebih baik. Itulah Idul Adha dan Idul Fitri.



Jadi, dari sudut perayaannya, kedua hari raya itu memang boleh dikata
merupakan semacam "pesta rakyat". Hari gembira umat Islam. Tapi, dasar orang
Indonesia, kedua hari bahagia itu di sini malah sering dijadikan pasal
pertengkaran juga. Biasa, gara-gara fanatisme kelompok. Tabiat khas orang
Indonesia dan kaum jahiliyah!


Adha, Haji, atau Kurban, semuanya berasal dari bahasa Quran. Adh-ha yang
berarti kurban (jangan kacaukan dengan korban pakai 'o'! Maknanya lain!)
karena pada hari itu umat Islam merayakannya dengan menyembelih ternak
sebagai tanda bakti dan taat kepada Allah. Sedangkan Qurban bisa berarti
pendekatan. Tentu saja pendekatan kepada Al-Khaliq, Allah Azza wa Jalla.
Kita sering mengistilahkannya dengan taqarrub, mendekat-dekat atau berusaha
dekat kepada-Nya. Karena itu, sejak 1 Dzulhijjah, kita dianjurkan
memperbanyak amalan-amalan ibadah seperti puasa, bersembahyang,
bersilaturahmi, dan berzikir, mengagungkan Allah.


Di saat-saat Idul Adha seperti ini, biasanya umat Islam -"baru"- teringat
kepada Bapak para Nabi, Khalilullah Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail
-alaihimus salaam! Mereka yang teringat pun banyak yang tidak sempat
merenungkan keagungan pengorbanan kedua nabi itu, apalagi sambil
membandingkan kesiapan berkorban diri sendiri.


Bayangkan. Nabi Ibrahim sudah lama sekali ingin mempunyai keturunan yang
dapat melanjutkan perjuangannya. Baru setelah sangat sepuh beliau dikaruniai
Ismail. Tempatkan diri Anda di tempat beliau dan rasakan, betapa gembira dan
bahagianya. Lalu, tiba-tiba setelah si anak ketok moto (membanggakan
dipandang, Red), seperti sudah kita ketahui, Allah memerintahkan untuk
menyembelihnya.

Bagi umumnya kita, kehilangan anak saja sudah merupakan malapetaka, apa pula
dengan menghilangkan anak yang nota bene sudah lama didambakan dan
diidam-idamkan. Adakah keikhlasan berkorban demi kekasih yang sehebat dan
seagung itu?


Ya, ada. Yaitu, keikhlasan berkorban sang putra, Ismail, yang dengan
ketulusan luar biasa menyerahkan nyawanya demi Sang Kekasih yang sama. Dua
hamba Allah telah membuktikan cinta mereka yang agung dengan pengorbanan
yang agung. Anak, belahan jiwa, dan nyawa sendiri! Allahu Akbar!


Keduanya telah membuktikan bahwa pernyataan mereka tulus, bukan pernyataan
kosong yang hanya sebagai kembang lambe (pemanis bibir). Mereka benar-benar
memurnikan kepasrahan hanya kepada Allah. Mengakui dan menyadari bahwa
pemilihan hakiki hanya pada Allah. Bahwa semuanya, tanpa kecuali, adalah
milik Allah, tak berbagi dengan siapa pun, termasuk dengan diri sendiri.


Inna shalaati wanusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi Rabbil 'aalamien; laa
syarieka lahu wa bidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimien. Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku, matiku, semata-mata milik Allah Tuhan sekalian
alam; tak ada seorang pun yang ikut bersama-Nya memiliki. Untuk itulah aku
diperintahkan dan aku adalah orang pertama yang menerima, yang pasrah, yang
Islam!


Maka, sudah sepatutnyalah kedua nabi agung itu mendapatkan tempat terdekat
di sisi-Nya sebagai kekasih-kekasih-Nya.



Sekarang kita, yang setiap saat juga berikrar seperti Nabi Ibrahim AS, Inna
shalaati wanusuki… dan seterusnya. Jangan tanya tentang apakah kita sudah
mampu melepas "kepemilikan" dari diri kita sendiri dan menisbatkannya hanya
kepada Allah? Tanya saja, apakah kita sudah dapat menghilangkan rasa sayang
melepas sebagian "milik" kita demi Allah?


Membeli kambing untuk kurban -meniru Nabi Ibrahim AS- saja, kita membelinya
ngloloni pada bulan-bulan sebelum mendekati Dzulhijjah untuk mendapatkan
harga yang lebih murah. Jika sedang di masjid, ketemu "kotak amal", kalaupun
kita membuka dompet, maka yang kita cari untuk kita masukkan ke dalamnya
adalah pecahan yang terkecil. Ketika dekat Baitullah, rumah Allah, saja kita
tak sudi berkorban sedikit tempat atau sedikit kesempatan kepada sesama
hamba Allah.


Kita memilih berkelahi dengan sesama saudara -yang dilarang Allah- daripada,
misalnya, mengikhlaskan sedikit tempat di maqam mustajab atau sedikit
kesempatan mencium Hajar Aswad kepada sudara kita. Padahal, kita hafal sabda
Nabi Muhammad SAW, "Laa yu'minu ahadukum hattaa yuhibba li akhiihi maa
yuhibbu linafsihi." (Tidak sempurna iman salah seorang di antara kamu
sebelum dia menyukai untuk saudaranya sebagaimana dia menyukai untuk dirinya
sendiri).


Setiap saat kita terus dituntun kehidupan yang serba material untuk semakin
menjadi orang yang kemilikan. Jangankan apa yang kita anggap milik kita
sendiri, "milik" orang pun, kalau bisa, ingin kita kuasai untuk kita
sayangi. Bahkan, kehidupan yang serba material itu, tanpa sepenuhnya kita
sadari, telah menyeret kita kepada mencintai diri sendiri yang berlebihan.


Maka, dalam kondisi seperti itu, berkorban tentu merupakan sesuatu yang
sangat berat, bahkan mungkin ganjil. Lihatlah mereka yang suka berkoar-koar
seolah paling nasionalis atau paling patriot, untuk sedikit berkorban bagi
rakyatnya sendiri pun seperti disuruh njegur sumur (terjun ke dalam sumur).
Apalagi berkorban untuk Allah yang memerlukan pengenalan kepada-Nya.


Bahkan, karena kurang pengenalan ini, justru Allah-lah yang sering
di-"korban"- kan. Masya Allah. Karena tidak tahu bahwa Allah menghendaki
semuanya mendekati-Nya, maka baru merasa memiliki Allah saja, sudah merasa
paling dekat kepada-Nya dan tidak suka bila ada orang lain berusaha ikut
mendekati-Nya.


Karena tidak tahu bahwa Allah menghendaki dan memfitrikan perbedaan, maka
baru "memiliki" keyakinan yang belum tentu benar saja (karena yang mutlak
pasti benar hanya Allah), sudah mentang-mentang melarang orang lain
"memiliki" keyakinan sendiri. Karena tidak tahu bahwa Allah menghendaki
manusia hidup harus saling menghargai, maka baru "memiliki" pengetahuan
sedikit saja sudah tidak sudi mengorbankan waktu untuk mendengarkan orang
lain. Baru memiliki kekuasaan sedikit saja, sudah marah diminta berkorban
untuk mendengarkan dan mencerna kritikan.


Semoga tahun ini kita dapat merayakan Idul Adha dengan mengagung Allah. Bagi
yang mampu, dapat berkurban (dengan 'u') dengan semangat berkorban (dengan
'o') dan menghayati maknanya bagi upaya ber-qurban, mendekatkan diri kepada
Allah. Taqabbalallahu minnaa wa minkum! Taqabbal ya Kariem! []



KH. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut
Thalibin, Rembang, Jawa Tengah.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: ppiindia-dig...@yahoogroups.com
5. No-email/web only: ppiindia-nom...@yahoogroups.com
6. kembali menerima email: ppiindia-nor...@yahoogroups.com
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    ppiindia-dig...@yahoogroups.com 
    ppiindia-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    ppiindia-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke