Refleksi : Bukan kekurangan makanan, tetapi puasa extra sesuai keputusan intern petinggi Depag.
http://jawapos.com/index.php?act=cetak&id=28 Senin, 30 November 2009 ] Jamaah Haji Sidoarjo Kekurangan Makanan Laporan Baehaqi dari Makkah MAKKAH - Kasus kekurangan makanan bagi sebagian jamaah haji Indoneia mewarnai pelaksanaan prosesi haji di Mina. Penyebabnya, diduga ada jamaah nonkuota yang dimasukkan ke sejumlah pemondokan (maktab) Indonesia, sehingga jatah makanan untuk jamaah reguler berkurang. Kekurangan makanan itu terjadi di pemondokan (maktab) 68. Sebagian jamaah kecele ketika mendatangi meja prasmanan. Padahal, mereka sudah antre. Ada puluhan jamaah yang terpaksa makan nasi tanpa lauk-pauk. Peristiwa ini, antara lain, dialami jamaah dari Sidoarjo, Jatim, yang tergabung dalam kloter 54 Surabaya. Masalah itu muncul saat jam makan siang dan malam. Peristiwa itu bahkan berlanjut hingga pagi berikutnya. Jamaah hanya pasrah. Perusahaan katering mengklaim, makanan yang disediakan sudah sesuai jatah. Setelah didatangi petugas dari Panitia Penyelenggara Ibadah Indonesia (PPIH), kontraktor katering berjanji memperhatikan. M. Niam, salah satu jamaah kloter 54 Surabaya, mengakui adanya kekurangan makanan tersebut. Nasi jamaah memang masih ada. Tetapi, lauk-pauknya habis sebelum seluruh jamaah makan. ''Sepertinya pihak maktab tidak menyediakan makanan yang cukup bagi jamaah karena yang tidak kebagian lauk-pauk cukup banyak,'' ujar Niam di pemondokannya kemarin. Selama prosesi haji di Arafah dan Mina, seluruh jamaah haji mendapat jatah makanan yang disajikan secara prasmanan. Mereka mendapat makan tiga kali sehari, sehingga total 16 kali jatah makan. Wakadaker Jeddah Tamriyanto juga mencium munculnya kasus kekurangan makanan tersebut. Dia segera berkoordinasi dengan perusahaan katering. Repotnya, muasasah (konsorsium penyelenggara haji) mengatakan, makanan yang disediakan sesuai jatah. Dari temuan sementara PPIH, diduga maktab 68 tersebut kemasukaan jamaah lain. Di sana ada jamaah yang mengaku dari kloter 4 Banda Aceh. Padahal, jamaah kloter itu mendapat tempat di makbab 67. ''Inilah yang perlu diteliti lebih lanjut,'' ujar Tamriyanto. Dugaan lain, ada jamaah nonkuota yang dimasukkan ke maktab tersebut. Jamaah yang diberangkatkan biro-biro perjalanan di luar koordinasi Departemen Agama (Depag) itu mengenakan seragam telur asin seperti jamaah haji reguler. Penempatannya di Mina dilewatkan muasasah. Adanya jamaah nonkuota yang dimasukkan ke maktab Indonesia itu terdeteksi juga di maktab 64. Di maktab 100 malah lebih parah. Di sana ada jamaah dari berbagai negara yang berbaur dengan jamaah reguler Indonesia. Untuk membuktikan adanya jamaah "selundupan", kelompok bimbingan haji (KBIH) Mabruro yang berangkat bersama kloter 54 di maktab 68 membuat suatu kebijakan. Semua jamaah diminta mengenakan peci saat makan. Pengawasan dilakukan secara ketat. Ternyata makanan habis sebelum seluruh jamaah makan. Padahal, tidak ada jamaah lain. ''Berarti makanan yang disediakan memang kurang,'' kata Niam. Masalah ini juga sudah tercium oleh salah seorang anggota DPR yang melakukan pemantauan. Azrul Azwar, mantan ketua komisi 8, langsung melaporkannya kepada Konsul Haji Syaerozi Dimyati yang juga berada di Mina. Syaerozi menginstruksi agar dilakukan pengawasan ketat. (hq/agm) [Non-text portions of this message have been removed]