http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/09/03432058/pltn..bisa.mendukung.sektor.riil

PLTN Bisa Mendukung Sektor Riil

Rabu, 9 Desember 2009 | 03:43 WIB

Manado, Kompas - Pertumbuhan sektor riil harus didukung dengan kontinuitas 
ketersediaan energi listrik. Untuk itu, Indonesia seharusnya mengembangkan 
pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai salah satu infrastruktur energi.

Pilihan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), menurut Ketua Umum 
Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Mohammad Said Didu, di Manado, Selasa 
(8/12), antara lain, karena nuklir dinilai telah teruji aplikasinya di sejumlah 
negara maju dan relatif ramah lingkungan.

Said Didu terpilih sebagai Ketua Umum PII periode 2009- 2012 dalam Kongres 
XVIII PII, menggantikan Airlangga Hartarto. Adapun Chief Executive Officer PT 
Bakrie Brothers Bobby Gafur Umar terpilih menjadi Wakil Ketua PII.

Namun, Said menyarankan, untuk alasan keamanan, PLTN sebaiknya dibangun di 
pulau-pulau yang tidak dilalui patahan bumi, seperti Kalimantan. Setelah itu 
dihubungkan dengan kabel bawah laut menuju Jawa dan pulau-pulau lain.

”Jangan terlalu pesimistis Indonesia tak dapat menangani nuklir. Gempa juga 
jangan jadi alasan menolak nuklir. Di Jepang ada PLTN di tengah kota meski di 
sana rawan gempa,” ujarnya.

Dijelaskan, biaya produksi listrik berbahan bakar minyak Rp 1.200 per kWh, 
adapun tenaga nuklir hanya Rp 100 per kWh.

Dorongan PII terhadap pemanfaatan nuklir adalah contoh dari sikap PII terhadap 
pemanfaatan teknologi untuk mendorong perekonomian Indonesia. ”PII terus 
menyampaikan usulan-usulan yang sifatnya terobosan. Kami takkan berpikir 
biasa-biasa saja,” katanya.

Bobby Gafur menegaskan, PII sebagai wadah berkumpul para insinyur Indonesia 
akan mengawal teknologi-teknologi terbaru untuk membangun sektor riil. ”Kami 
tak sekadar meminta pemerintah membangun ini-itu. Sesuai keahlian kami di 
bidang rekayasa teknologi, kami memberikan solusi. Teknologi yang kami pelajari 
benar-benar dimanfaatkan untuk sektor riil yang menyerap tenaga kerja atau 
setidaknya memberikan ruang terciptanya pekerjaan baru,” ujarnya.

Menurut Said, PII mengusulkan PLTN, ketimbang pembangkit listrik tenaga arus 
laut, karena teknologinya relatif lebih tepercaya. ”Kami belum tahu pasti 
berapa nilai investasi membangun pembangkit listrik tenaga arus laut,” kata 
Said.

Persoalan energi, kata Said Didu, hanya salah satu fokus perhatian PII selain 
masalah infrastruktur transportasi dan ketahanan pangan. (RYO)


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to