Refleksi : BUMN "go public", siapa yang akan menjadi pemilik publik?
Maju mundurnya sesuatu perusahaan publik atau non-public, tergantung dari managementnya, kalau salah urus akan tidak mencapai targetnya. Di negeri-negeri industri maju ada banyak perusahaan publik (BUMN), karena urusan managementnya beres bisa bersaing di arena internasional. http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=12702 2009-12-28 BUMN "Go Public" Masih Minim [JAKARTA] Pada tahun 2010 yang akan datang, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengharapkan akan banyak perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dapat melantai di BEI melalui mekanisme penerbitan saham umum perdana (initial public offering/IPO). "BUMN sebagai perusahaan besar diharapkan bisa jadi motor kenaikan saham di BEI," ucap Direktur Utama BEI Ito Warsito kepada SP, di Jakarta, Sabtu (26/12). Dia menambahkan, emiten BUMN selain bisa menggerakan bursa juga dapat membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, sayangnya, jumlah privatisasi yang di- lakukan sejumlah perusaha- an pelat merah itu selama ini sangat minim, yakni hanya 15 BUMN saja. Ke 15 itu, yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT BNI Tbk (BBNI), PT BRI Tbk (BBRI), PT BTN Tbk (BBTN), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), PT PGN Tbk (PGAS), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Menurutnya, faktor kekhawatiran pemerintah yang akan kehilangan penerimaan negara disinyalir menjadi kendala utama melantainya perusahaan BUMN di pasar modal. "Ada kecenderungan pemerintah berpikir kalau sahamnya terdilusi maka penerimaan ke negara berkurang," ujarnya. Padahal kata Ito, dengan menjadi perusahaan publik maka perusahaan BUMN akan menjadi semakin transparan dan asetnya dapat meningkat tajam. Misalnya yang terjadi pada Telkom, di mana ketika pertama melantai di bursa nilai saham pemerintah hanya Rp 20 triliun dan sekarang naik menjadi Rp 90 triliun. Sebagaimana diketahui, pada tahun depan akan ada beberapa BUMN yang listing di bursa, yaitu PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Krakatau Steel (KS), PT Garuda Indonesia, PT Perkebunan Nusantara III, IV, dan VII, dan PT Waskita Karya. Tambah dia, BEI berharap akan ada 100 BUMN mau melakukan IPO. Sehingga target kapitalisasi pasar Rp 3.000 triliun pada 2012 dapat tercapai. 25 Perusahaan Sementara itu, pada tahun depan BEI menargetkan akan ada 25 perusahaan yang listing lagi. BEI juga mengharapkan perusahaan pertambangan yang dimiliki asing seperti Freeport Indonesia dan Newmont Mining juga dapat bergabung di tahun depan. "Freeport dan Newmont diharapkan dapat listing BEI karena kami melihat Indonesia kaya sumber daya alam dan energi. Di mana, banyak perusahaan yang bergerak di sektor itu, tapi jumlah perusahaan yang listing sedikit," jelasnya. Menurut Ito penambahan perusahaan di lantai bursa penting agar pasar saham Indonesia tidak bubble, sehingga harga saham di Indonesia tidak akan lebih mahal dibanding harga saham negara lain. "Bubble ini akan terjadi, kalau bursa naik tanpa ada penambahan emiten. Dengan kata lain, kenaikan harga saham itu tanpa didukung fundamental," pungkasnya. Sebelumnya, pada tahun ini BEI menargetkan akan ada 15 emiten baru yang melantai di bursa. Namun nyatanya hanya diperoleh 13 emiten, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO), PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI), PT Inovisi Infracom Tbk (INVS), PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO), PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI), PT Katarina Utama Tbk (RINA), dan PT BW Plantations Tbk (BWPT). Selain itu, ada juga PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Bumi Citra Permai Tbk (BCIP), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT BTN Tbk (BBTN), dan PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST). [LOV/M-6] [Non-text portions of this message have been removed]