CONTOH : sebagian alumni itb melupakan pesan wisuda Bung Karno. 


----- Forwarded Message ----




MEMANG DIMANAPUN KAPANPUN SELAYAKNYA KITA INTROSPEKTIF SELALU..
NILA SETITIK RUSAK SUSU SEBELANGA

SALAM GANESH












getar klik koleseloyola.com
10 March
2006 #1 
eqock
        * View Profile 
        * View Forum Posts 
        * Visit Homepage 
        * View Articles 
Koordinator Keamanan 
Eko Ariesta
KEKL 2005
Join Date
23
September 2005
Location
Birmingham
Posts
6,301
--------------------------------------------------------  
Cukuplah Kampus (ITB)
Mencetak Garong 
ALUMNI
pulang ke kampus punya banyak cerita. Tapi yang muncul bukan  melulucerita 
kesuksesan, malah kesan miris melihat almamaternya
melempem.Setidaknya lontaran-lontaran miris itu terjadi saat Keluarga
Mahasiswa 
ITBmengajak alumni membagi cerita kepada anak-anak baru
angkatan 2004 dan 2005.


Cardiyan HIS, jebolan Teknik Geodesi ITB tahun 1973, tidak ragu 
menyebutkampusnya
sebagai penyokong keterpurukan bangsa Indonesia. PernyataanCardiyan
memang bukan tudingan, jika melihat berapa besar kasus yang
melibatkan jebolan-jebolan ITB. Seperti Deputi Direktur Pembangkit PLN,yangmesti
menginap di Bareskrim Polda Metro Jaya.

"Entah berapa banyak alumni ITB yang menjadi preman, garong, penipu dankoruptor,
yang masih berkeliaran ataupun tidak, dengan bangga mengklaimsebagai
lulusan ITB!" katanya di hadapan puluhan mahasiswa angkatan 
2004 dan2005 di Aula Timur ITB, Minggu (5/3).

Contoh itu, kata President & CEO PT SWI Group, setidaknya menutupi  
kesanpositif jebolan ITB lainnya. Macam penemuan Dr. Dicky Rezadi
Munaf tentangkonstruksi bulan dan Dr. I Gede Wenten untuk proses
pembuatan bir tanpalimbah. Keduanya berturut-turut telah mengantongi pengakuan
dari BadanAntariksa Amerika Serikat (NASA) dan penemuan terbaik dari  
peneliti-penelitiEropa.

Contoh garong itu, sebut Lendo Nevo, alumni ITB dari Departemen  
Perminyakan,sebagai wujud karakteristik manusia yang tidak
memiliki kejujuran. ITB,katanya, selama ini hanya melakukan transfer ilmu
pengetahuan tanpa 
melihatpentingnya pembangunan
karakter manusianya itu sendiri. Fenomena itu tidakhanya
di ITB, tapi menjadi momok serius di perguruan tinggi di Indonesia.

Pendidikan adalah instrumen strategis dalam proses pembangunan 
karakternasional. Proses pendidikan harus mengondisikan
perilaku normatif yangmembentuk karakteristik dan sikap
politik yang mengapresiasi nilai dantradisi
serta budaya bangsa, menghormati kedaulatan rakyat, taat  terhadaphukum,
dan bersikap patriotisme.

Tapi jangan dulu bicara membangun karakter jujur seperti itu, jika parahadirin
di Aula Timur itu hanya kurang dari lima orang yang mengaku  belumpernah 
mencontek ujian atau tugas kuliah. Padahal,
integritas itu muncul
tidak sekonyong-konyong lewat mata
kuliah tiga SKS, tapi pada prinsip yangdibangun
pribadi orang perorang.

Demikian yang ditekankan oleh Hotasi Nababan, alumni Teknik Sipil ITB 
yangsekarang
Dirut PT Merpati Airlines. Hotasi yang mengaku tidak pernahmencontek selama 
kuliah, mengatakan integritas seperti kejujuran itulah 
yangsaat ini menjadi modal lulusan saat mencari kerja.
"*Nggak* usah mikir IPdan jebolan dari mana, kalau
terbukti integritasnya jelek, tetap susah  carikerja," katanya bersungut-sungut.

Seperti pula yang dikatakan oleh Rektor
Magnificius Technische  HoogeschoolBandung
(sekarang ITB), Prof. G. Klopper, M.E. saat mewisuda Soekarno.   Iaberpesan,
"Insinyur Soekarno, ijazah ini dapat robek dan hancur menjadi  abusuatu
saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu-satunya kekuatan yang  biashidup
terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidupdalam hari
rakyat, sekalipun sudah mati."

Tidak cukup ijazah

ITB yang secara fisik berdiri sejak 1920 merupakan kampus teknologi 
pertama,mendahului
Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), dan Universitas  TeknologiMalaysia 
(UTM). Tapi apakah Indonesia lebih maju dibandingkan
Malaysia danSingapura?

Jawabannya, kata Cardiyan, tentu saja belum. Persoalannya bukan ijazahsarjana
terlalu sedikit, tapi minim karya-karya universitas yang dipakaioleh
dunia industri.Karena itu, katanya, ITB harus mulai menerapkan model
seperti ini kepada para mahasiswanya. Harus lebih banyak proses 
latihanmerealisasikan
ide menjadi suatu karya. "Nantinya akan lahir manusia ITByang
berani ambil keputusan, inovatif, dengan keputusan yang tidakbiasa-biasa
saja," ujarnya.

Cardiyan menyadari bahwa tidak semua pada akhirnya menjadi seorang 
entrepreneur.Bisa
menjadi birokrat, politikus, dosen,
peneliti, militer,pendakwah dan lain sebagainya. Namun, baik *enterprenuer* 
atau bukan, 
iatetap bergerak dalam ranah kepentingan rakyat benyak, jujur, dan tanpa  
adakonflik
kepentingan.

Alangkah cemerlang, lanjutnya, manusia ITB yang berdarah sains  teknologijuga 
berinteraksi dengan masyarakat, umum atau industri, dengan  memilikiintegritas
kejujuran dan taat terhadap hukum.Menurut pemimpin majalah Gatra yang juga 
jebolan Teknik Fisika ITB, Budiono
Kartohadiprojo, hal  itubukan
sekadar wacana, jika saja mahasiswa mulai memahami tentang  kewajibandaripada
hak,mengedepankan kreativitas, dan melatih akalnya.*** 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke