Adayang masih ingat dengan pesawat udara tipe N-250,
lansirannya IPTN ?.
 
Konon, pesawat bermesin
turboprop ini mempunyai dimensi lebar sayap 28.00 M dan panjang badan 26.30 M
serta tinggi 8.37 M ini mempunyai kapasitas 50-68 penumpang. Kecepatan jelajah
maksimalnya 610 Km/Jam. Jarak jangkauan jelajah normalnya sejauh 1.480 km, dan
jika ditambahi tangki cadangan dapat mencapai sekitar 2.040 Km.
 

Mungkin juga ada diantara
rakyat Indonesiayang masih ingat, bagaimana saat penerbangan perdana 
prototipenya yang
bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan di tahun 1994 yang lalu.
 
 “Saya
bilang, bahwa sembilan puluh persen penciptaan pesawat ini didasarkan atas 
Al-Quran”,
kata Bj Habibie saat mempromosikan hasil karya dan kerja anak-anak bangsa 
Indonesiaitu.
 

Dr. Ing. Haji Bacharuddin
Jusuf Habibieini di dunia industri
pesawat terbang, terkenal dengan sebutan Mister Crack, lantaran penemuan
rumusnya tentang kelelahan dan retakan serta rekahan sampai ke atom-atomnya di
titik-titik rawan kelelahan. 
 
Rumusan yang biasa disebut
dengan nama Faktor dan Metode Habibie. Suatu rumus yang membuat dunia industri
pesawat terbang menjadi efisien di biaya pembuatannya. Serta dapat diciptakan
pesawat dengan bobot yang jauh berkurang, sementara
kinerja pesawat bisa ditingkatkan lantaran
daya angkut pesawat meningkat dan daya jelajahnya makin jauh. 
 
Sebelum adanya
rumus Habibie ini, para perancang pesawat terbang biasanya meninggikan faktor
keselamatannya (SF) dengan meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas
angka kebutuhan teoritisnya, untuk  mengantispasi
kemungkinan muncul keretakan konstruksi. 
 
Sehingga bobot
pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar (operating empty weight) dapat
disusutkan hingga 10% dari bobot sebelumnya. Bahkan setelah Habibie menyusupkan
material komposit ke rangka tubuh pesawat, angka penurunan bisa mencapai 25% 
dari
bobot sebelumnya. 
 

Kembali ke
soal N-250, bersamaan dengan penerbangan
perdana prototipenya itu, juga ditetapkan adanya Hari
Kebangkitan Teknologi. Seraya dicanangkan dimulainya proyek pesawat tipe N-2130,
pesawat jet berpenumpang 100 orang.
 
Saat itu, muncul harapan
yang membuncah bahwa Indonesiaakan mulai dapat sedikit demi sedikit memenuhi 
sendiri dari sebagian kebutuhannya
akan pesawat udara sebagai jembatan udara dari wilayahnya yang terdiri atas
ribuan pulau.
 
Pesawat karya anak bangsa
itu diharapakan akan dapat mengisi kebutuhan akan pesawat penumpang dengan
rute-rute domestik yang relatif pendek. Maupun kebutuhan angkutan militer bagi
TNI AU, termasuk juga pesawat patroli maritim bagi TNI AL.
 

Harapan yang tidak
berlebihan, mengingat di dasawarsa sebelumnya, IPTN berkoalisi dengan Casa
Spanyol sudah sukses merancang dan memproduksi pesawat CN-235 bermesin
turboprop.

Produksi pertama CN-235
sudah dimulai semenjak Desember 1986. Sebelumnya, IPTN
bekerjasama dengan Casa juga telah cukup lama merancang dan memproduksi CN-212. 
 
Konon, CN-235 bermesin
turboprop ini mempunyai dimensi lebar sayap 25.81 M dan panjang badan 21.40 M
serta tinggi 8.18 M ini mempunyai kapasitas 30-45 penumpang. Kecepatan jelajah
maksimalnya 509 Km/Jam. Jarak jangkauan jelajah normalnya sejauh 796 Km.
 
Pesawat CN-235 lansiran
IPTN ini telah berkali-kali mengikuti berbagai pameran di event tingkat 
internasional.
Termasuk di ikut tampil di Singapore Air Show tahun 2008, walau lokasi stand
nyempil di pojok saja. 
 

Konon menurut
kabar, ada beberapa gelintir negara diluar Indonesiadan Spanyol yang
mempergunakan CN-235 ini. 
 
Diantaranya
adalah Tentara Udara Diraja Malaysia, Angkatan Udara Kerajaan Thailand, Tentara
Udara Diraja Brunei Darussalam, Angkatan Udara dan Angkatan Laut Turki, Angkatan
Udara Pakistan, Angkatan Udara Afrika Selatan, Penjaga Pantai Amerika Serikat. 
 

Sesungguhnya di
lingkungan TNI AL, pesawat CN-235 varian MPA yang dilengkapi dengan seach 
radar, tactical navigation, day light TV,
data handling/ recording, video dan data link, digital communication system,
anti jamming VHF/ UHF, serta sarana lain pendukung
pelaksanaan tugas patroli maritim, dapat diproyeksikan sebagai pengganti peran 
pesawat
Nomad P-837 yang buatan Australia. 
 
Sampai dengan
saat ini, TNI AL mempunyai sebanyak 42 buah pesawat jenis Nomad P-837, termasuk
yang untuk keperluan intai maritim.
 

Kini, IPTN (Industri
Pesawat Terbang Nusantara) sudah beralih nama menjadi PTDI (PT. Dirgantara 
Indonesia)
atau Indonesia Aerospace 
 
Pesawat yang diberi nama
Gatotkaca ini, menjadi mangkrak akibat kekurangan dana pengembangan. 
 

Perjalanan PTDI sendiri
juga kembang kempis, layaknya hidup segan tak mati pun tak mau. Dari IPTN yang 
semula mempunyai sekitar 1.300 sarjana
lulusan luar negeri (dari program beasiswa) kini hanya tinggal 80-an yang masih
bertahan hingga kini.
 

Sungguh
ironis, negara dinyatakan tak mampu menyediakan anggaran untuk mengembangkan
program swadaya di bidang teknologi dirgantara. 
 
Namun
kebalikannya, ternyata negara selalu mampu menomboki dan memblanket guarantee
bank-bank yang merugi dan terancam kolaps, seperti yangn terjadi di kasus BLBI
dan kasus Century.
 
Sementara itu,
ekor dan buntut dari kebijakan penombokan dan blanket guarantee itu setiap
tahunnya terus menerus membebani keuangan negara, yang entah sampai kapan
lunasnya.
 

Ini, sesungguhnya soal ketidak-mampuan ?. Atau,soal ketidak-mauan dan 
keberpihakan serta kecenderungan
hati saja?.
 

Walalahualambishshwab.
 
*
Referensi
bacaan terkait :
        * ‘Opo Ora Hebat ?’, klik di sini .
        * ‘Surat dari Kanada’, klik di sini .
        * ‘Suramadu ide BJ Habibie’, klik di sini .
        * ‘Habibie dan Land Reform’, klik di sini .
        * ‘Prof BJ Habibie dan Century’, klik di
sini .
        * ‘Balada Habibie-Amien-JK-Hatta’, klik di
sini .
        * ‘Habibie dan SBY Presiden Legendaris ?’,
klik di sini .
        * ‘Sri Mulyani algojo bagi Golkar ?’, klik
di sini .
        * ‘Bali berlanjut ke Century’, klik di sini
.
        * ‘Sri Mulyani Wapres 2014-2019’, klik di
sini .
        * ‘Menggagas Safrie & Sri Mulyani’,
klik di sini .
*
 
Gatotkaca Indonesia, Hopo kurang Hebat ?
http://ekonomi.kompasiana.com/2010/02/08/gatotkaca-indonesia-hopo-kurang-hebat/
*


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke