Refleksi : Apakah MUI setuju dipakai wayang orang untuk memeriahkan maulid 
Nabi? Bukankah wayang adalah adaptasi kebudayaan hinduisme?

http://www.antaranews.com/berita/1267101125/peringatan-maulud-nabi-dimeriahkan-wayang-orang

Peringatan Maulud Nabi Dimeriahkan Wayang Orang

Kamis, 25 Pebruari 2010 19:32 WIB | Hiburan | Seni/Teater/Budaya | 
Magelang (ANTARA News) - Tradisi peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW oleh 
komunitas seniman petani Padepokan "Tjipto Boedojo Tutup Ngisor", DI lereng 
Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dimeriahkan pergelaran wayang 
orang dengan lakon "Babat Alas Mrentani", Kamis malam.

"Lakon tersebut sengaja kami tampilkan dengan tujuan agar tahun ini memberikan 
harapan untuk membangun kehidupan baru yang lebih baik," kata pimpinan 
Padepokan "Tjipto Boedojo Tutup Ngisor", Sitras Anjilin, di Magelang, Kamis.

Padepokan yang berdiri pada Tahun 1937 itu memiliki tradisi wajib pentas wayang 
orang empat kali setiap tahun yakni bertepatan dengan peringatan Maulud Nabi, 
Idulfitri, HUT RI, dan Tahun Baru Jawa, Suro.

Ia menjelaskan, lakon "Babad Alas Mrentani" bercerita tentang usaha keluarga 
Pandawa dalam membuka hutan Mrentani di wilayah Wirata untuk dibangun suatu 
kerajaan.

Mereka harus berjuang keras menghadapi berbagai tantangan saat membabat 
pepohonan hutan itu untuk dibangun kerajaan.

Tetapi, katanya, mereka ternyata menemukan Kerajaan Indraprasta di tengah hutan 
itu.

"Keluarga Pandawa selanjutnya membangun Kerajaan Indraprasta menjadi makmur dan 
sejahtera meskipun harus melewati berbagai tantangan. Hidup berbangsa, 
bernegara, dan bermasyarakat kita juga ditandai dengan berbagai tantangan yang 
harus dihadapi melalui kerja keras," katanya.

Rangkaian tradisi Perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW di padepokan itu atau 
dikenal sebagai Mauludan Tutup Ngisor, katanya, ditandai dengan penabuhan 
gamelan di pendopo padepokan itu sejak tujuh hari terakhir.

Selama tujuh hari terakhir, sejak pukul 15.00 hingga 17.30 WIB, katanya, 
keluarga padepokan dengan mengenakan pakaian adat Jawa menabuh gamelan sebagai 
bagian ritual gamelan Mauludan Tutup Ngisor.

Lima gending tanpa syair yang dikumandangkan mereka di pendopo padepokan itu 
adalah Sriwilujeng, Winangrong, Sriwismester, Srirezeki, dan Sridangang.

"Lantunan gending itu memberi pertanda bagi masyarakat bahwa sebentar lagi 
masuk Bulan Maulud," katanya.

Tabuhan gamelan itu juga untuk membangun suasana batin masyarakat Merapi 
terutama keluarga padepokan itu untuk memasuki Bulan Maulud yang ditandai 
dengan pentas wayang orang.

Ia mengatakan, wayang orang dengan lakon "Babat Alas Mrentani" sebagian besar 
dipentaskan oleh kalangan generasi muda padepokan itu.

"Tradisi ini juga menjadi bagian penting dari upaya pewarisan berkesenian bagi 
masyarakat Merapi," katanya.
(U.M029/R009)

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to