Refleksi: Apa salahnya, kalau ketiga "P" rebutan jabatan? Bukankah sangat bagus 
bila kekuasaan berada ditangan keluarga?

http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=showpage&kat=5

[ Selasa, 06 April 2010 ] 


PDIP Punya Calon-Calon Pemimpin Nasional yang Bisa Diorbitkan 
Bantah Puan, Prananda, dan Puti Rebutan Jabatan 


DENPASAR - Sehari menjelang pembukaan Kongres III PDIP, kemarin (5/4) Megawati 
Soekarnoputri menampilkan sejumlah keluarga besar Bung Karno kepada publik. 
Mega yang bakal menjadi calon tunggal ketua umum PDIP itu mengajak dua anaknya 
saat konferensi pers di ruang Rama Sinta, Hotel Inna Grand Bali Beach. 

Mega yang didampingi sang suami, Taufik Kiemas, membawa dua putra-putrinya, 
Puan Maharani dan Prananda Prabowo. Ikut duduk bersama mereka, Puti Guntur 
Soekarnoputra. Satu-satunya yang bukan anggota keluarga hanya Sekjen DPP PDIP 
Pramono Anung. Sementara itu, Ketua OC Kongres Tjahjo Kumolo justru berbaur 
dengan para wartawan.

Prananda, Puan, dan Puti adalah generasi kedua trah Bung Karno. Ketiganya 
merupakan cucu presiden pertama RI. Mega mengatakan sengaja mengajak anggota 
keluarga untuk membuktikan bahwa tidak ada masalah di internal keluarga besar 
Bung Karno. ''Sekarang kami datang untuk dilihat, inilah keluarga besar Bung 
Karno," kata Mega kemarin (5/4).

Mega, ternyata, gerah dengan berkembangnya isu mengenai kontestasi antara Puan, 
Prananda, dan Puti untuk mengincar posisi di DPP PDIP periode mendatang. Dalam 
kongres kali ini, ketiganya memang mendapat peran. Puan menjadi ketua 
penyelenggara kongres, Prananda duduk di steering committee, sedangkan Puti 
menjadi salah satu OC bagian persidangan.

"Inilah kami. Kalau yang muda ingin berkiprah, jangan dikatakan mereka ambil 
pilihan-pilihan (punya kepentingan, Red) tertentu," katanya.

Mega juga kesal bila dirinya dianggap memberi "jalan tol" bagi trah Soekarno 
untuk duduk di struktur DPP PDIP. "Kalau orang lain saya persilakan karena 
partai ini terbuka, mengapa sekiranya anak dan sanak saya (tidak boleh, Red). 
Apalagi, bukan datang dari saya saja,'' kata Mega.

Mantran presiden itu lantas mencontohkan Mangara Siahaan, Jacob Nuwawea, Panda 
Nababan, Sabam Sirait, dan Adang Ruchiatna yang anak atau sanak saudaranya ikut 
aktif di PDIP. "Misalnya, Arar (Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, Red) anaknya 
Sabam," ujarnya. "Jadi, hanya kebetulan kalau dikatakan ini trah Soekarno. 
Alhamdulillah masih disebut, biasanya dimarginalkan,'' imbuh Mega.

Prananda saat dikonfirmasi mengenai kesiapan untuk masuk ke struktur DPP PDIP 
mengatakan bahwa kongres yang akan menentukan hal itu. "Bukan hak saya untuk 
menyatakan tertarik atau tidak," katanya.

Puti menyebut, sebagai kader partai, dirinya tentu siap mengemban segala tugas 
dan amanat partai. "Saya harus siap. Itu kewajiban saya untuk melaksanakan 
sebaik-baiknya,'' ujarnya. Baik Puti maupun Prananda hingga saat ini belum 
pernah duduk di struktur DPP. Namun, Puti telah lolos sebagai anggota DPR.

Pengamat politik dari UI Andrinof A. Chaniago mengatakan, PDIP sebenarnya punya 
stok calon-calon pemimpin nasional yang bisa diorbitkan. Misalnya, Pramono 
Anung, Ganjar Pranowo, dan Budiman Sudjatmiko. Tapi, mereka bisa lenyap ditelan 
zaman karena PDIP terlalu larut pada bayang-bayang Soekarno.

"Figur Megawati jangan sampai menghalangi lahirnya pemimpin-pemimpin nasional 
di PDIP dari luar keluarga Bung Karno,'' kata direktur Cirus Surveyors Group 
itu.

Menurut Andrinof, Mega dan elite PDIP harus jeli melihat perubahan generasi 
pemilih dalam dua pemilu terakhir. Dia menduga, generasi pemilih pada Pemilu 
2014 semakin sedikit memandang penting bayang-bayang Bung Karno dan gaya 
politik heroik zaman perjuangan.

Sebaliknya, mereka akan semakin rasional dan realistis menilai janji politik 
dan sosok tokoh-tokoh politik. "Kalau PDIP terus larut dalam politik gaya 
tradisional dan menghalangi munculnya tokoh-tokoh dari luar keluarga Bung 
Karno, jumlah pemilih PDIP akan terus mengecil mengikuti tren sejak 2004," 
ingat Andrinof. (pri/c6/t

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to