Melayat Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri
sejak yang mati dikuburkan dengan upacara sederhana pagi tadi seisi rumah sudah bisa melipur diri yang mati betapapun disayang tak akan kembali hanya si ayah dan anaknya lelaki tampak masih menyembunyikan sisa kesedihan dalam senyum keki "dia begitu setia membangunkan kita dengan suara lembutnya mengingatkan syukur yang tak tertunaikan dengan sempurna" "yah, kini walad bermain dengan siapa?" si ayah mengelus kepala putranya mencoba menggiring sisa kemurungan mereka tiba-tiba silau mentari menyeruak dari ambang pintu yang terbuka seisi rumah berdiri terkesima "aku mendengar dan memerlukan singgah sebentar" katanya merdu dan direngkuhnya si bocah yang memandangnya lugu semua mata pun berbinar-binar mencair-rebakkan butir-butir airmata haru "semoga tuhan memberi kalian ganti kesayangan baru" allahu akbar! ya tuhan, rahmat apa ini? "ya rasul, hanya burung sederhana kami yang mati mengapa paduka menyempatkan diri melayat kami?" o, bagaimana mendung tahan bergantung jika mentari begini peduli o, alangkah bahagianya umat ini jika secercah saja sinar ini mencerahi dada-dada mereka KH. Dr. A. Mustofa Bisri, Pengajar di Pondok Pesantren Taman Pelajar Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah. -- "...menyembah yang maha esa, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mengasihi sesama..." [Non-text portions of this message have been removed]