Mencari Imam Idola di Negeri Jiran 
                                        Selasa, 29 Jun 2010
                                        
                                        Indonesia pernah punya program sejenis. 
Tapi bedanya, para kontestan  yang tampil justru menjadi "da'i pelawak dan 
penyanyi"
 


Hidayatullah.com--Jika
nama Indonesia disebut oleh media-media asing dalam liputan masalah
perzinaan yang dilakukan oleh  3 artis terkenal, maka nama negeri jiran
Malaysia disebut-sebut dalam isu yang terhormat, yaitu kompetisi
pemilihan "Imam Muda".

Imam Muda adalah sebuah acara pencarian
"idola" yang disiarkan di televisi. Begitu populernya di Malaysia,
hingga media asing seperti Associated  Press dan Wall Street Journal tertarik 
mewartakannya.

Sekilas
acara ini terlihat sama seperti ajang "idol" lainnya. Para peserta
terdiri dari 10 lelaki muda nan gagah dan tampan. Mereka harus
menyelesaikan beberapa tantangan. Dan di akhir pertunjukan peserta dan
penonton berdebar-debar, menanti keputusan siapa yang harus dipulangkan
malam itu.

Kenyataannya, kompetisi yang satu ini sangat berbeda.
Bukan wajah dan fisik yang diandalkan para peserta. Bukan pula
kemahiran menari, menyanyi, atau keluwesan berlenggak-lenggok dan
berpose layaknya model. Justru mereka harus menampilkan sejauh mana
kemampuannya dalam menguasai materi keislaman.

Tantangan pertama
yang harus dilewati peserta adalah memandikan mayat-mayat yang lama
tidak terindentifikasi di kamar mayat, lalu memakamkannya sesuai dengan
tuntunan Islam.

Di lain episode, pria-pria muda itu membantu
polisi menangani pengendara sepeda motor remaja yang ugal-ugalan. Atau
menjadi konselor bagi remaja putri yang hamil di luar nikah.

"Ini
bukan seperti program lain yang tidak mengandung nilai-nilai agama,"
ujar sang juri Hasan Mahmud, seorang mantan imam di masjid nasional
Malaysia kepada AP.

"Tidak ada teriakan atau lompatan.  Kami menyediakan makanan jiwa. Kami tidak 
mencari seorang penyanyi atau  model fesyen."

Para
peserta wajib memperdengarkan suara merdu alunan ayat-ayat Al-Quran.
Bahkan tidak hanya itu, mereka juga harus lulus uji pengetahuan umum
seperti geografi.

"Mereka harus bisa berbicara mengenai berbagai
macam isu sosial. Kami ingin mereka membicarakan tentang banyak hal,
seperti lingkungan dan UFO," kata Izelan Basar, seorang manajer dari
Astro Entertainment yang menayangkan acara tersebut.

Begitu populernya, sampai-sampai laman Imam Muda  di situs jejaring sosial 
Facebook, diminati 30.000 penggemar.

"Kami
berusaha tidak melewatkan satu pun episode, karena (lewat acara itu)
kami belajar hal-hal baru tentang agama kami," kata Fauziana Ismail,
seorang perawat berusia 25 tahun kepada AP. Bersama suami dan
orangtuanya, setiap pekan ia menyaksikan acara tersebut.

"Para
imam muda ini moderen, dan kami memerlukannya. Muslim zaman sekarang
sangat progresif," kata Hafizul Fadly, pemuda 27 tahun yang bekerja
sebagai analis pelayaran.

"Setelah peristiwa 9/11, baik bagi kami  untuk menunjukkan wajah Islam yang 
sesungguhnya, " ujar Hafizul kepada Wall  Street Journal.

Program
acara Imam Muda memberikan harapan positif untuk kemajuan Islam bagi
sebagian orang. Sementara untuk penggemarnya yang lain, terutama kaum
hawa, juga menumbuhkan harapan pribadi.

Siapa yang tidak
kepincut menyaksikan 10 orang pemuda gagah dan rupawan memiliki
kecakapan dan pemahaman yang baik tentang agamanya, tampil di panggung
dengan setelan jas lengkap dan rapi. Para gadis pasti memujanya,
sementara ibu-ibu dan orangtua tak akan sungkan mengambilnya sebagai
menantu.

Jawaranya akan mendapat hadiah melimpah, uang tunai
$6.400, mobil, laptop, beasiswa di sebuah Universitas di Madinah,
pekerjaan sebagai imam di masjid terbesar Malaysia, dan tentu saja
menunaikan ibadah haji gratis.

Tak heran lebih dari 1.000 orang
pemuda berusia 18-27 tahun mendaftar ikut audisi Imam Muda. Mereka
berasal dari berbagai kalangan, ada yang masih mahasiswa, pegawai bank
Islam, da'i, motivator, bahkan petani.

Terpikat dengan salah
satu kontestan? Tak payah mengetik "reg spasi nama idola", karena siapa
konstestan yang harus angkat koper, ditentukan oleh seorang juri saja;
Tuk Hasan Mahmud Al-Hafiz. [di/ ap/wsj/nyd/  www.hidayatullah .com]






Satrio Arismunandar 
Executive ProducerNews Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 3542,  Fax: 79184558, 
79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.comhttp://satrioarismunandar.multiply.com   Verba
 volant scripta manent...(yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi...)



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke