http://ramadan.detik.com/read/2010/08/15/170803/1420815/631/yuk-ngabuburit-bersama-ratu-wilhelmina
Minggu, 15/08/2010 17:08 WIB Yuk Ngabuburit Bersama 'Ratu Wilhelmina' Chaidir Anwar Tanjung - detikRamadan Riau - 'Ratu Wilhelmina' berdiri dengan anggun. Sorot matanya lurus ke depan. Kecantikan dari abad lalu itu seolah tidak pudar. 'Sang Ratu Belanda' itu akan menemani kita menunggu waktu berbuka alias ngabuburit. Tentu saja itu bukan Ratu Wilhelmina asli, melainkan patungnya saja. Sebab Ratu Wilhelmina telah meninggal dunia hampir 48 tahun lalu. Patung tersebut dapat ditemukan di Istana Sultan Siak Sri Indrapura. Keberadaan patung tersebut menunjukkan sejarah panjang Kesultanan Siak dengan Belanda. Sekalipun di bawah tekanan penjajah, namun Kesultanan Siak banyak belajar politik, perdagangan, serta pendidikan. Patung Ratu Wilhelmina dibuat oleh Sultan Siak XI sebagai simbol kedekatan. Hingga kini, patung yang hanya setengah badan itu masih baik kondisinya. "Sampai sekarang, patung Ratu itu masih tersimpan di Istana Siak. Sultan sangat kegum dengan Ratu Wilhelmina sehingga dia berniat membuat patungnya sebagai kenangan di istana," kata Imran Hasan warga Kabupaten Siak dalam perbincangan dengan detikcom beberapa waktu lalu. Kesultanan Siak didirikan sekitar tahun 1723. Dulunya, Kesultanan ini berasal dari Kerajaan Johor, Malaysia. Kerajaan ini selalu membangun tahtanya di sepanjang aliran Sungai Siak yang membentang dari bagian hulunya di Kabupaten Kampar, melintas ke Pekanbaru dan berakhir di Kabupaten Siak, lantas ke laut pantai timur Sumatera. Puncak kejayaan Kesultanan Siak adalah saat Kesultanan XI, yang dipimpin Syarif Hasyim Jalil Syaifuudin atau dikenal Sultan Syarif Kasim I. Kemajuan di bidang politik, ekonomi, maupun pendidikan sangat dirasakan oleh warga Siak. Kala itu, Kesultanan Siak menguasai perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Perkebunan karet milik kesultanan tersebut pun dibuka di mana-mana. Malah Sultan XI ini menguasai sejumlah pertokoan di Singapura. Meski demikian, karena saat itu merupakan masa kolonialisme Belanda, maka Kesultanan Siak secara turun-temurun tidak bisa lepas dari intervensi sang kolonialis. Sultan ke-11 ini dikenal sebagai pribadi yang pandai bergaul dengan negara-negara Eropa. Meski Kesultanan Siak di bawah bayang-bayang tentara Belanda, namun hubungan baik Sultan dengan Kerajaan Belanda sangat harmonis. Karena keharmonisan itulah, Sultan Syarif Kasim I pada sekitar tahun 1889 mendapat undangan khusus dari Kerajaan Belanda untuk menghadiri penobatan Ratu Wilhelmina sebagai pemimpin Kerajaan Belanda yang menggantikan ayahnya, Raja Willem III. Kabarnya, hubungan yang sangat akbrab itu membuat Sultan Siak mendapat penghormatan istmewa dibanding tamu undangan lainnya. Kehormatan yang dimaksud adalah, saat penobatan itu, Sultan Siak diberikan kendaraan kuda kerajaan. Kendaraan itu merupakan kendaraan resmi Kerajaan Belanda yang paling bergengsi. Sementara dari Amerika justru hanya disediakan mobil sebagaimana undangan lainnya. Konon kedekatan Sultan Siak dengan Ratu Wilhelmina saat itu membuat undangan dari Amerika tersinggung. Tamu undangan dari Amerika merasa tidak diperlakukan istimewa karena diberi kendaraan mobil seperti undangan umumnya. Kedekatan tersebut yang melatarbelakangi pembuatan patung Ratu Wilhelmina oleh Sultan Siak. Kini Patung setengah badan yang terbuat dari tembaga itu terpajang di ruang tengah Istana Siak. Wajah patung Ratu Wilhelmina masih terlihat muda. Ingin melihat secara dekat bagaimana patung tersebut? Tidak ada salahnya Anda berkunjung ke Istana Siak sambil menunggu waktu berbuka puasa. [Non-text portions of this message have been removed]