Salam pramuka ....

Menarik analisis yang diungkapkan Kak Hendro. Di luar
kota besar, memang kondisinya seperti itu. Namun di
kota metropolitan, jumlah Gudep yang berpangkalan di
sekolah sudah merosot. Dan tidak banyak sekolah  yang
mewajibkan siswanya menjadi anggota pramuka. [di Koran
Tempo, 5 tahun lalu, saya sudah menulis mengenai tutup
warungnya sejumlah Gudep di SMA dan SMP di Jakarta].  


Jadi faktor sekolah tidak menjadi variabel utama
kurang munculnya Gudep teritorial di kota
metropolitan. Variabel paling penting justru tidak
aktifnya Kwartir Cabang mempromosikan dan membentuk
Gudep teritorial. Mungkin karena kekurangan pembina,
tidak ada dana, tidak mau berkeringat, asyik dengan
status quo, dll. 

Padahal potensi berdirinya Gudep teritorial di
pemukiman baru, yang berada di kota-kota metropolitan
sangat besar.  Mulai muncul keresahan di kalangan
orang tua dari kelas menengah dan atas (yg tinggal di
pemukiman tsb) terhadap pendidikan dan pergaulan
anak-anaknya. Mall, PlayStation dan gaya hidup serta
asesori urban menarik minat anak-anak dan remaja. 

Nah ... apakah Kwarcab siap mewadahi dan memfasilitasi
anak-anak/remaja dari kalangan kelas menengah
tersebut?   Kasus Gudep Al-Mukhlishun di perumahan
Griya Depok Asri bisa menjadi contoh. Setelah saya
menulis Gudep ini di Majalah Tempo [lihat juga di
http://www.pramuka.or.id] banyak telepon  dari
pembaca. Mereka menanyakan Gudep tersebut dan alamat
Kak Lita. Beberapa hari kemudian, harian Republika
menulis Gudep tersebut, satu halaman. 

Teman-teman saya dan para penelpon itu baru ngehh
bahwa mulai ada pramuka di perumahan (mewah lagi).
Selama ini dalam bayangan mereka pramuka itu di
sekolah. Teman saya di Bekasi mau mendaftarkan anaknya
(SD kelas 5) menjadi anggota pramuka. Namun dia tidak
ingin anaknya masuk Gudep sekolah yang ada di Bekasi.
Saya bingung menjawabnya. 

Kak Lita dan orang tua di perumahan Griya Depok Asri,
patut diacungi jempol. Beliau maju terus meskipun  
Kwarcab Depok tidak memberi dukungan. Saya yakin
banyak orang tua lainnya yang merindukan anaknya
mengikuti  aktivitas yang positif pada Sabtu-Minggu,
ketimbang harus ke mall. 

Andaikata Kwarcab Depok, Bekasi, Tangerang aktif
menggarap kompleks perumahan yang dihuni orang tua
muda usia, wah bakal menarik. Saya bayangkan Gudep
sekolah di wilayah tersebut bakal kempes dengan
sendirinya. [juga Kwarcab di kota-kota satelit
Bandung, Semarang,  Yogyakarta, Surabaya, Medan,
Makassar, dll].     
  
Tapi saya ragu ... apakah Kwarcab siap ? Maklum, latar
belakang pengurus plus pelatihnya kebanyakan pegawai
negeri sipil (guru, pejabat dan pensiunan), hanya
sedikit yang kalangan profesional. [jangan salahkan
jika kesan di masyarakat melihat organisasi ini
lambat, birokratis, ketinggalan zaman, kumuh, dll]  

Mudah-mudahan inisiatif Kak Lita dan kakak lainnya
yang juga mendirikan Gudep, mampu menggerakkan kita
[mantan dewan kerja, penegak dan pandega, dll]
mendirikan Gudep teritorial di wilayahnya.  Jika Gudep
ini semakin banyak dan orang tua dari kelas menengah
atas (para profesional) terlibat,  bakal menjadi
sumber daya manusia yang kuat bagi kwartir.   Bukankah
selama 20 tahun ini, SDM  kwartir ranting sampai
nasional, didominasi kalangan birokrat sehingga mereka
berlomba-lomba  menjadikan daerahnya sebagai
provinsi/kabupaten pramuka dan mengejar-ngejar dana
APBN/APBD.    

Wassalam
- uwd - 




--- rimata66 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Salam Pramuka,
> 
> Di Rapat Kerja Daerah Jawa Barat, Kakwarnas hadir di
> malam pembukaan 
> tanggal 9 November 2007.
> 
> Menarik betapa beliau mengharapkan revitalisasi bisa
> "bunyi" di 
> kwarcab-kwatcab sebagai ujung tombak organisasi dan
> tentunya nanti 
> di satuan terdepan, gugus depan.
> 
> Yang menarik adalah pernyataan beliau, " Kita tahu
> bahwa banyak 
> permasalahan di gugusdepan di sekolah. Kita perlu
> untuk menggalakkan 
> gudep teritorial."
> 
> Mungkin belum terbakar semangat karena kemarin
> (kemarin Jawa) baru 
> meresmikan gudep teritorial di perumahan AD.
> 
> Tapi tahukah Kakwarnas persoalan mendasarnya ? 
> 
> Bagaimana gudep teritorial bisa dibangun dan tumbuh
> bila pewajiban 
> siswa jadi Pramuka masih terus jadi kebijakan yang
> dilakukan di 
> kebanyakan sekolah terkecuali di kota-kota besar ?
> Deklarasi 
> Propinsi Pramuka, Kota Pramuka, bahkan kecamatan
> Pramuka segera 
> diikuti dengan gerakan pemakaian seragam Pramuka,
> yang TIDAK DIIKUTI 
> dengan kegiatan latihan dan pembinaan yang
> sungguh-sungguh di 
> sekolah-sekolah tempat gudep-gudep itu berpangkalan.
> 
> Kalau siswa dipaksa pakai seragam Pramuka, dipaksa
> latihan, maka 
> gudep teritorial tidak akan pernah punya anggota
> untuk dibina 
> padahal gudep teritorial selama puluhan tahun justru
> punya sejarah 
> keberhasilan membina anggotanya, sebelum dipaksa
> gulung tikar.
> 
> Saya heran kapan kita bisa sadar dan berhenti
> bergerak dengan angka-
> angka dan masalisasi yang tidak pernah berhasil
> menanamkan nilai-
> nilai kepanduan/kepramukaan di generasi muda kita.
> 
> Gerakan kita harus tumbuh dan berakar. Kita buang
> semua benalu yang 
> membuatnya tidak bisa bertumbuh besar.Kita harus
> berhenti buat dia 
> jadi tanaman cangkokan yang begitu di atas berhenti
> peduli maka ia 
> mati.
> 
> Yang pertama dilakukan adalah membebaskan siswa jadi
> Pramuka. Ia 
> boleh Pramuka di gugus depan manapun yang ia mau.
> 
> Yang kedua, daripada memaksa siswa jadi Pramuka
> dengan 
> menginstruksikan kewajiban itu di sekolah, maka
> Dinas-dinas 
> Pendidikan lebih baik mendukung dan memberi peluang
> agar kegiatan-
> kegiatan Pramuka terdanai kegiatannya sehingga makin
> banyak pula 
> yang mau jadi Pramuka karena tertarik dengan
> kegiatannnya bukan 
> karena dipaksa.
> 
> Harus dipahami juga bahwa tidak setiap guru bisa,
> mau dan mampu jadi 
> Pembina Pramuka. Gagalnya gugus depan di sekolah
> adalah refleksi 
> kenyataan ini. Sudah dipaksa, tapi tak ada yang
> mengelolanya.
> 
> Semoga kita bisa ber-pramuka dengan benar.
> 
> Hendro Prakoso 
> 
> 
> 
> 



      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

Kirim email ke