Kak Untung dan teman2 yang baik,

Saya seorang pekerja profesional
Insya allah masih Pramuka.
Kepada siapapun saya mengaku Pramuka seumur hidup.

Untuk teman2 yang seide mengembangkan Gudep Teritorial di Kota Bekasi, 
Ayo bertemu dan berbicara, mengikuti jejak mbak Lita,
Mudah2an ada jalan terbuka untuk kita .....

  ----- Original Message ----- 
  From: untung widyanto 
  To: pramuka@yahoogroups.com 
  Cc: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, November 20, 2007 5:45 PM
  Subject: [Pramuka] Re: Gudep Teritorial: Siapkah Kwartir ?


  Salam pramuka ....

  Menarik analisis yang diungkapkan Kak Hendro. Di luar
  kota besar, memang kondisinya seperti itu. Namun di
  kota metropolitan, jumlah Gudep yang berpangkalan di
  sekolah sudah merosot. Dan tidak banyak sekolah yang
  mewajibkan siswanya menjadi anggota pramuka. [di Koran
  Tempo, 5 tahun lalu, saya sudah menulis mengenai tutup
  warungnya sejumlah Gudep di SMA dan SMP di Jakarta]. 

  Jadi faktor sekolah tidak menjadi variabel utama
  kurang munculnya Gudep teritorial di kota
  metropolitan. Variabel paling penting justru tidak
  aktifnya Kwartir Cabang mempromosikan dan membentuk
  Gudep teritorial. Mungkin karena kekurangan pembina,
  tidak ada dana, tidak mau berkeringat, asyik dengan
  status quo, dll. 

  Padahal potensi berdirinya Gudep teritorial di
  pemukiman baru, yang berada di kota-kota metropolitan
  sangat besar. Mulai muncul keresahan di kalangan
  orang tua dari kelas menengah dan atas (yg tinggal di
  pemukiman tsb) terhadap pendidikan dan pergaulan
  anak-anaknya. Mall, PlayStation dan gaya hidup serta
  asesori urban menarik minat anak-anak dan remaja. 

  Nah ... apakah Kwarcab siap mewadahi dan memfasilitasi
  anak-anak/remaja dari kalangan kelas menengah
  tersebut? Kasus Gudep Al-Mukhlishun di perumahan
  Griya Depok Asri bisa menjadi contoh. Setelah saya
  menulis Gudep ini di Majalah Tempo [lihat juga di
  http://www.pramuka.or.id] banyak telepon dari
  pembaca. Mereka menanyakan Gudep tersebut dan alamat
  Kak Lita. Beberapa hari kemudian, harian Republika
  menulis Gudep tersebut, satu halaman. 

  Teman-teman saya dan para penelpon itu baru ngehh
  bahwa mulai ada pramuka di perumahan (mewah lagi).
  Selama ini dalam bayangan mereka pramuka itu di
  sekolah. Teman saya di Bekasi mau mendaftarkan anaknya
  (SD kelas 5) menjadi anggota pramuka. Namun dia tidak
  ingin anaknya masuk Gudep sekolah yang ada di Bekasi.
  Saya bingung menjawabnya. 

  Kak Lita dan orang tua di perumahan Griya Depok Asri,
  patut diacungi jempol. Beliau maju terus meskipun 
  Kwarcab Depok tidak memberi dukungan. Saya yakin
  banyak orang tua lainnya yang merindukan anaknya
  mengikuti aktivitas yang positif pada Sabtu-Minggu,
  ketimbang harus ke mall. 

  Andaikata Kwarcab Depok, Bekasi, Tangerang aktif
  menggarap kompleks perumahan yang dihuni orang tua
  muda usia, wah bakal menarik. Saya bayangkan Gudep
  sekolah di wilayah tersebut bakal kempes dengan
  sendirinya. [juga Kwarcab di kota-kota satelit
  Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan,
  Makassar, dll]. 

  Tapi saya ragu ... apakah Kwarcab siap ? Maklum, latar
  belakang pengurus plus pelatihnya kebanyakan pegawai
  negeri sipil (guru, pejabat dan pensiunan), hanya
  sedikit yang kalangan profesional. [jangan salahkan
  jika kesan di masyarakat melihat organisasi ini
  lambat, birokratis, ketinggalan zaman, kumuh, dll] 

  Mudah-mudahan inisiatif Kak Lita dan kakak lainnya
  yang juga mendirikan Gudep, mampu menggerakkan kita
  [mantan dewan kerja, penegak dan pandega, dll]
  mendirikan Gudep teritorial di wilayahnya. Jika Gudep
  ini semakin banyak dan orang tua dari kelas menengah
  atas (para profesional) terlibat, bakal menjadi
  sumber daya manusia yang kuat bagi kwartir. Bukankah
  selama 20 tahun ini, SDM kwartir ranting sampai
  nasional, didominasi kalangan birokrat sehingga mereka
  berlomba-lomba menjadikan daerahnya sebagai
  provinsi/kabupaten pramuka dan mengejar-ngejar dana
  APBN/APBD. 

  Wassalam
  - uwd - 

  --- rimata66 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

  > Salam Pramuka,
  > 
  > Di Rapat Kerja Daerah Jawa Barat, Kakwarnas hadir di
  > malam pembukaan 
  > tanggal 9 November 2007.
  > 
  > Menarik betapa beliau mengharapkan revitalisasi bisa
  > "bunyi" di 
  > kwarcab-kwatcab sebagai ujung tombak organisasi dan
  > tentunya nanti 
  > di satuan terdepan, gugus depan.
  > 
  > Yang menarik adalah pernyataan beliau, " Kita tahu
  > bahwa banyak 
  > permasalahan di gugusdepan di sekolah. Kita perlu
  > untuk menggalakkan 
  > gudep teritorial."
  > 
  > Mungkin belum terbakar semangat karena kemarin
  > (kemarin Jawa) baru 
  > meresmikan gudep teritorial di perumahan AD.
  > 
  > Tapi tahukah Kakwarnas persoalan mendasarnya ? 
  > 
  > Bagaimana gudep teritorial bisa dibangun dan tumbuh
  > bila pewajiban 
  > siswa jadi Pramuka masih terus jadi kebijakan yang
  > dilakukan di 
  > kebanyakan sekolah terkecuali di kota-kota besar ?
  > Deklarasi 
  > Propinsi Pramuka, Kota Pramuka, bahkan kecamatan
  > Pramuka segera 
  > diikuti dengan gerakan pemakaian seragam Pramuka,
  > yang TIDAK DIIKUTI 
  > dengan kegiatan latihan dan pembinaan yang
  > sungguh-sungguh di 
  > sekolah-sekolah tempat gudep-gudep itu berpangkalan.
  > 
  > Kalau siswa dipaksa pakai seragam Pramuka, dipaksa
  > latihan, maka 
  > gudep teritorial tidak akan pernah punya anggota
  > untuk dibina 
  > padahal gudep teritorial selama puluhan tahun justru
  > punya sejarah 
  > keberhasilan membina anggotanya, sebelum dipaksa
  > gulung tikar.
  > 
  > Saya heran kapan kita bisa sadar dan berhenti
  > bergerak dengan angka-
  > angka dan masalisasi yang tidak pernah berhasil
  > menanamkan nilai-
  > nilai kepanduan/kepramukaan di generasi muda kita.
  > 
  > Gerakan kita harus tumbuh dan berakar. Kita buang
  > semua benalu yang 
  > membuatnya tidak bisa bertumbuh besar.Kita harus
  > berhenti buat dia 
  > jadi tanaman cangkokan yang begitu di atas berhenti
  > peduli maka ia 
  > mati.
  > 
  > Yang pertama dilakukan adalah membebaskan siswa jadi
  > Pramuka. Ia 
  > boleh Pramuka di gugus depan manapun yang ia mau.
  > 
  > Yang kedua, daripada memaksa siswa jadi Pramuka
  > dengan 
  > menginstruksikan kewajiban itu di sekolah, maka
  > Dinas-dinas 
  > Pendidikan lebih baik mendukung dan memberi peluang
  > agar kegiatan-
  > kegiatan Pramuka terdanai kegiatannya sehingga makin
  > banyak pula 
  > yang mau jadi Pramuka karena tertarik dengan
  > kegiatannnya bukan 
  > karena dipaksa.
  > 
  > Harus dipahami juga bahwa tidak setiap guru bisa,
  > mau dan mampu jadi 
  > Pembina Pramuka. Gagalnya gugus depan di sekolah
  > adalah refleksi 
  > kenyataan ini. Sudah dipaksa, tapi tak ada yang
  > mengelolanya.
  > 
  > Semoga kita bisa ber-pramuka dengan benar.
  > 
  > Hendro Prakoso 
  > 
  > 
  > 
  > 

  __________________________________________________________
  Never miss a thing. Make Yahoo your home page. 
  http://www.yahoo.com/r/hs


   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.16.2/1142 - Release Date: 11/20/2007 
5:44 PM


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke