--- On Mon, 6/4/09, es <es.200...@gmail.com> wrote:

From: es <es.200...@gmail.com>
Subject: [ptkdk] hidup di negeri yang dikuasai para penipu
To: pt...@yahoogroups.com
Date: Monday, 6 April, 2009, 1:51 PM











    
            









Di jaman yg serba canggih ini, Indonesia begitu hebatnya diuji.
Setelah enam puluh empat tahun merdeka. Ternyata beberapa sisi negeri ini masih
dikuasai oleh para penipu. Negeri ini belum sepenuhnya kembali menjadi milik
rakyat. Milik rakyat yang berdaulat. Ada penipu yang ingin taubat, ada penipu
yang terus menjadi penipu, ada bukan penipu yang tetap istiqomah dan ada bukan
penipu yang ingin menjadi penipu karena terasa nikmat. Semuanya hidup bercampur
berbaur.  

Beberapa bagian Negeri ini masih dikuasai oleh para penipu,
karena rakyat sudah tidak tahu siapa yang menipu dan siapa yang ditipu. Karena
sebagian besar rakyat juga telah belajar menipu dari penipu yang menjelma
menjadi atasan ataupun teman sejawat. Buktinya : 

Ada tukang ban yang menebar paku untuk mencari uang. Ada tukang
jahit yang mengurangi kualitas jahitannya untuk dapat untung banyak. Ada tukang
parkir yang memungut uang parkiran untuk pribadi dan setoran pada yang bukan 
berhak.
Ada penjual bakso yang mencampur baksonya dengan daging tikus atau obat
pengawet mayat. Pedagang yang mengurangi timbangannya. Ada pedagang yang
menyelundupkan barang illegal. Ada penjaga pantai yang mencari barang
selundupan untuk digadaikan. Ada pemeriksa dokumen barang yang mengharapkan tip
dari pemilik dokumen. Ada suster ataupun dokter yang memberikan obat bukan
untuk menyembuhkan penyakit pasiennya. Ada polisi yang menjual surat tilang
untuk menambah pundi-pundi kekayaaan dirinya. Ada lurah yang menjual sertifikat
tanah “tak bertuan”. Ada birokrat yang jual pelayanan. Ada Insinyur
yang makan semen, makan besi, makan aspal atau makan spec. Ada bupati yang
menilep BLT. Ada Pejabat yang menguntit dana bencana. Ada akuntan yang menjahit
laporan keuangan.  Ada selebritis yang kemarin bicara A sekarang bicara B.
Yang saya khawatiri, semoga tidak terjadi sampai kapanpun, bilamana ada tentara
yang membunuh rakyatnya karena ingin naik pangkat. Namun hari ini ada fakta
orang yang profesinya “PALUGADA” (Apa lu mau gue ada),
sampai-sampai si dia menerima pesenan untuk memisahkan nyawa orang dari 
tubuhnya.
 

Beberapa bagian Negeri ini masih dikuasai oleh para penipu,
jadilah rakyat tidak pernah sejahtera. Jadilah rakyat kambing congek belaka.
Jadilah rakyat menikmati debu sengsara. 

Hari ini, begitu banyak janji-janji kandidat wakil rakyat yang
disebar ke ladang rakyat. Begitu banyak kaos disebar agar tergetar . Begitu
banyak bendera dipasang untuk merangsang. Begitu banyak pamphlet ditabur untuk
menghibur. Berton-ton beras untuk memeras. Bermilyar uang pembuat
kunang-kunang. Maka, adakah rakyat dengan hatinya yang tergadai mampu memilah
dan memilih mendudukkan wakilnya yang sejati.  

Hari ini sedang berlaku tarian para kandidat wakil rakyat yang
sebagiannya penipu dan sebagiannya bukan penipu. Mereka meninabobokan rakyat
dengan panggung tarian erotis kesukaan rakyat. Karena dengan begitu rakyat
sedikit lupa dengan kelaparan yang melanda dirinya, rakyat lupa dengan biaya
sekolah yang melilit anaknya. Rakyat lupa dengan kompor yang sudah tidak
menyala. Rakyat… ah susah mengungkapkannya. 

Hari ini, Rakyat dididik dengan gossip selebriti, dididik dengan
sinetron kelas teri, dididik dengan berita tanpa arti. Maka masih adakah rakyat
yang sadar diri. Masih adakah rakyat yang mengenali jatidiri sebagai bangsa
mandiri. 

Wahai rakyat yang sejatinya pemilik negeri ini, bangkitlah untuk
mendudukan wakilmu yang sejati. Bangkitlah untuk menyingkirkan wakil rakyat
yang memperkaya diri sendiri. Bangkitlah dan singkirkan penipu-penipu cerdik
pada tanggal 9 April nanti.  

Sadarlah-sadarlah… waktumu yang lima menit di TPS begitu
berarti untuk nafasmu lima tahun lagi. Jangan engkau wariskan negeri ini pada
para penipu yang menipu anak cucumu. Negeri ini memerlukan sedikit torehan
kecil tinta jarimu. Nageri ini tidak memerlukan lagi torehan darahmu memperbaiki
negeri ini.  

Sadarlah… wakilmu yang kemarin bisa jadi telah menipumu.
Kalau engkau tahu… jangan engkau pilih lagi. Dudukkan wakilmu yang
sejati. Kenalilah dengan bertanya ke kanan dan ke kiri. 

Tahukah kalian… lima manit saat itu, begitu berarti untuk
menjadikan negeri ini hidup bermartabat. Lima menit saat itu mampu memenjarakan
penipu-penipu yang masih menguasai negerimu. Lima manit saat itu, ibarat kalian
di ruang ICU… Lima manit itu benar-benar sangat berarti saat jari-jarimu
menari menorehkan tinta pilihanmu… 

Jangan kau sia-siakan waktu itu… bangkitlah. Sebarkan
nafas kehawatiran ini pada rakyat yang engkau kenal… 

   

Eddy STA87   









 

      

    
    __._,_.
         
        
        








        


        
        

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke