Tidak Ada Kasus Efek Samping PPA di Indonesia / Artikel Terkait: * BPOM: Obat Ber-PPA Aman * Obat Flu dan Batuk di Indonesia Aman Selasa, 21 April 2009 | 20:02 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Sejauh ini tidak ada laporan kasus efek samping pemakaian Phenylpropanolamine/PPA di dalam obat flu dan batuk. Badan Pengawas Obat dan Makanan/BPOM mengatakan, pemakaian PPA di dalam obat flu dan batuk di Indonesia terbilang rendah dosisnya, hanya 15-25 mg per dosis atau 75 mg per hari. "Jadi tidak benar pada 1 Mater 2009, BPOM Amerika Serikat (US-FDA) mengeluarkan pengumuman tentang obat flu dan batuk yang mengandung PPA seperti yang beredar di SMS dan e-mail," kata Kepala BPOM Dr Husniah Rubiana Thamrin Akib di Jakarta, Selasa (21/4). PPA adalah zat aktif dalam obat flu dan obat batuk yang berfungsi sebagai penghilang gejala hidung tersumbat. Menurut Husniah, saat ini tidak ada informasi baru terkait keamanan PPA. Pada bulan November 2000 US-FDA menarik obat yang mengandung PPA karena diduga ada hubungan antara perdarahan otak dan penggunaan PPA dosis besar sebagai obat pelangsing. PPA yang digunakan dalam obat pelangsing di AS sebanyak 150 mg per hari. Penarikan obat yang mengandung PPA di AS diduga ada hubungan antara hemorrhagic stroke dengan penggunaan PPA dosis besar sebagai obat pelangsing. PPA dosis besar sebagai obat pelangsing di AS dijual sebagai obat bebas. Di Indonesia, PPA tidak pernah disetujui sebagai obat pelangsing. Di Indonesia, menurut Husniah, PPA hanya disetujui sebagai obat untuk menghilangkan gejala hidung tersumbat dalam obat flu dan batuk dan tidak pernah disetujui sebagai obat pelangsing. Itu pun dalam dosis yang lebih kecil daripada di AS, yakni 15-25 mg per dosis atau 75 mg per hari untuk dewasa, sedangkan untuk anak berusia 6-12 tahun hanya diperbolehkan 37,5 mg per hari. Di Indonesia juga tidak pernah ada laporan efek samping stroke atau perdarahan otak yang berhubungan dengan penggunaan PPA. "Perlu dipahami, penggunaan obat apa pun juga wajib membaca aturan pakai maupun hal yang perlu diperhatikan," tegas Husniah. Obat flu dan obat batuk yang mengandung PPA atau golongan simpatomimetik (misalnya efedrin, fen ilefrin, pseudoefedrin) tidak boleh digunakan oleh pasien darah tinggi, hipertiroid, penyakit jantung, diabetes, glaucoma, hipertropi prostate atau pasien yang sedang mengonsumsi obat antidepresan golongan penghambat Mono Amin Oxidase (MAO). Apabila obat digunakan sesuai aturan pakai yang telah ditetapkan, kata Husniah, efek samping yang ditimbulkan umumnya ringan dan bersifat sementara. Efek samping tersebut dapat berupa mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, gelisah atau susah tidur. "Jadi masyarakat tidak perlu khawatir mengonsumsi obat flu dan batuk," kata Husniah. PPA tidak mengendap di dalam tubuh, zat aktif PPA ini langsung menghilang keluar tubuh bersama urine. Apalagi dosis yang dipakai dalam obat flu dan batuk lebih kecil dibandingkan di AS sehingga tidak berbahaya dikonsumsi sesuai aturan pakai. LOK http://www.kompas.com/read/xml/2009/04/21/20025252/Tidak.Ada.Kasus.Efek.Samping.PPA.di.Indonesia.
Try cool new skins, plus more space for friends. Download Singapore Yahoo! Messenger now! http://sg.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]