"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala."
(Rm 5:12.15b.17-19.20b-21; Luk 12:35-38)

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah 
kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari 
perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu 
baginya.7 Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika 
ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan 
mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan 
apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka 
berlaku demikian, maka berbahagialah mereka" (Luk 12:35-38), demikian kutipan 
Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan 
sederhana sebagai berikut:
•       Apa yang disebut `persiapan' hemat saya merupakan suatu langkah 
kegiatan penting dalam aneka usaha atau kesibukan kita; dengan persiapan baik 
ada harapan cita-cita atau usaha akan sukses. Persiapan yang baik membuat orang 
yang bersangkutan senantiasa dalam keadaan siap-siaga untuk dipanggil dan 
diutus. Tanpa melecehkan prosfesi lainnya, hemat saya militer dapat menjadi 
contoh dalam hal persiapan. Militer memiliki tugas utama dalam `perang', maka 
ketika tidak berperang pun pada umumnya mereka terus mempersiapkan diri dengan 
berbagai latihan. Dengan kata lain mereka belajar terus menerus. Bagi para 
pelajar atau mahasiswa, tugas belajar juga merupakan persiapan, entah persiapan 
untuk ujian atau profesi masa depan, dalam rangka hidup bermasyarakat, 
berbangsa maupun bernegara. Hidup kita hemat saya juga merupakan persiapan 
untuk mati atau dipanggil Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak 
kita semua untuk mawas diri bahwa tugas atau pekerjaan kita apapun dan 
dimanapun adalah persiapan atau pembelajaran. Sikap mental selama persiapan 
atau belajar antara lain: kerja keras, terbuka, siap sedia terhadap aneka 
kemungkinan dan kesempatan, bergairah, dst.. atau berjaga-jaga seperti satpam 
atau penjaga malam yang baik. Salah satu usaha yang tak boleh dilupakan selama 
persiapan atau belajar menjaga kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Untuk 
menjaga keshatan dan kebugaran jiwa dan raga antara lain tidak melupakan hidup 
doa serta senantiasa berbuat baik jika ada kesempatan, maupun rajin berolahraga 
dan mengkomsumsi makanan sesuai dengan pedoman `empat sehat lima sempurna', 
hidup teratur baik dalam kerja maupun istirahat. Usaha menjaga kesehatan dan 
kebugaran jiwa dan raga ini hendaknya sedini mungkin diusahakan di dalam 
keluarga: anak-anak dibiasakan hidup sehat dan bugar dengan teladan dan 
bimbingan orangtua/bapak-ibu. 
•       "Jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, 
maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan 
anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu 
Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang 
beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang 
beroleh pembenaran untuk hidup"(Rm 5:17-18). Perbuatan atau perilaku kita 
senantiasa berdampak sosial atau mempengaruhi lingkungan hidup serta sesama 
kita. Mengingat hal ini kami harapkan agar kita semua senantiasa berperilaku 
baik dan benar alias berbudi pekerti luhur. Ciri-ciri berbudi pekerti luhur 
antara lain: " bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, 
berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, 
bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, 
bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, 
jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, 
menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, 
pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa 
kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, 
sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, 
tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet"(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman 
Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997). Di antara ciri-ciri 
budi pekerti luhur di atas ciri mana yang sebaiknya lebih kita utamakan untuk 
dihayati, kiranya perlu diperhatikan lingkungan hidup kita masing-masing. 
Unggul dalam salah satu ciri, hemat saya ciri-ciri lain secara inklusif 
terhayati juga. Sekiranya salah satu ciri telah dihayati dengan baik, hendaknya 
terus diusahakan menghayati ciri lain, sehingga semakin banyak ciri-ciri budi 
pekerti luhur tersebut dihayati, dan dengan demikian juga semakin banyak orang 
diselamatkan atau dibahagiakan. 

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi 
Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak 
Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada 
tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada 
dalam dadaku."Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak 
kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN "(Mzm 40:7-10)
Jakarta, 20 Oktober 2009

Note: tulisan sebelumnya, buka: www.ekaristi.org

Kirim email ke