Koreksi kecil: Karen Armstrong adalah bekas biarawati yang
    kemudian menjadi atheis... 

    Analisanya tentang Islam banyak yang salah dan setelah banyak
    orang Islam membom - menurutkan ajaran Islam - maka Karen
    Armstrong itu juga tidak rajin berbunyi lagi. 

    Sesudah perang dunia ke II, ada semacam tradisi dikalangan
    sementara orientalis, seperti juga yang diturutkan oleh M. Watt
    yang berusaha bersikap 'Islamically correct' lalu
    membenar-benarkan kebusukan dan keburukan ajaran Islam. 

    Bagusnya, setelah John Wansbrough yang diikuti oleh murinya
    Patricia Crone dan Michael Cook danorang-orang seperti Rippin,
    orientalis itu pada kembali ke sikap 'scientifically correct'
    dan menelaah kembali sejarah dan sumber-sumber ajaran Islam
    dengan kejujuran intelektuil. 


On 6 Dec 2004, at 6:26, krisnaji2002 wrote:
>
> sdr karen amstrong tidak tau apa - apa mengenai islam, dan apalagi 
> karen amstrong itu katolik
> jadi tidak mengerti apa itu islam.
> arab sendiri juga islam sangat lah membenci kaum kafir (kristen, 
> hindu buddha) bahkan di arab dan afganistan murtad itu dihukum mati. 
> ini membuktikank bahwa islam itu tidak lebih adalah firaun, hitler 
> dan idi amin
> nilai moral dari muhamad apakah yang dicontohkan, melestarikan budaya 
> kawin dibawah umur, melestarikan poligami dan mendobrak tradisi 
> dengan menikahi istri anak angkatnya sendiri.
> sungguh aneh, dimana-mana nilai moral islam ditolak
> 
> 
> 
> 
> 
> --- In [EMAIL PROTECTED], "salib_bening" <[EMAIL PROTECTED]> 
> wrote:
> > 
> > Sdr. Krisnaji, sorry, saya lagi sibuk overtime, tapi membaca 
> posting 
> > anda yang penuh gelora, saya melihat anda masih buta dengan agama 
> > anda sendiri, apakan lagi dengan agama Islam, tetapi anda sudah 
> > berani "besar cakap".
> > 
> > Ini saya copy-paste wawancara Amazon.com dengan Karen Armstrong:
> > 
> > Karen Armstrong, pengarang The Battle for God dan Jerusalem, 
> > menerbitkan buku tentang sejarah Islam. Dalam buku terbarunya, 
> > Islam: A Short History, dia menyajikan tinjauan yang padat tentang 
> > perkembangan politik dan religius dari agama yang selalu 
> > disalahpahami ini. Dimulai dari Muhammad Saw., pembaru dan nabi 
> > spiritual sejati, Armstrong menguraikan sebuah agama dan sebuah 
> > imperium yang tidak mudah didefinisikan ini. Berikut ini wawancara 
> > Brian Buya (BB) dari Amazon.com dengan Karen Armstrong (KA) via 
> > telepon tentang agama monoteis ini.
> > 
> > 
> > BB: Tanpa mengisahkan kembali seluruh autobiografi Anda, Through 
> the 
> > Narrow Gate, dapatkah Anda bercerita ringkas bagaimana seorang 
> > mantan biarawati Katolik seperti Anda menjadi tertarik dengan 
> > sejarah Islam?
> > 
> > 
> > KA: Waktu itu saya pergi ke Yerusalem untuk membuat suatu film 
> > dokumenter tentang Paulus dan sejarah-awal Kristen, yang kemudian 
> > ditayangkan pada 1984. Di Yerusalem itu saya menjumpai tiga agama 
> > monoteis terbesar: Kristen Ortodoks Yunani (yang sudah banyak 
> > dilupakan di Barat sendiri), Yahudi, dan Islam (yang nyaris asing 
> > sama sekali bagi saya). Saya kemudian menyadari, betapapun saya 
> > memiliki latar belakang keagamaan yang kuat, saya tidak memiliki 
> > pengetahuan apa pun tentang ketiga agama ini. Saya juga sadar 
> betapa 
> > pandangan keagamaan saya sangat sempit dan picik. Di Yerusalem, 
> > tentu saja, keterkaitan antara ketiga agama Ibrahimi ini, begitu 
> > juga perseteruan di antara ketiganya, sedemikian jelas. Sejak saat 
> > itu, saya berupaya mempelajari ketiga agama monoteis ini secara 
> > bersama-sama.
> > 
> > 
> > BB: Dalam buku Anda terdahulu (Sejarah Tuhan—peny), Anda melakukan 
> > upaya pengkajian ini dengan penuh semangat. Apakah menurut Anda 
> > seorang pemeluk satu agama tertentu dapat belajar dari agama-agama 
> > yang lain?
> > 
> > KA: Saya pikir, anugerah terbesar pada abad ke-20 ini adalah bahwa 
> > kita dapat belajar untuk pertama kalinya dalam sejarah tentang 
> > kedalaman (makna) agama lain. Hingga abad ke-20, kita pernah 
> > mendengar dari para pengelana berbagai kisah tentang agama-agama 
> > yang ganjil dan menakjubkan di berbagai bagian dunia yang tak kita 
> > kenal. Namun, pada abad ke-20-lah, berkat kemajuan komunikasi dan 
> > penguasaan bahasa, kita mulai memahami agama dan semangat keagamaan 
> > yang mendasari ritus, doktrin, dan praktik keagamaan. Dan menurut 
> > saya, inilah yang mengubah sama sekali pandangan kita terhadap 
> > agama. Kita tidak akan pernah lagi memandang agama kita ataupun 
> > agama lain dengan cara yang sama.
> > 
> > 
> > BB: Apakah Anda melihat sisi kelembutan dan keindahan dari setiap 
> > agama, terutama Islam, telah dipublikasikan oleh media arus utama?
> > 
> > 
> > KA: Tidak. Terhadap Islam, khususnya, media sering bersikap sangat 
> > kasar, terutama di Barat. Sementara orang-orang Barat dapat 
> > menyambut dengan baik agama Hindu dan Buddha, mereka masih saja 
> > memperlihatkan kebencian kepada Islam. Sikap permusuhan ini telah 
> > begitu merasuk di dalam kebudayaan Barat. Ini dapat dirunut kembali 
> > ke masa Perang Salib, suatu masa ketika Barat mulai menemukan jati 
> > dirinya pada abad ke-11 dan ke-12. Para tentara salib telah 
> > membantai ribuan orang-orang Yahudi dan Muslim, dan sejak itu, 
> > Yahudi dan Muslim dipandang oleh Kristen Barat di Eropa sebagai 
> > musuh terhadap peradaban yang bermoral.
> > Ya, pandangan kita tentang bahaya anti-Semitisme (baca: Yahudi— 
> > penerj.) memang berubah sama sekali selama Perang Dunia II, tetapi 
> > Islam masih terus dipandang secara stereotip. Barat terus memendam 
> > prasangka lama (terhadap Islam). Mereka mengatakan bahwa Islam pada 
> > hakikatnya adalah agama kekerasan yang disebarluaskan dengan 
> pedang. 
> > Itulah mitos yang terus dipropagandakan ketika orang-orang Kristen 
> > di Barat memaklumkan perang suci yang tak beralasan, brutal, dan 
> > kasar terhadap orang-orang Muslim di Timur Dekat. Potret stereotip 
> > tentang Islam ini sering lahir dari kecemasan tersembunyi terhadap 
> > perilaku Barat itu sendiri, yang kemudian dialihkan dan diarahkan 
> > kepada Islam. Pada Abad Pertengahan, Barat mencela kaum Muslim 
> > karena member! kemerdekaan yang terlalu besar kepada kaum 
> perempuan. 
> > Kini, orang-orang Barat berusaha membebaskan diri dari kekangan 
> masa 
> > lalu Kristen, dan membalik sama sekali stereotip lama itu.
> > 
> > 
> > BB: Dalam buku ini, Anda mengatakan bahwa Barat memelihara "mitos 
> > tentang intoleransi Islam yang fanatik". Dan salah satu tema buku 
> > Anda adalah egalitarianisme, toleransi, komunitas-spiritual Al-
> > Quran, dan imperium-awal Islam.
> > 
> > KA: Memang, pada kenyataannya Islam memiliki catatan yang jauh 
> lebih 
> > baik dalam hal toleransi dibandingkan dengan Kristen Barat. Islam 
> > selalu mampu mengakomodasi tradisi agama lain. Al-Quran merupakan 
> > dokumen yang pluralistik. Muhammad Saw. tidak pernah mengajak orang-
> > orang Yahudi dan Kristen untuk masuk Islam, kecuali jika mereka 
> > sendiri menghendakinya, karena mereka itu toh telah memiliki wahyu 
> > yang sah bagi diri mereka. Mereka itu termasuk Ahli Kitab, yang 
> > memegang wahyu terdahulu, dan wahyu itu adalah kebenaran (dari 
> > Tuhan). Muhammad Saw. mengatakan bahwa dia membawa agama sejati 
> > Tuhan kepada orang-orang Arab karena mereka belum memiliki rasul-
> > rasul sebelumnya. Jadi, yang ingin saya tunjukkan di dalam buku ini 
> > adalah bahwa egalitarianisme, spiritualitas yang mendalam, dan 
> > kepedulian pada keadilan sosial merupakan tujuan tertinggi dalam 
> > spiritualitas Islam. Pesan utama Al-Quran adalah bahwa kita tidak 
> > boleh hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi harus membagi-
> bagikan 
> > kekayaan secara merata, membangun masyarakat yang berkeadilan dan 
> > bermoral, serta memperlakukan kaum miskin dan kaum lemah secara 
> > terhormat. Al-Quran tidak banyak berbicara tentang doktrin-doktrin 
> > semacam trinitas atau inkarnasi. Al-Quran tidak mengajak ke arah 
> > spekulasi teologis. Di sisi lain, Anda tidak bisa hanya berhenti 
> > menunjukkan minat terhadap agama Islam. Anda juga berhadapan dengan 
> > realitas politik dalam sejarahnya, mengkaji hubungan timbal balik 
> > antara keyakinan dan praktik keagamaan, yang mempengaruhi dan 
> > dipengaruhi oleh keyakinan dan praktik politik.
> > Ya, sejak abad ke-18, Barat telah melakukan hal besar dengan 
> > memisahkan agama dan politik. Bagi orang Islam, politik adalah 
> > serupa dengan sakramen bagi orang Kristen. Di situlah Anda dapat 
> > menyaksikan kerja Tuhan di dunia. Islam memiliki semangat spiritual 
> > yang tegas tentang keesaan Tuhan. Akibatnya, mereka ingin mengha-
> > dirkan keesaan itu dalam kehidupan mereka sendiri, dengan menjalani 
> > kehidupan sehingga seluruhnya menjadi keesaan mutlak. Itu teori 
> yang 
> > ideal. Namun, kaum Muslim menemukan kenyataan—seperti juga setiap 
> > orang lain—bahwa politik sering menjadi permainan yang sangat 
> kotor, 
> > dan sangatlah sulit mengusung gagasan suci ke dalam realitas 
> politik.
> > Demikian juga, saya tunjukkan di dalam buku ini bahwa mayoritas 
> > Sunni dan minoritas Syiah memiliki keyakinan dan politik yang 
> > berbeda dalam praktiknya. Dan baru sekarang inilah, di dunia 
> modern, 
> > ketika dihadapkan pada tantangan sekularisme Barat, muncul berbagai 
> > pendapat tentang negara Islam. Tantangan yang dihadapi kaum Muslim 
> > adalah bagaimana mempraktikkan gagasan ideal Al-Quran tentang 
> > masyarakat adil, yang mencerminkan tatanan Ilahi di atas bumi, pada 
> > zaman modern. Keutuhan sosial merupakan salah satu simbol utama 
> kaum 
> > Muslim, cara kaum Muslim mempraktikkan hal-hal yang ilahiah. Orang 
> > Muslim akan merasa disakiti jika ia menyaksikan masyarakat atau 
> > negara Muslim diperlakukan secara sewenang-wenang, atau jatuh dalam 
> > praktik korupsi, despotisme, atau tirani. Demikian juga, orang 
> > Kristen akan merasakan hal yang sama jika ia melihat seseorang 
> > menghina Alkitab.
> > 
> > 
> > BB: Saya baca dalam buku Anda bahwa dari titik berangkat 
> > retrospektif itu, Anda mampu memetakan keniscayaan sejarah, 
> misalnya 
> > bagaimana imperium yang agraris akan runtuh secara tak terelakkan, 
> > atau bagaimana keruntuhan sekular akan membawa pada kebangkitan-
> > kembali agama. Saya heran bagaimana Anda mencoba berspekulasi—
> > mengingat kondisi Islam dewasa ini—tentang apa yang akan terjadi.
> > 
> > 
> > KA: Memang sulit mengatakan dengan pasti apa yang akan terjadi, 
> > karena Islam bukanlah agama yang monolitik. Ia merupakan agama yang 
> > sangat kompleks. Di Amerika orang kadang-kadang heran mendengar 
> > bahwa ada Muslim yang bukan Arab, bahwa Khomeini orang Persia atau 
> > orang Arya. Ada Muslim di Pakistan, Asia Tenggara, Cina, dan 
> Jepang. 
> > Semua ini mempunyai problem yang sangat berbeda. Masing-masing 
> > sangat mirip dengan agama-agama besar dunia lainnya pada masa 
> > modern, suatu masa ketika agama-agama konvensional menghadapi 
> > berbagai masalah.
> > Tentu saja, Islam pun mempunyai kelompok fundamentalis; begitu juga 
> > setiap agama besar di dunia. Ada Buddha fundamentalis, Konfusianis 
> > fundamentalis, Hindu fundamentalis, Kristen fundamentalis, Yahudi 
> > fundamentalis. Fundamentalisme, seperti yang saya tulis dalam buku 
> > terakhir saya, merupakan suatu fenomena yang selalu muncul di dalam 
> > setiap agama besar dunia.
> > Tentu saja, fundamentalisme tidaklah mewakili Islam secara 
> > keseluruhan, meskipun ia sering menjadi kepala berita (headline) di 
> > media. Ada juga kaum cendekiawan yang, menurut saya, beberapa 
> > cirinya adalah mereka menganggap tidak harus menciptakan masyarakat 
> > Muslim. Namun, mereka pun tidak mendukung gagasan negara sekular, 
> > dan berupaya membangun bentuk modernisme Islam tersendiri. Saya 
> > pikir ini langkah penting bagi kaum Muslim karena— seperti yang 
> saya 
> > tunjukkan dalam buku ini—selama berabad-abad Islam, seperti juga 
> > agama lain, tetap mempertahankan nilai-nilai moral di bagian inti 
> > ajarannya, nilai-nilai seperti keadilan, egalitarianisme, dan 
> posisi-
> > penting hukum—hal-hal yang juga ditemukan dalam tradisi Yahudi-
> > Kristen. Islam membantu umat manusia, dan memberi manusia suatu 
> > bentuk yang dapat digunakan untuk menumbuhkembangkan kepekaan 
> moral. 
> > Oleh karena itu, Islam perlu terus memainkan fungsinya, terus kuat 
> > dan hidup. Jika tidak, kita semua akan ikut menderita.[]
> > 
> > (Sejarah Tuhan (c) Karen Armstrong, 1993, p.537-541).
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Post message: [EMAIL PROTECTED]
> Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
> Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
> List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
> Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke